Sebelum membaca novel ini, diharapkan membaca novel BUHUL GHAIB, sebab ini ada hubungan dengan kisah sebelumnya, agar tidak bingung.
kisah Delapan orang bersahabat yang melakukan pertualangan ke sebuah pulau yang terkenal dengan keindahannya, tetapi bencana tiba-tiba memporak-porandakan rencana mereka karena kapal yang mereka tumpangi mengalami kecelekaan, sehingga mereka terdampar disebuah pulau yang berbeda.
Dipulau itu mereka mengalami kejadian demi kejadian yang mengerikan dan membuat mereka harus bertahan hidup dari sebuah rahasia misteri yang sangat mengerikan.
sanggupkah mereka keluar dengan selamat? ikuti kisah selanjutnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DA-10
Ketiganya tersentak kaget saat mendengar hardikan pria berkulit coklat tua pekat tampak sangar saat memandang mereka.
Aura sadis terlihat sangat jelas diwajahnya. "Aku tidak menyukai mereka, yang mulia," ucap pria itu pada sang Siluman Ular yang saat ini sedang merasa kenyang dengan dua korbanya barusan.
"Tenanglah, tak lama lagi mereka juga akan aku santap," sahut sosok Siluman Ular berkepala tiga itu.
Mendengar ucapan Siluman Ular, pria itu menganggukkan kepalanya sembari tersenyum seringai, seolah sedang mengejek ketiganya, lalu berpamitan pergi, dan kini membuat Guntur serta kedua sahabatnya itu tampak begitu gusar.
"Hei, lihatlah dia, memakan dua orang wanita paruh baya itu seperti layaknya memakan gorengan saja," ucap Guntur dengan kedua mata membola.
"Jika kita yang dimakan, kira-kira seperti makan apa?" tanya Mia dengan wajah memucat.
"Mungkin layaknya dessert," celetuk Andini.
Ketiganya terdiam. Mereka tak dapat membayangkan nasib mereka yang mana akan sangat mengenaskan pastinya.
"Yang pastinya aku tidak ingin menjadi santapannya, kalau kalian mau ya silahkan," Guntur menyela.
Kedua wanita itu sontak melihat Guntur dengan tatapan tajam. "Lagi pula siapa yang mau jadi santapan? Mana aku masih jomblo lagi," sahut Andini.
"Bukan waktunya berdebat. Sebaiknya kalian menolongku untuk melepaskan rantai besi ghaib ini," sela pria misterius tersebut.
Ketiganya menoleh ke arah pria tersebut. Sepertinya pria itu sedikit menyebalkan, tetapi mungkin dapat diandalkan.
"Siapa namamu? Kita belum berkenalan sejak tadi, dan bagaimana kamu bisa sampai ditempat ini?" tanya Andini dengan penuh selidik.
"Ceritanya sangat panjang, dan bisa sampai puluhan episode jika aku menceritakannya," sahut pria tersebut.
"Gak.jelas banget!" sahut Mia kesal.
"Aku akan menceritakannya nanti, sebab saat ini kita dalam masalah besar, aku meminta untuk mu membaca rapal ajian Waringin Sungsang untuk membukanya dan melepaskan rantai ini." ucap pria tersebut.
"Hah! Apa? Waringin Sungsang? Emang ibu hamil bayinya sungsang," Mia lagi-lagi merasa bingung dengan ucapan pria itu.
Pria misterius itu menatap Mia dengan dingin. "Aku sedang tidak bercanda," ucapnya.
"Tetapi kami tidak mengetahui apa rapal ajian tersebut dan cara penggunaannya," sahut Andini.
"Aku akan mengajarkannya pada salah satu diantara kalian," jawab pria itu lagi.
Guntur tampak merasa heran dengan pria tersebut. "Jika kau sendiri menghapalnya, lalu mengapa kami yang harus kau pinta merapalnya?" tanya Guntur penuh selidik.
Pria itu terkekeh. " Aku tak dapat menggunakannya, karena tenaga dalamku sudah terkuras saat aku sebelum berada ditempat ini," ia mencoba menjelaskan
"Lalu apa yang bisa kami lakukan untukmu?" Mia mulai serius kali ini.
Pria itu menoleh pada gadis tersebut, dan beralih menatap Andini serta Guntur secara bergantian.
"Beberapa saat nanti, Siluman Ular itu akan pergi, maka saat itu kita akan melakukan semuanya," ucap pria tersebut.
******
"Kemana mereka? Masa iya cari bambu gak pakai balik," Emy tampak gelisah karena melihat sahabatnya tak juga kembali, sedangkan hari semakin gelap.
"Mungkin cari bambu sekalian Umroh kali," celetuk Indira yang sedang memasang perapian untuk menciptakan api unggun.
Keduanya saling pandang. Jujur saja perasaan kedua gadis itu sangat takut untuk saat ini, apalagi pulau ini sangat mengandung banyak misteri.
"Semoga tidak terjadi sesuatu," guman Darmadi dengan lirih. Ia menatap arah utara untuk memastikan jika Andini dan yang lainnya kembali dengan selamat.
Kini justru mereka berlima yang terlihat semakin gusar. Mereka sudah menaiki dahan untuk tempat mereka tidur, terapi pandangan mereka terus tertuju pada jalanan yang tadi dilalaui oleh ketiga rekan mereka.
Hari semakin gelap, dan safak terlihat menggantung dilangit senja.
"Kalian ada yang lihat pria asing itu tidak?" tanya Yudi tiba-tiba.
Keempat rekannya menoleh pada pemuda itu. "Iya, kemana dia?" tanya Syahfitri.
"Mungkin kebelet-kali, jadi ngumpet disemak-semak," Emy menyela.
"Bisa iya bisa tidak," sahut Indira yang berhasil.membuat api unggun.
Mereka berkumpul didekat perapian, sembari menunggu ketiga rekannya.
"Aku akan mencoba mencari mereka," Darmadi beranjak dari duduknya.
Keempat rekannya terlihat ragu. "Tunggu," cegah Emy dengan cepat.
"Ini sudah sangat gelap, dan mereka juga belum kembali, apa.yang harus ditunggu? Kalian ambil tombak itu sebagai senjata dan berjaga-jaga" titah pemuda itu.
Darmadi akan beranjak, tiba-tiba terlihat sebuah api tampak melayang terbang menuju arah mereka.
"Hah, tiarap!" teriaknya pada keempat sahabatnya.
Dengan sigap mereka tiarap dan....
Wuuuuusssssh....
Sebuah bola api melayang dengan begitu cepat menyerang dan melewati mereka.
"Hah..., itu apa?" Indira tampak pucat.
"Banaspati," sahut Yudi.
"Apaan Banaspati?" tanya Emy penasaran.
Sementara itu bola api tersebut berputar-putar diudara dalam kecepatan maksimum, dan bersiap untuk menyerang mereka kembali.
Syahfitri menarik salah satu tombak yang tak jauh dari tempatnya merunduk.
"Persiapkan diri kalian, dan jangan ada yang cengeng," pesan Yudi kepada ketiga rekan wanitanya.
Belum sempat mereka menjawab, sosok bola api itu melayang cepat diudara dan menyerang mereka kembali.
Wuuusss....
Dan....
Taaaaaaak.....,
Ujung tombak menancap tepat dibagian tengah sosok bola api. Syahfitri yang menjadi pelakunya tersenyum bangga, karena dapat membuat obor dadakan.
Seketika keempat rekannya tercengang. "Wow, keren," ucap Emy tiba-tiba.
Tetapi semua itu hanya sesaat, ketika dimana bola api menyala itu merubah wujudnya menjadi sosok iblis yang mengerikan.
Mereka kembali tercengang, lalu saling pandang, dan kemudian berteriak kencang.
"Aaaaaaaaaaaaa.....," mereka berhamburan kesegela arah dengan rasa takut yang begitu dahsyat.
Syahfitri tidak menyadari jika ia masih memegang tongkat yang diujungnya tertancap iblis berwujud api itu.
Ia terus berlari memasuki hutan, dan membuat hewan liar lainnya ketakutan.
Saat bersamaan, dua orang pria primitif sedang berjalan menuju kearah tepi pantai dengan tujuan ingin menculik mereka yang tersisa, dan karena susana cukup terang akibat bola api, membuat Syahfitri dengan cepat mengetahui keberadaan mereka yang bertemu tanpa sengaja.
Rasa panik yang ia alami, spontan melemparkan sosok itu kepada Dua orang yang sedang menghadangnya.
Braaaaak....,
Sosok bola api terlempar mengenai kedua pria itu, dan sang wanita mengambil kesempatan kabur, ia terpaksa putar arah untuk kembali ke tep pantai.
Darmadi dan Indira tanpa sengaja berlari bersamaan, sedangkan Yudi dan Emy berlari menuju kearah yang sama.
"Kemana Syahfitri," tanya Emy dengan nafasnya yang terengah-engah.
Mereka serempak menghentikan pelariannya. Nafas mereka begitu memburu. Rasa cemas akan gadis itu membuat mereka harus berhenti sejenak.
"Huh, huh..., Huh..," nafas mereka terdengar begitu sangat tersengal.
"Iya, kemana pula hilangnya dia," kenapa pula dia sendiri yang memencar," sahut Indira.
Mereka tampak khawatir dan memandang arah belakang, berharap jika gadis itu akan segera menyusul mereka.
kok berhenti ceritanya...
mna lanjutannya????
𝐥𝐢𝐡𝐚𝐭 𝐜𝐨𝐯𝐞𝐫 𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐩𝐚𝐧𝐠𝐤𝐥𝐢𝐧𝐠..
hahaha 4 biji masih di bagi lagi hahahahaa
dan mereka daoat nyebrang dengan selamat..
❤❤❤