(Novel kedua ku, kisah sederhana dan cinta manis 3 pasang anak manusia)
Bintang adalah seorang mahasiswa tingkat akhir disebuah kampus bergengsi dikotanya. Kehidupannya sangatlah sempurna. Ia memiliki keluarga yang hangat, paras yang tampan dan gagah, tubuh atletis dan tinggi. Memiliki kekasih super cantik seorang primadona kampus. Bintang juga menjabat sebagai ketua BEM dikampusnya, jabatan yang sangat bergengsi bagi mahasiswa sepertinya. Ia juga merupakan anak orang kaya bahkan kampus tempatnya menuntut ilmu adalah milik orangtuanya. Namun bagaimana jika ada 3 perempuan yang tergila-gila padanya dan membuat porak poranda hidupnya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mona, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10. Perasaan Yang Sama
...Please kalau gak suka jangan kasih ⭐ 1 dan komen buruk...
...Please kalau gak suka skip aja please...
...🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀...
Bintang baru saja sampai di apartemennya saat handphone pria itu bergetar.
"Halo ma"
"Dimana nak ? Pulang sekarang ke mansion" perintah mama Ayu.
"Gak bisa ma, Bintang ada kerjaan" kilah nya, padahal ia ingin mengunjungi coffee shop dan melakukan kegiatan kesukaannya yaitu memandang Laras selama yang ia bisa. Gadis itu telah mengganggu hati dan pikirannya. Hanya dengan menatap Laras, hati Bintang terasa nyaman dan hangat.
"Pulang sekarang atau mama jemput" ancam mama Ayu.
"Ada apa ma ?" tanya Bintang penasaran.
"Nanti kamu akan tahu, berangkat sekarang ke mansion"
"Baiklah mama sayang" panggilan pun terputus, Bintang segera bersiap-siap dan kembali mengendarai mobilnya menuju mansion. Ia pun sampai sekitar pukul 7.30 malam.
"Selamat datang tuan muda" sapa Tom kepala pelayan, Bintang pun membalas dengan senyum manis. Tom mengantarkan Bintang ke ruang makan dimana keluarganya sudah menunggu. Ada papa mama, kakak laki-laki dan adik perempuan Bintang. Terlihat juga 3 orang tamu dan salah satunya Bintang kenal. Bintang pun duduk dengan tenang.
"Bintang tambah gagah ya" sapa seorang pria yang sebaya dengan papa Bintang. Bintang pun tersenyum sopan, sementara yang lain tertawa kecil mendengar pujian untuk pria itu.
"Bintang, kenalkan ini om Toni teman papa, ini tante Tsamara dan ini Tiara" ucap sang papa sambil memperkenalkan satu persatu para tamunya. Bintang pun tersenyum sopan pada mereka. Sementara Tiara membalas dengan tersenyum manis.
Mereka pun saling bercerita tentang pertemanan keduanya membuat suasana terasa hangat dan ceria, sementara Bintang berulang kali melihat jam tangannya. Ia ingin segera kembali ke coffee shop, entah kenapa perasaan Bintang tak enak sedari tadi. Ia ingin menghubungi Laras namun gadis itu tak memiliki handphone. Waktu terus berlalu, setelah makan malam mereka beranjak ke ruang keluarga dan mulai membicarakan sesuatu yang serius.
"Nak, kamu sebentar lagi wisuda dan sudah bisa memegang perusahaan menggantikan papa" ucap Pram membuka pembicaraan dengan Bintang.
"Kan ada kak Reino pa, Bintang masih belum kepikiran" ucap pria itu sekenanya, pikirannya sedang berkecamuk khawatir memikirkan Laras. Sejak tadi ia sibuk melihat jam tangannya.
"Kalian berdua bisa bersama-sama mengelola perusahaan, papa dan om Toni juga ingin semakin mempererat tali silaturahmi keluarga kita dengan menjodohkan mu dan Tiara. Kalian sudah saling mengenal bukan bahkan kalian satu kampus" terang Pram yang membuat Bintang kaget luar biasa.
"Apa maksud papa ? Ini bukan zaman Siti Nurbaya pa dan Bintang masih laku jadi gak perlu papa carikan jodoh"
"Bintang jaga bicaramu" ucap Pram, ia merasa malu pada keluarga Toni.
"Tidak apa-apa Pram, Bintang mungkin perlu waktu untuk menerima" ucap Toni sementara Tiara sudah khawatir luar biasa jika Bintang menolak perjodohan mereka.
Ia sudah melakukan segala cara untuk melenyapkan penghalang diantara mereka seperti Salsa. Tiara sengaja mendekati gadis itu dan berpura-pura menjadi sahabatnya. Tiara butuh waktu berbulan-bulan agar Salsa menjadi teman dekatnya dan saat gadis itu sudah mempercayainya maka ia mulai mempengaruhi Salsa dengan mengajaknya ke discotik atau bar, mengajarinya minum bahkan membuatnya kecanduan hingga gadis itu hampir tiap malam mabuk. Dan ia bersorak bahagia saat rencananya berhasil, Bintang memutuskan Salsa karna kebiasaan buruknya. Ia juga memaksa kedua orangtuanya agar menjodohkan mereka berdua.
"Maaf om tapi saya menolak, saya permisi" ucap Bintang yang membuat papanya naik pitam dan Tiara menangis pilu.
"Bintang, jangan pergi kemana-mana" ucap Pram namun pria itu terus berlalu bahkan Bintang segera berlari menuju mobilnya. Ia sungguh khawatir dengan Laras.
🌟🌟🌟
"Jangaaan pak" Laras sudah berteriak ketakutan namun suasana sudah sangat sepi dan kondisi ruangan coffee shop yang luas membuat suara teriakan Laras tidak terdengar sampai kejalan raya.
Radit berusaha membuka baju Laras namun gadis itu menendang perut Radit hingga ia terdorong kebelakang. Laras segera berdiri dan berusaha melarikan diri namun Radit dengan cepat menarik baju gadis itu hingga bajunya robek. Laras terduduk dilantai, ia segera memegang bajunya dan menutup dada dengan memeluk kuat-kuat lututnya karna kancing bagian depan sudah lepas semua.
Laras ketakutan setengah mati, ia sudah menggigil hebat bahkan tidak mampu mengeluarkan suara. Air mata membanjiri pipinya, ia meneriakkan nama Bintang namun ia tidak mampu. Laras menangis dalam diam sambil menundukkan kepalanya.
Radit menarik tangan Laras dengan keras namun sebuah pukulan kuat menghantam wajahnya membuat Radit terjatuh kelantai.
"Brengs*k, siapa loe ? Jangan ikut campur" bentak Radit namun Bintang segera menghajar pria itu tanpa ampun membuat Radit kewalahan, wajahnya sudah babak belur dan akhirnya pingsan.
Bintang pun menghampiri Laras dan memegang lembut tubuh nya namun gadis itu menghindar, ia kembali ketakutan hebat. Laras masih belum menyadari jika Bintang datang menolongnya.
"Ara, ini mas" ucap Bintang lembut, ia membelai rambut gadis itu. Sungguh hati Bintang tercabik melihat kondisi Laras, rambutnya kusut dan bajunya sudah robek dibagian belakang. Laras yang mendengar suara Bintang mengangkat wajahnya dan memandang Bintang, air matanya makin deras mengalir.
"Mas" ucap Laras sangat pelan.
Bintang segera memeluk erat Laras dan menggendongnya. Bisa ia rasakan tubuh gadis itu bergetar hebat. Bintang membawa Laras masuk kedalam mobil dan duduk dikursi sambil tetap menggendong Laras. Bintang pun kembali memeluk erat dan mengelus lembut pipi nya. Terlihat pipi gadis itu lebam kemerahan dan ada darah yang mengalir disudut bibir. Hati Bintang terasa pilu dan tanpa ia sadari, air matanya pun mengalir.
"Maafin mas Ara, seharusnya aku menunggumu. Maaf" ucap Bintang sambil menyatukan kening mereka. Laras pun kembali menangis dengan suara yang kencang. Ia memeluk Bintang dengan sangat erat dan membenamkan wajahnya diceruk leher pria itu.
Selama beberapa saat mereka saling memeluk dan Laras terus menangis menumpahkan segala ketakutannya didada Bintang. Pria itu mengelus lembut punggung Laras dan mencium hangat keningnya membuat Laras semakin tenang dan tanpa sadar gadis itu pun tertidur.
Bintang merebahkan Laras yang telah tertidur dengan hati-hati ke atas ranjang. Mengusap lembut wajahnya dan hati Bintang kembali terasa perih saat melihat pipi Laras yang lebam. Ia pun dengan telaten membersihkan darah disudut bibir dan memberikan obat.
Bintang kemudian membuka pelan baju Laras yang telah robek. Jantungnya kembali bertalu kencang saat melihat dua bukit sintal Laras yang terlihat indah dan menawan. Walaupun gadis itu memakai dalaman berupa singlet, namun kedua bukit itu tetap menerawang dengan jelas dimata Bintang. Pria itu berusaha mengendalikan dirinya dan dengan tangan gemetar ia memasangkan baju kaos miliknya ditubuh Laras.
🌟🌟🌟
Pagi pun menyapa, Laras menggeliatkan tubuhnya saat ia merasa sedang tidur diatas kasur yang sangat empuk. Terasa sebuah tangan mengelus lembut rambutnya. Laras segera membuka mata dan terkaget saat melihat Bintang tengah duduk disampingnya dan memandangnya sambil tersenyum manis.
"Ara dimana mas ?" tanya Laras sambil mengedarkan pandangannya kesekeliling. Terlihat ia sedang berada disebuah kamar yang memiliki interior mewah dan sangat rapi.
"Di apartemen mas, Ara sudah merasa baikan ?" Laras pun mengangguk.
"Makasih banyak ya mas, kalau bukan karna pertolongan mas, Ara sekarang sudah hancur" ucap Laras bergetar, Ia kembali teringat kejadian tadi malam yang membuatnya ketakutan setengah mati.
Laras sangat bersyukur Tuhan masih berbaik hati menolongnya melalui Bintang. Laras kembali menangis terisak-isak. Bintang segera memeluk erat Laras dan mengelus lembut punggungnya.
"Ara jangan bersedih lagi ya, mas janji akan selalu menjaga dan melindungimu" ucap Bintang yang membuat gadis itu melerai pelukan Bintang dan menatap nya tak percaya.
"Apa maksud mas ?"
"Ara, aku mencintaimu" ucap Bintang lembut sambil membelai pipi gadis itu membuat Laras terkejut bukan main.
Bintang akhirnya menyadari perasaan sesungguhnya yang ia miliki terhadap Laras bukan sekedar perasaan suka dan kagum semata. Kejadian semalam membuatnya ketakutan luar biasa. Ia tidak sanggup membayangkan gadis itu disentuh pria lain apalagi jika ada pria yang mengaku memilikinya. Bintang tidak akan membiarkan itu terjadi.
"Ja...jangan bercanda mas, lalu bagaimana dengan kak Salsa ?" sungguh Laras amat terkejut, jantungnya berdebar kencang. Ia serasa bermimpi mendengar pengakuan cinta dari pria pujaan hatinya.
"Mas sudah putus dengan gadis itu jauh sebelum ia mendatangi kita direstoran. Apa karna itu kau menghindariku ?" tanya Bintang yang membuat Laras tercekat. Mata gadis itu pun membola dan berkedip-kedip cepat membuat nya terlihat semakin imut dan menggemaskan. Laras kemudian tertunduk diam tanpa menjawab pertanyaan Bintang.
"Apa Ara juga memiliki perasaan yang sama ?" tanya Bintang khawatir melihat gadis itu tak merespon pengakuan cintanya. Laras pun mendongakkan wajahnya dan memandang Bintang dengan tatapan menyelidik.
Jujur Laras sangat bahagia mendengar pernyataan cinta dari Bintang namun ia takut pria ini hanya bermain-main dengannya. Seumur hidup Laras, hanya Bintang pria yang berhasil mendekatinya. Ia takut kecewa jika suatu saat Bintang akan meninggalkannya. Laras pun bingung dengan perasaannya.
"Ma...maaf mas, Ara gak bisa"
...****************...