Gara-gara salah masuk ke dalam kamarnya, pria yang berstatus sebagai kakak iparnya itu kini menjadi suami Ara. Hanya dalam satu malam status Ara berubah menjadi istri kedua dari seorang Dewa Arbeto. Menjadi istri kedua dari pria yang sangat membencinya, hanya karena Ara orang miskin yang tak jelas asal usulnya.
Dapatkah Ara bertahan menjadi istri kedua yang tidak diinginkan? Lalu bagaimana jika kakak angkatnya itu tahu jika ia adalah istri kedua dari suaminya.
Dan apa sebenarnya yang terjadi di masa lalu Dewa, sampai membuat pria itu membenci orang miskin. Sebuah kebencian yang tenyata ada kaitannya dengan cinta pertama Dewa.
Semua jawabannya akan kalian temukan di kisah Ara dan Dewa, yuk baca🤭
Jangan lupa follow akun dibawah ini
Ig mom_tree_17
Tik Tok Mommytree17
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Ara yang tengah menangis karena kehormatannya direnggut dan dihina oleh Dewa Arbeto. Menghapus air matanya saat tersadar Vivian masih menunggu di luar pintu. Ia pun bergegas mengenakan pakaian dan membereskan ranjangnya yang berantakan, dengan rasa sesak didalam dada saat melihat bekas noda kegadisannya yang menempel di atas ranjang.
"Ayo semangat Ara, wanita miskin sepertimu tidak berhak untuk mengeluh dan bersedih," ucapnya dalam hati.
Ia pun melangkahkan kakinya meskipun terasa sakit, lalu membuka pintu kamar dengan menarik napas dan mengeluarkannya perlahan agar tak merasa gugup.
"Kenapa lama sekali?" ketus Vivian setelah pintu kamar dibuka dari dalam.
"Maaf kak, tadi aku —"
"Kau kenapa?" Vivian menatap pada kedua mata Ara yang sembab seperti habis menangis.
Sementara Ara terdiam karena takut Vivian curiga dengan apa yang telah terjadi padanya.
"A-aku tidak apa-apa, aku—"
"Bohong! Jelas-jelas kau habis menangis," ujar Vivian dengan sinis sembari masuk kedalam kamar, tanpa mengalihkan tatapannya pada Ara yang terlihat gugup entah karena apa. "Lehermu kenapa?" Ia menunjuk pada leher adik angkatnya.
"Leherku? Memangnya leher ku kenapa?" Ara balik bertanya dengan bingung sembari melangkah mundur, karena Vivian terus mendekat.
"Di lehermu ada bercak merah seperti bekas kissmark."
Deg.
Ara meraba leher jenjangnya sembari menelan saliva susah payah, sungguh ia takut jika Vivian sampai mencurigainya. Namun rasa takut itu menghilang seiring suara tawa Vivian.
"Oh ayolah, kenapa kau gugup seperti itu? Aku hanya bercanda. Lagi pula mana mungkin ada pria yang mau menyentuh dan meninggalkan kissmark ditubuh wanita miskin sepertimu. Kalau pun ada, pria itu pasti pria bodoh dan sama miskinnya sepertimu." Seloroh Vivian dengan mengejek.
Ara sendiri memilih diam meskipun dihina seperti itu, padahal bisa saja ia menjawab jika pria yang disebut bodoh oleh Vivian adalah suami wanita itu sendiri. Karena kenyataannya Ara memang sudah disentuh oleh Dewa Arbeto.
"Ada apa kakak kemari?" tanyanya to the poin agar cepat selesai.
"Aku hanya ingin mengingatkan, sebelum pulang rapihkan semua barang-barang milikku dan bawa ke mansion utama. Ingat jangan sampai ada yang tertinggal!"
Ara hanya menganggukkan kepalanya meskipun merasa bingung. Bingung karena awalnya ia mengira Vivian datang ke kamar untuk mencari Dewa, tapi tenyata dugaannya salah. Vivian sama sekali tidak mencari suaminya, itu berarti kakak angkatnya tidak merasa kehilangan Dewa.
"Tapi kok bisa?" gumam Ara dengan lirih.
"Apa kau mengatakan sesuatu?" tanya Vivian. Karena ia mendengar ucapan Ara yang tidak terlalu jelas.
"Ah, tidak. Aku tidak mengatakan apa pun. Baiklah kak, aku akan mandi dulu baru ke kamarmu."
Vivian menganggukkan kepalanya lalu pergi keluar dari kamar tersebut. Ara pun segera menutup pintu kamar bertepatan dengan Dewa yang keluar dari bathroom.
"Kau jangan keluar dulu, aku takut Kak VIvian masih ada di luar." Ara berkata sembari menghalangi langkah Dewa dengan berdiri di depan pria itu.
"Menyingkir!" Dewa mendorong kening Ara hingga wanita tersebut mundur beberapa langkah.
Ia pun beranjak meninggalkan kamar tersebut tanpa rasa takut jika Vivian akan melihatnya yang keluar dari kamar Ara. Ya, Dewa memang tidak pernah takut pada apa pun dan siapa pun apalagi pada Vivian.
Sementara itu Ara yang masih berada didalam kamar, hanya bisa diam menatap punggung Dewa yang menghilang dibalik pintu.
"Ya Tuhan, sekarang bagaimana dengan nasibku? Bagaimana kalau aku hamil?" Karena dari yang diketahuinya wanita akan hamil jika sudah berhubungan dengan seorang pria. "Tidak, ini tidak boleh terjadi. Aku tidak ingin memiliki anak dari pria sombong itu. Apalagi memiliki anak tanpa seorang pendamping."
Ara pun langsung mencari tahu bagaimana caranya agar tidak hamil. Setelah menemukan caranya dengan meminum pil kontrasepsi darurat, ia pun bertekad untuk membelinya setelah mengerjakan tugas yang diberikan Vivian.
ntar Ara mati rasa baru tau