Sepasang suami istri yang terlihat memiliki hidup bahagia namun tersimpan banyak teka-teki pada setiap hubungan mereka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sia Masya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10
Aletta bangun saat alarm handphone nya berbunyi. Ia melihat ke sampingannya memastikan sesuatu.
"Brian belum pulang," Aletta berjalan ke kamar mandi. Ia membasuh wajahnya dengan air lalu lanjut menggosok gigi.
Aletta turun ke bawah, berjalan ke arah kulkas dan mengambil satu buah apel. Ia duduk di ruang tamu, mengupas kulit buah apel sambil memakannya setengah-setengah potongan.
Bzzzz Bzzzz
"Pasti mas Brian." Aletta mengambil handphone yang ditaruh nya di atas meja. Namun tebakannya itu salah.
Papa... "Halo pa. Selamat pagi"
"Iya sayang, pagi juga." Kata Pak Juan dari seberang telepon
"Ada apa pa?"
"Masa papa nggak boleh nelpon putri papa yang hilang kabar ini?"
"Oh gitu. Maaf pa, kemarin nggak sempat nelpon papa. Aku berencana untuk ke situ besok. Karena besok hari terakhir ku cuti."
"Kamu libur?"
"Iya pa, aku cuti 4 hari. Aku minta sama atasan ku apalagi karena kemarin sempat memenangkan tender besar untuknya, jadi dia mengizinkan ku."
"Oh gitu, ya sudah sampai jumpa besok. bapak menunggumu."
Aletta melanjutkan kembali memakan apelnya setelah pangilan berakhir.
"Kira-kira apa ya yang akan aku bawah ke rumah papa."
"Aku ingin mengajak Brian mengunjungi papa tapi sepertinya dia sangat sibuk akhir-akhir ini."
"Ya sudah lah, besok berangkat sendiri saja."
Ding dong
Aletta berjalan ke depan pintu dan membukanya.
"Pagi sayang," sapa Brian sambil mencium keningnya.
"Iya sayang," Aletta meraih tas kerja dari genggaman suaminya. Dari mata Brian sangat kelihatan kalau ia sangat kecapean.
"Kamu sudah makan?" Tanya Aletta sambil mengikuti suaminya dari belakang. Brian berjalan dengan letihnya ke sofa ruang tamu dan berbaring di sana.
"Sudah tapi perutku masih lapar, mungkin karena itu makanan yang dipesan dari kemarin sore."
"Apa? Berarti kamu makan makanan yang dari kemarin, itu sangatlah buruk buat kesehatan mu."
Aletta menggelengkan kepala tak habis pikir sama bosnya Brian. Dia yang menyuruh Brian untuk lembur tapi nggak bisa memberikan akomodasi yang baik untuknya. Kalau ia mengatakan hal buruk tentang bosnya pasti Brian akan marah padanya.
"Sayang, bisa buatkan aku kopi?"
"Apa kopi? Tapi kamu harus makan dulu, perutmu itu butuh makanan yang hangat saat ini bukan kopi."
"Kepalaku sangat sakit, biarkan aku minum kopi oke." Brian menyerang Aletta dengan mata yang berbinar-binar serta wajah yang memelas. Dasar suami tahu saja kelemahan istrinya.
"Baiklah tunggu sebentar."
Aletta segera membuatkan kopi untuk suaminya. 1 setengah menit kemudian Aletta membawa segelas kopi dan diletakkan di atas meja dekat Brian.
Brian sepertinya ketiduran.
"Sayang ini kopimu, minumlah selagi hangat. Aku mau lanjut memasak."
Brian bangun dan meneguk kopinya perlahan-lahan.
"Kira-kira masakan apa ya yang bisa meredakan sakit kepala."
Aletta memeriksa isi kulkasnya.
"Tapi dalam kulkas hanya ada daging sapi, lebih baik membuatkannya yang berkuah saja."
Dengan gesit nya Aletta menyiapkan bumbu lalu mengiris daging sapi menjadi potongan yang kecil dan tipis. Ia menumis semua bumbu setelah wangi di masukan sedikit bumbu kaldu beserta air yang sudah ditakarnya. Tidak lupa daging irisan tipis dimasukkan setelah itu tinggal menunggu dagingnya matang.
Aletta menyajikan masakan nya di atas meja makan. Ia berjalan mendekati Brian dan membangunkannya. "Sayang, ayo bangun! Makan dulu yuk!"
Brian mengikuti Aletta ke meja makan sambil memegang cangkir kopinya. Aletta menyendokan nasi beserta sop daging untuk suaminya. Karena dia tahu kalau saat ini Brian sangat tidak bersemangat.
"Ini cukup?"
"Iya, makasih Aletta."
Mereka berdua mulai menyantap makanan masing-masing dengan tenang. Aletta membereskan meja setelah selesai makan.
"Maaf sayang nggak bisa membantumu, aku mau mandi dulu."
"Sebaiknya kamu istirahat dulu sebentar, apalagi kamu baru selesai makan."
"Tapi aku mau mandi dulu soalnya pengen tidur setelah itu."
"Tapi kan perutmu masih kenyang, masa mau langsung mandi saja, apalagi semalam kamu nggak tidur."
"Kamu masih percaya mitos? Ah sebaiknya aku mandi sekarang," kata Brian yang lalu berjalan menaiki tangga menuju kamar.
"Terserah dah." Setelah selesai mencuci piring Aletta berjalan ke kamarnya.
"Sepertinya Brian masih mandi."
Aletta menyiapkan pakaian untuk suaminya. Ia lalu duduk di sofa balkon membaca majalah sambil menunggu suaminya.
"Segarnya tubuhku. Sekarang nggak begitu kerasa pegalnya." Kata Brian sambil mengayu-ayunkan tangannya.
"Kamu sudah selesai, aku menunggu sangat lama." Aletta menaruh majalah di atas meja dan berjalan ke arah suaminya.
Brian menyambut dengan pelukan hangat.
"Apa istriku menunggu ku untuk melakukan sesuatu, " goda Brian sambil mencium keningnya.
"Ternyata istriku ini nggak sabaran ya, kemarilah aku juga sudah siap." Kata Brian merentangkan kedua tangannya menanti aksi dari Aletta. Melihat sang suami yang sedikit kekanak-kanakan membuat Aletta tersenyum. Aletta mendorong tubuh suaminya ke atas ranjang. Ia berjalan mendekati suaminya yang sedang menunggunya.
"Segeralah pakai pakaianmu yang sudah ku siapkan! Aku mau mandi dulu." Brian yang tadinya menanti dengan bersemangat memasang wajah cemberut.
"Kamu belum mandi? Tahu gitu kita mandi bersama tadi."
"Kalau mandi bersama bisa-bisa aku nggak bisa mandi dengan tenang."
"Kalau kamu mau aku bisa mandi lagi denganmu."
"Nggak usah, bukankah kamu ingin melanjutkan tidurmu sekarang."
"Apa kamu masih marah padaku dan sedang menyiksaku saat ini?"
"Ngapain marah, kamu kan memang lagi pengen berjuang demi bisa naik pangkat. Lagian aku nggak menggodamu."
"Itu kan dari nada bicara mu seperti nya masih marah padaku."
"Nada bicaraku biasanya memang seperti ini. Ya sudah, tubuhku sudah sangat berkeringat saat ini. Aku harus segera mandi."
Aletta masuk ke kamar mandi meninggalkan suaminya yang masih memasang ekspresi kecewanya.
Aletta keluar sambil mengerikan rambut nya yang baru saja di keramas menggunakan handuk kecil. Ia menatap Brian yang sudah sangat lelap dalam tidurnya. Aletta melihat jam di dinding kamar.
"Sudah jam sepuluh ternyata. Lelapnya dia tidur. Sekarang apa yang akan aku lakukan?" Aletta mengambil handphone nya dan membuka isi chattingan.
2 panggilan tak terjawab dari Laura.
"Rupanya Laura menelpon. Apa aku telepon balik, siapa tahu dia punya keperluan."
Aletta segera menghubungi nomor Laura dan langsung di angkatnya.
"Ada apa Laura?"
"Ah maaf lupa chat kamu kalau aku salah pencet. Tadi aku bermaksud menelpon pamanku tapi malah nomormu yang ku telepon. Sorry."
"Oh gitu, kukira kamu ada keperluan makanya ku telepon balik. Kalau nggak ada aku matikan ya. Selamat malam."
"Eh tunggu dulu, gimana liburanmu?"
"Ya biasa saja, nggak ada yang spesial."
"Kamu nggak jalan-jalan ke mana gitu?"
"Besok rencananya mau kunjung keluarga. Um, apa hanya itu yang mau kamu tanyakan?"
"Sebenarnya nggak ada lagi sih, kamu ada kesibukan ya? Maaf mengganggu."
"Nggak ada juga, nggak apa-apa."
"Aku matikan ya, sampai ketemu di kantor."
"Iya, bye."
Aletta melirik handphone nya sambil tersenyum.
"Ternyata cuma mau basa basi doang."
Ia meletakan handphone di atas meja lalu duduk dan berpikir.
"Sepertinya kalau minum kopi hangat enak."
Aletta turun ke dapur untuk membuat kopi.