Rachel, seorang CEO muda yang sukses, hidup di dunia bisnis yang gemerlap dan penuh tekanan. Di balik kesuksesannya, ia menyimpan rahasia besar—ia hamil dari hubungan singkat dengan mantan kekasihnya, David, yang juga merupakan pengusaha terkenal. Tak ingin skandal mengancam reputasinya, Rachel memutuskan untuk menghilang, meninggalkan kariernya dan kehidupan glamor di kota besar. Ia memulai hidup baru di tempat terpencil, bertekad untuk membesarkan anaknya sendiri, jauh dari perhatian publik.
Namun, anaknya, Leo, tumbuh menjadi anak yang luar biasa cerdas—seorang jenius di bidang sains dan matematika. Dengan kecerdasan yang melampaui usianya, Leo kerap membuat Rachel terkejut sekaligus bangga. Di usia muda, Leo mulai mempertanyakan asal-usulnya dan mengapa mereka hidup dalam kesederhanaan, jauh dari kenyamanan yang seharusnya bisa mereka nikmati. Ketika Leo secara tak sengaja bertemu dengan David di sebuah kompetisi sains, masa lalu yang Rachel coba tinggalkan mulai terkuak, membawa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjar Sidik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15: Kepungan Bayangan
Setelah pertemuan dengan pria misterius yang mengancamnya, David semakin terjaga dalam kewaspadaan. Kegelisahan memenuhi pikirannya, dan satu-satunya hal yang kini ia inginkan adalah memastikan keselamatan Rachel dan Leo. Musuhnya semakin berani dan, tampaknya, tahu lebih banyak tentang dirinya dan keluarganya daripada yang David bayangkan.
---
Di Rumah – Perbincangan Serius
Pagi itu, Rachel sudah menanti David di ruang makan. Raut wajahnya menunjukkan kecemasan yang ia coba sembunyikan. David tahu Rachel menuntut penjelasan lebih jauh setelah kejadian semalam.
“Kita tidak bisa terus seperti ini, David. Semalam aku mendengar suara dari pintu depan. Kamu pikir aku tidak tahu ada seseorang yang datang larut malam?” tanya Rachel langsung, suaranya bergetar namun penuh ketegasan.
David menghela napas panjang, berusaha mencari kata yang tepat. “Rachel, aku ingin melindungi kalian. Pria itu adalah bagian dari masa laluku, dan sekarang dia kembali dengan maksud yang jelas. Dia mengancam kita.”
Rachel menatap David, pandangan matanya campuran antara ketakutan dan kemarahan. “Lalu, apa rencanamu? Bersembunyi? Melarikan diri?”
“Aku akan melawan,” jawab David tegas. “Tapi aku butuh kamu untuk tetap tenang, dan kita perlu menjaga Leo lebih ketat.”
Rachel mengangguk perlahan, berusaha menyerap apa yang David katakan. Namun, hatinya tetap terasa tidak tenang. “David, aku akan mendukungmu. Tapi aku tidak ingin Leo terus berada dalam bahaya.”
---
Di Sekolah Leo
Hari itu, Leo berada di kelas dengan ceria, tak menyadari bahaya yang mengintai keluarganya. Namun, ada seorang pria asing yang tak dikenal sedang mengamati sekolah dari kejauhan. Pria itu memiliki pandangan tajam, penuh perhitungan, seolah sedang menilai keadaan.
Di saat yang sama, Leo tanpa sadar melihat pria itu dari jendela kelasnya dan merasa aneh. Ada perasaan tak nyaman yang tiba-tiba muncul, namun ia tidak begitu paham apa yang sebenarnya terjadi. Leo berusaha menyingkirkan rasa takutnya, berpikir mungkin itu hanya kebetulan.
Sementara itu, David yang sudah mendapatkan informasi tentang pria yang memantau Leo segera datang ke sekolah. Begitu melihat David, pria itu tersenyum sinis dan perlahan meninggalkan tempatnya, meninggalkan rasa penasaran yang mendalam bagi David.
“Siapa sebenarnya dia?” gumam David pada dirinya sendiri.
---
Di Kantor David – Diskusi Bersama Tim Keamanan
David memanggil seluruh tim keamanannya ke ruang rapat, wajahnya penuh ketegangan.
“Kita sedang berhadapan dengan ancaman yang sangat serius. Pria ini tahu kelemahan kita, dan dia tidak ragu untuk menyasar keluargaku,” David membuka pertemuan dengan nada tegas.
Alex, salah satu anggota tim keamanan, segera angkat bicara. “David, kita bisa memperketat keamanan di rumah dan kantor, tapi aku khawatir kita tidak cukup cepat untuk melawan ancaman dari dalam.”
Andrew mengangguk, memberikan pendapatnya, “David, kita mungkin harus menyusun rencana pelarian darurat, setidaknya untuk sementara, sampai kita bisa melacak semua sumber ancaman ini.”
David terdiam sejenak, merenungi usulan itu. Menghindar bukanlah sesuatu yang disukainya, tapi jika itu demi keselamatan Rachel dan Leo, mungkin itu pilihan yang terbaik.
“Baik, siapkan semua kemungkinan. Jika memang perlu, kita akan mengambil langkah darurat,” ujar David akhirnya, dengan nada tegas namun berat.
---
Malam Hari – Ketegangan di Rumah
Di malam hari, saat semua tampak tenang, tiba-tiba terdengar suara dering telepon yang memecah keheningan. David segera mengangkatnya, dan suara pria asing yang ia temui di sekolah tadi terdengar di seberang.
“Aku lihat kau berusaha melindungi keluargamu, David. Tapi apakah kau benar-benar berpikir bisa melindungi mereka selamanya?” tanya pria itu dengan nada sinis.
David mengepalkan tangan, menahan amarah yang bergejolak dalam dirinya. “Jika kau berani mendekati keluargaku, aku tak akan membiarkanmu pergi begitu saja.”
Pria itu tertawa kecil, lalu berkata, “Kita lihat saja, David. Kau tahu, ancaman ini tidak hanya datang dariku. Ada banyak orang yang menunggumu jatuh.”
Sambungan telepon terputus begitu saja, meninggalkan David dalam keadaan tegang. Ia tahu bahwa permainan ini jauh lebih berbahaya dari yang pernah ia bayangkan.
---
Keesokan Hari - Rachel Diculik
Pagi itu, ketika Rachel sedang berbelanja di pasar, sebuah van hitam meluncur cepat dan berhenti tepat di hadapannya. Beberapa pria bertubuh kekar keluar dari van dan menarik Rachel dengan paksa.
Rachel mencoba melawan, namun kekuatan mereka terlalu besar. Suara teriakan Rachel menarik perhatian orang-orang di sekitar, tapi mereka hanya bisa terdiam, terintimidasi oleh penampilan para penculik itu. Van itu melaju dengan cepat, meninggalkan Rachel dalam keadaan ketakutan.
---
David Menerima Pesan Ancaman
Tak lama setelah itu, David menerima pesan di ponselnya. Sebuah foto Rachel yang diambil di dalam van muncul di layar, disertai pesan singkat:
“Kau punya waktu 24 jam untuk menyerah, atau istrimu akan menghilang selamanya.”
David terdiam, terpaku menatap layar ponselnya. Keringat dingin mengalir di dahinya, sementara amarah dan kepanikan memenuhi pikirannya.
“Rachel…” gumamnya lirih.
---
Di Kantor Keamanan
David langsung menuju kantor keamanan dan bertemu Andrew yang sudah mengetahui kabar penculikan Rachel.
“Kita harus bergerak cepat, David. Kita tidak tahu di mana mereka menyembunyikannya, tapi kemungkinan besar mereka memiliki markas rahasia di luar kota,” ujar Andrew, sambil menunjukkan peta daerah yang diduga menjadi tempat persembunyian para penculik.
David mengangguk dengan tegas. “Aku tidak peduli berapa pun biaya yang harus dikeluarkan, aku ingin Rachel kembali dengan selamat.”
Alex menambahkan, “Tim kita sudah siap bergerak. Kami hanya butuh perintah darimu.”
David menatap mereka dengan mata penuh determinasi. “Lakukan sekarang. Temukan Rachel dan bawa dia kembali.”
---
Saat-Saat Menegangkan di Markas Penculik
Rachel berada di sebuah ruangan gelap, dengan tangan terikat dan mulut tertutup kain. Ia mencoba tetap tenang, meski jantungnya berdegup kencang. Di tengah kepanikan, ia mendengar suara langkah kaki mendekat.
Seorang pria yang tak ia kenal masuk, menatapnya dengan pandangan tajam. “Istri CEO yang berkuasa, pasti menakutkan berada di sini tanpa perlindungan, ya?”
Rachel hanya menatapnya tajam, menunjukkan bahwa ia tidak takut meski hatinya sebenarnya diliputi ketakutan.
Pria itu tertawa kecil. “Tenang saja. Suamimu akan datang, cepat atau lambat. Dan saat itu, kita akan lihat bagaimana kekuatannya hancur.”
---
Pertempuran Mencari Rachel
Di sisi lain, tim keamanan David sudah melacak lokasi van yang digunakan untuk menculik Rachel. Mereka tiba di sebuah gudang tua di pinggir kota, tempat yang diduga kuat sebagai markas para penculik.
David turun dari mobil, bersiap memasuki gudang dengan wajah penuh tekad. Namun, Andrew menghentikannya.
“David, biarkan tim kami yang menangani ini. Jangan bertindak gegabah,” ucap Andrew dengan nada memperingatkan.
David menatap Andrew tajam. “Rachel adalah istriku. Aku tidak akan tinggal diam.”
Tanpa berpikir panjang, David memimpin timnya memasuki gudang. Mereka bergerak cepat dan senyap, memastikan setiap langkah tak terdeteksi oleh penjaga. David semakin gelisah, memikirkan kondisi Rachel yang entah seperti apa.
---
Akhir Bab - Pertemuan Penuh Ketegangan
David berhasil menemukan ruang tempat Rachel disekap. Ia segera berlari mendekat, membebaskan Rachel yang langsung memeluknya erat dengan wajah penuh ketakutan.
“David… aku takut…” bisik Rachel dengan suara bergetar.
David menepuk lembut punggung Rachel, menenangkannya. “Aku di sini. Kamu aman sekarang.”
Namun, saat mereka bersiap untuk keluar, langkah mereka dihentikan oleh pria yang memimpin penculikan ini. Dengan senyum sinis, pria itu menodongkan senjata ke arah mereka.
“Akhirnya kita bertemu, David. Dan kali ini, aku pastikan kau tidak akan lolos begitu saja.”
Bab ini berakhir dengan ketegangan yang memuncak, dengan David yang harus menghadapi musuhnya dalam situasi yang tak menguntungkan. Pertarungan antara hidup dan mati telah dimulai, dan keselamatan Rachel tergantung pada keberanian David di saat-saat genting ini.