(Siapkan kanebo kering untuk menyeka air mata juga mental yang kuat untuk marah-marah!)
Sheila, seorang gadis culun harus rela dinikahi secara diam-diam oleh seorang dokter yang merupakan tunangan mendiang kakaknya.
Penampilannya yang culun dan kampungan membuatnya mendapat pembullyan dari orang-orang di sekitarnya, sehingga menimbulkan kebencian di hatinya.
Hingga suatu hari, Sheila si gadis culun kembali untuk membalas orang-orang yang telah menyakitinya di masa lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jebakan part 1
Hari demi hari terus berganti tanpa terasa. Hubungan Marchel dan Sheila telah mengalami banyak kemajuan. Perhatian Marchel selama beberapa waktu terakhir telah menumbuhkan benih-benih cinta di hati si gadis polos Sheila. Namun, Marchel dan Sheila masih menyembunyikan pernikahan mereka karena permintaan mendiang Shanum.
Di pagi yang cerah itu, sebuah mobil mewah berhenti tepat di depan gerbang sebuah sekolah elite.
"Sayang, mungkin aku akan pulang agak malam, aku ada janji dengan Willy malam ini. Nanti aku akan minta sopir menjemputmu." Marchel mengusap rambut Sheila, kemudian memberi kecupan sayang di kening.
"Iya, Kak."
"Kalau kau tidak nyaman dengan ibu, kunci saja pintu kamar. Nanti aku akan minta bibi membawakanmu makanan."
"Kalau ibu marah bagaimana?" Sheila masih terlihat begitu takut jika membicarakan sang mertua yang akhir-akhir ini semakin membencinya.
"Jangan pedulikan. Baiklah, masuklah. Nanti terlambat."
Dengan segera Sheila turun dari mobil, menatap gerbang sekolah yang kokoh itu dengan penuh beban.
"Sabar, Sheila... Beberapa bulan lagi. Setelah kelulusan, kau tidak akan menginjakkan kaki di sekolah ini lagi. Sekolah yang isinya hanya anak orang kaya dan sombong," gumam Sheila sambil melangkahkan kakinya dengan malas.
Di sudut sana, sepasang mata menatap tajam pada Sheila. Maya sedang memperhatikan Sheila dari jauh.
"Itu Sheila. Aku akan memberinya pelajaran malam ini," ucap Maya dengan senyum licik.
"Apa yang akan kau lakukan pada anak culun itu?" tanya salah seorang teman Maya.
"Malam ini, adalah ulang tahun teman kakakku. Mereka merayakannya di sebuah klub malam. Kita akan ajak si culun itu ke sana." Kedua teman Maya tampak sangat tidak percaya mendengar ucapan dari temannya itu.
"Kau serius mau mengajak si culun itu ikut bersama kita? Dia hanya akan merusak kesenangan kita saja."
Maya terlihat sangat senang dengan rencana jahatnya. "Kalian tenang saja. Karena setelah malam ini, Sheila si gadis culun itu akan dikeluarkan dari sekolah. Dan aku tidak akan punya penghalang lagi untuk mendekati Rayhan."
"Tapi Rayhan kan tidak menyukaimu. Dia lebih suka dengan anak culun itu." Teman satunya ikut menyela sehingga Maya menjadi semakin kesal.
"Diam kau! Rayhan itu hanya kasihan padanya."
Tanpa banyak bicara lagi, Maya segera meninggalkan teman se-gengnya, menyusul Sheila yang sudah hampir tiba di kelas. Dua orang itupun segera menyusul Maya.
"Sheila!!" panggil Maya.
Seketika langkah kaki Sheila terhenti mendengar namanya dipanggil. Gadis itu pun berbalik dan langsung menunduk saat melihat Maya mendekat padanya.
"Sheila... Aku mau minta maaf atas perbuatanku selama ini. Kau pasti sangat membenciku, ya..." ujar Maya dengan wajah pura-pura polos.
Ada apa dengan Maya. Kenapa dia mau minta maaf? batin Sheila.
Sheila terlihat sangat bingung dengan Maya yang selama ini sangat sering menjahatinya. Entah mengapa tiba-tiba menjadi baik.
"Sheila, kenapa kau diam saja? Kau tidak bisa memaafkanku, ya?"
"Eh, ti-tidak! Aku hanya... Emm... Aku sudah memaafkanmu. Tidak usah dipermasalahkan."
Senyum kepura-puraan terbit di sudut bibir Maya. "Kalau begitu mulai sekarang kita sudah berteman, kan?" tanya Maya.
Sheila hanya menjawab dengan anggukan pelan, namun masih ragu.
"Baiklah, karena kita sudah berteman, malam ini ayo kita jalan-jalan."
"Jalan-jalan?"
"Iya, kita akan merayakan pertemanan kita dengan berjalan-jalan."
"Tapi aku benar-benar tidak bisa keluar malam."
"Sebentar saja, Sheila... Setelah itu, kami akan mengantarmu pulang."
Ketiga orang itu terus menerus mendesak agar Sheila meng-iyakan ajakan mereka. Hingga akhirnya, Sheila menyerah.
"Baiklah, aku akan ikut dengan kalian. Tapi aku harus minta izin dulu."
Maya dan dua temannya saling melirik dengan senyuman misterius. Seolah Sheila telah masuk perangkap mereka.
"Katakan saja kita akan belajar untuk mempersiapkan ujian akhir. Dan akan lambat pulang," ujar Maya memberi saran.
Bagaimana ini. Aku kan tidak pernah berbohong pada Kak Marchel. batin Sheila.
"minta izinlah sekarang, sebelum bel pelajaran dimulai dan ponsel kita di sandera guru."
Takut-takut, Sheila segera menghubungi nomor telepon Marchel untuk meminta izin. Maya berhasil memaksanya untuk membohongi Marchel dengan mengatakan akan pulang terlambat karena ikut belajar bersama anak-anak lain.
*"**
****
Malam itu, Maya dan teman-temannya menjalankan rencananya. Sungguh tiga orang remaja itu benar-benar anak yang jahat. Sheila yang polos sama sekali tidak sadar bahwa kebaikan Maya padanya hanyalah sebuah kamuflase.
Maya dan teman-temannya mendandani Sheila dengan sangat cantik, dengan pakaian modern, memakaikan softlens di mata gadis itu agar tidak perlu lagi menggunakan kacamata tebalnya. Bahkan hingga mereka bertiga pun begitu terpukau dengan kecantikan si gadis culun yang selama ini mereka bully terus-terusan.
"Maya... Ternyata dia sangat cantik kalau berdandan. Kalau saja bukan kita sendiri yang mendandaninya, aku tidak akan percaya kalau dia itu si gadis culun," bisik salah seorang teman Maya.
"Aku juga tidak menyangka dia bisa cantik. Tapi baguslah. Kita memang harus membuatnya secantik mungkin." Maya balas berbisik.
Setelah siap, mereka berempat kemudian menuju sebuah mobil yang sudah siap untuk mengantar mereka menuju sebuah tempat hiburan, dimana sedang berlangsung pesta ulang tahun seseorang.
Sheila bahkan tidak menyadari kejutan apa yang sedang menantinya di tempat itu.
****
BERSAMBUNG