Hubungan yang telah di jalani selama tiga tahun harus berakhir dengan kekecewaan. 2 tahun menjalin hubungan jarak jauh akibat pekerjaan, nyatanya tidak berakhir bahagia. Bahkan janji yang terucap sebelum perpisahan pun tidak bisa menjadi jaminan akan kesetiaan seseorang.
sakit hati Zea membuatnya berubah menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10
Zea menatap acara yang berlangsung meriah dan bahagia itu dengan biasa saja. Setelah insiden tadi, acara di lanjutkan dengan tidak mengungkit atau mengingat lagi masalah itu.
Riki, Husen dan Bella sudah berada di samping Zea. Gadis itu terlihat sangat santai bak sedang melihat sebuah film yang tidak menarik tapi harus di lihat. Meski bosan tapi ia tidak beranjak dari tempatnya.
"Kenapa gak jujur saja sama mereka tentang siapa kamu, Dek?" Tanya Bella pada Zea.
Gadis itu tersenyum tipis mendengar pertanyaan Bella. Ternyata bukan hanya Bella saja yang penasaran. Tapi juga ke dua saudara Zea.
"Nanti pertunangannya batal kalau aku jujur, lagian aku gak mau dia balik lagi cuma untuk harta."
Jawaban Zea membuat Bella mengangguk paham. Sedangkan Riki dan Husen tersenyum puas. Tidak menyangka kalau Zea akan selegowo itu melepaskan kadal busuk seperti Joni.
Setelah acara pertunangan selesai dan kini waktunya bersantai menyantap makanan dan cemilan yang di sediakan. Zea mengajak pulang Riki karena ia sudah sangat bosan dan ingin segera ganti pakaian.
Malas juga berlama-lama di acara itu, pandangan setiap laki-laki tidak lepas dari dirinya. Dan itu membuat Zea tidak betah berada di sana.
Tapi ketika mereka berjalan hendak meninggalkan aula tempat pertunangan. Ada beberapa orang yang menghentikan langkah kaki mereka.
Husen sendiri segera pergi bersama Bella dan Bianca. Bayi menggemaskan itu sudah mengantuk dan ingin segera tidur di kasur. Bianca juga bukan tipe anak yang akan lama tertidur jika hanya di gendong.
"Berhenti! Urusan kita belum selesai," ucap seorang wanita dengan riasan sangat mencolok.
Jangan lupakan tubuhnya yang bagaikan toko rmas berjalan. Dari telingan, leher hingga kedua tangannya sampai ke jari-jari. Semua terpasang emas dengan bentuk dan ukuran yang berbeda-beda.
'Waduh! Toko emas model apa ini bisa bergerak begini?' batin Zea.
Pandangan Zea menatap dari atas hingga bawah dua orang wanita yang begitu banyak emas di tubuhnya. Bukannya norak atau tidak pernah pakai emas. Tapi memang baru kali ini Zea melihat ada orang yang menggunakan emas dalam jumlah banyak di satu tubuh.
'Kalau di rampok dapat banyak tuh, untung besar lagi,' bantin Zea lagi.
"Kenapa lihat-lihat? Gak mampu beli ya? Atau kamu gak punya emas seperti ini makanya kampungan begitu?" Cibir salah satu wanita yang terlihat lebih muda.
"Iya, kamu pasti gak mampu kan beli emas makanya pandangin kita sampai begitu. Iri ya sama orang kaya seperti kami," pamer si wanita yang lebih tua.
Zea dan Riki menahan tawa mereka melihat bagaimana cara keduanya berbicara. Memang tidak ada yang aneh dengan ucapannya. Hanya saja kedua tangan yang penuh dengan emas itu di gerakkan hingga semua gelang dan cincin terlihat.
Belum lagi kalung yang di sentuh-sentuh memamerkan kepemilikan mereka. Geli saja Zea dan Riki melihat hal seperti itu.
Mereka sendiri memiliki lebih banyak dari yang di miliki kedua wanita itu. Bahkan ada intan dan berlian yang harganya tentu saja lebih mahal dan berkualitas. Hanya saja mereka tidak menggunakannya dan lebih memilih untuk menyimpan tanpa harus di pamerkan.
"Ah sudah lah, kami menghentikan kalian karena ada urusan penting. Terutama kamu perempuan penggoda," kata si wanita muda sembari menunjuk Zea.
Yang di tunjuk mengerutkan kening bingung karena merasa tidak kenal dengan orang-orang yang menghentikannya itu.
"Maksud Mbak apa, ya? Emang kita saling kenal?" Tanya Zea masih bersikap sopan.
"Jaga ucapan Anda, Nona! Jangan sembarangan melabeli orang lain dengan kata penggoda," geram Riki.
Ia tidak terima adik kesayangannya di hina seperti itu di depan matanya langsung. Sedangkan tadi saja ia sudah mati-matian menahan amarah saat Zea di hina oleh Mimi dan Joni. Tapi karena ucapan Bella ada benarnya, maka ia menahan diri.
"Siapa kamu? Jangan ikut campur dalam masalah kami. Atau kamu sugar daddy perempuan penggoda ini? Kamu bodoh sekali mau-mau saja dengannya. Hanya modal muka cantik hasil operasi plastik saja di kejar," cibir si wanita muda.
Riki baru akan buka suara lagi saat Zea menahan tangannya. Zea hanya ingin tahu siapa orang-orang di hadapannya. Dan apa alasan mereka menghinanya seperti itu.
"Siapa kalian?" Tanya Zea.
"Kami adalah keluarganya Joni dan calon besan dari Pak Loni. Pengusaha sukses yang sebentar lagi akan mewariskan perusahaannya kepada menantu saya Mimi. Dan anak saya akan menjadi seorang Direktur di perusahaan besar. Saya sendiri Ibu nya Joni, Mira. Dan ini Kakaknya Joni, Preti. Ini Bapaknya Joni, Wendi. Dan ini Kakak iparnya Joni, Gito."
Wanita yang mengaku sebagai keluarga dari Joni. Bahkan mengatakan kalau dirinya ibu kandung dari pemuda itu. Mengenalkan satu persatu keluarganya dengan rasa bangga.
"Oh," sahut Zea singkat.
Preti yang mendapati respon Zea tidak seperti harapannya merasa heran. Ia pernah mendengar dari Joni kalau sang adik memang memiliki pacar dulu kala kuliah. Dan Joni juga bercerita meski pacarnya sangat cantik tapi juga miskin dan tidak sebanding dengan mereka.
Tadi mereka sempat melihat keributan antara Zea, Joni dan Mimi. Awalnya mereka memang tidak tahu bagaimana sosok pacar Joni kala kuliah. Dan baru saat ini mengetahui bagaimana sosok Zea sebenarnya.
Mereka ingin mendekati Joni kala perdebatan terjadi. Tapi langkah mereka tertahan karena banyaknya keluarga Mimi yang hadir. Belum lagi beberapa kerabat mereka yang merupakan pejabat negara melarang mereka ikut campur.
Akan sangat beresiko kalau sampai orang-orang mengenali mereka sebagai kerabat beberapa pejabat. Bisa-bisa para pejabat itu akan terkena masalah. Apa lagi ini merupakan pesta seorang pengusaha yang cukup sukses pula.
"Oh? Kamu gak kaget begitu tahu siapa kami?" Tanya Preti heran.
"Enggak, memangnya kenapa harus kaget? Memangnya kalian hantu sampai aku harus kaget begitu tahu siapa kalian?" Tanya Zea dengan muka polosnya.
Jawaban Zea membuat bu Mira kesal bukan main. Ia dan Preti yang sudah sejak tadi ingin melabrak Zea tentu saja tidak suka dengan jawaban gadis itu.
"Kamu harusnya takut sama kami karena kedatangan kami sekarang untuk memberi kamu pelajaran," ucap bu Mira.
"Maaf Ibu, saya sudah lulus kuliah. Gak perlu pelajaran lagi, saya sudah bosan. Mau istirahat dulu sebelum belajar lagi," sahut Zea masih mencoba sopan pada yang lebih tua.
Riki berusaha mati-matian menahan tawanya yang hampir meledak kala melihat wajah dan ucapan Zea. Ada-ada saja adiknya ini, mana wajahnya terlihat sangat polos dan menggemaskan lagi waktu bicara. Seakan-akan ia memang gadis polos yang tidak tahu maksud dari lawan bicaranya.
lanjut torrr