Arumi Khoerunisa, seorang wanita yatim piatu yang peristri oleh seorang pria yang selalu saja menghina dirinya saat dia melakukan kesalahan sedikit saja.
Tapi kehidupan seketika berubah setelah kehadiran tetangga baru yang rumahnya tepat disampingnya.
Seperti apakah perubahan kehidupan baru Arumi setelah bertemu tetangga baru?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
"Ayo Mbak, kita lihat bunga yang lain!" ajak Erlan yang tiba-tiba menggenggam tangan Arumi.
Arumi seketika tersentak kaget, dan sepertinya Erlan menyadari itu.
"Ehhh ... Maaf, Mbak." Erlan tersenyum kikuk dan langsung melepaskan tangan Arumi.
"Kebiasaan kalau jalan sama Rika jadi kebawa." lanjut Erlan seraya tertawa kecil.
"Gak papa." jawab Arumi canggung.
Mereka melanjutkan langkah mereka sambil berjalan beriringan.
Mereka melihat beragam jenis bunga yang di tanam disana.
Dari mulai hamparan bunga rose, beragam jenis kaktus, rumah kaca, dan juga sebuah labirin yang di buat dari sejenis tanaman yang biasa dibuat bonsai.
Setelah itu mereka memutuskan untuk duduk di sebuah kursi taman yang berada di pinggir danau.
Erlan pamit untuk pergi sebentar, hingga tak berselang lama Erlan kembali dengan dua botol minum di tangannya.
Dan Erlan menyodorkan satu botol minum pada Arumi.
"Cape ya Mbak?" tanya Erlan setelah melihat Arumi meminum minuman yang berikan cukup banyak.
"Sedikit."
"Tapi seneng kan?" Tanya Erlan seraya menatap lekat Arumi.
"Banget."
"Bagus deh kalau Mbak Arumi seneng." Jawab Erlan.
"Mbak!" panggilan Erlan pelan seraya kembali menatap Arumi.
"Hmmm?"
"Boleh gak aku panggil Mbak Arumi gak pakai 'Mbak' lagi. Tapi cuma Arumi?" Tanya Erlan ragu.
Arumi sedikit terkejut. Dan entah kenapa jantungnya lagi-lagi berdebar tak menentu.
"Kalau aku manggil Mbak Arumi tanpa kata 'Mbak', rasanya aku jauh lebih akrab sama Mbak Arumi. Apalagi umur kita kan gak terpaut jauh. Kita hampir seumuran, cuma beda beberapa tahun aja. Boleh gak kalau aku panggil Arumi?" Erlan kembali mengulang pertanyaannya.
Arumi mengangguk kepalanya setuju, membuat bibir Erlan seketika mengukir senyum.
"Arumi!" panggil Erlan.
"Apa?"
"Arumi!" panggil Erlan lagi.
"Arumi!" Erlan kembali memanggil.
"Arumi!"
Arumi seketika tertawa melihat tingkah Erlan. Begitu juga dengan Erlan.
Tawa mereka akhirnya mereda saat seorang penjual suvenir menjajakan dagangannya pada mereka.
Terlihat ada beberapa jenis kalung, gelang dan cicin terbuat dari beberapa jenis manik yang di kombinasikan dengan cantik.
Arumi meraih sebuah gelang dengan huruf inisial namanya yang terlihat sangat cantik.
"Kamu suka?" tanya Erlan saat melihat Arumi yang sepertinya menyukai gelang itu.
"Saya beli yang ini ya, Bu!" ucap Erlan pada si penjual tanpa menunggu jawaban dari Arumi.
"Aku bisa bayar sendiri, kok!" tukas Arumi saat Erlan sudah merogoh sakunya.
"Gak papa, Arumi. Anggap aja ini hadiah dari aku."
Lagi-lagi Arumi hanya bisa pasrah saat Erlan selalu bersikap baik terhadapnya.
Tak ingin dia saja yang mendapat hadiah, Arumi mengambil satu gelang lagi dengan inisial nama Erlan.
Yang membuat Erlan seketika menatap Arumi dengan tatapan heran.
"Aku juga mau ngasih ini buat kamu. Sebagai hadiah dari aku." Ucap Arumi seraya menyodorkan gelang itu pada Erlan.
Sontak senyum di bibir Erlan seketika mengembang setelah menerima hadiah dari Arumi.
Dan sekarang mereka berdua memakai gelang yang hampir sama dengan inisial nama mereka masing-masing.
***
Jam sudah hampir menunjukkan pukul delapan malam, saat Arumi dan Erlan sampai ujung gang rumah mereka. Arumi meminta Erlan untuk menurunkannya di sana saja.
Meski Erlan berkata kalau, Rika tak akan mempermasalahkan kedekatan mereka bedua, tapi Arumi merasa tak enak Rika melihat mereka jalan-jalan bersama seperti itu.
Akan lebih kalau Rika tak tahu kalau mereka sudah menghabiskan waktu berdua hampir seharian ini.
Apalagi kalau sampai Ibrahim yang melihat kebersamaan mereka berdua.
Arumi tak mau kalau Ibrahim juga akan melampiaskan amarahnya pada Erlan juga.
"Makasih ya Erlan!" Ucap Arumi sebelum ia keluar dari mobil.
"Aku yang harusnya bilang makasih sama kamu, Arumi." Jawab Erlan.
Arumi seketika bingung dengan apa yang ucapkan Erlan.
"Maksud kamu?"
"Makasih kamu udah mau jalan-jalan sama aku. Aku seneng bisa kaya gini sama kamu, Arumi."
Hati Arumi seketika menghangat, sampai tanpa sadar bibirnya melengkung mengukir senyum setelah mendengar ucapan Erlan.
Arumi dengan cepat keluar dari mobil Erlan, ia melanjutkan perjalanan menuju rumahnya dengan berjalan kaki.
Setelah sampai di depan pintu rumahnya, tanpa rasa ragu Arumi langsung membuka pintu dan melangkah memasuki rumah.
Tentu saja ia sudah di sambut Ibrahim yang kini tengah menunggunya dengan dada bergemuruh penuh amarah.
Ibrahim dengan cepat bangkit dari duduknya lalu melangkah menghampiri Arumi, lalu mendaratkan sebuah tamparan di pipi Arumi.
Arumi seketika terhuyung, tubuhnya yang oleng seketika ambruk di lantai. Tapi, Arumi dengan cepat berusaha untuk berdiri kembali.
Arumi kini akan memberikan diri untuk tak gentar menghadapi perlakuan kasar Ibrahim.
Arumi merasa tak bersalah kali ini, tapi Ibrahim lah yang membuat kesalahan fatal terhadapnya.
"Habis dari mana, Arumi!" sentak Ibrahim.
Sedangkan Arumi hanya diam tanpa menjawab pertanyaan Ibrahim.
Plakkk!!!
Untuk kedua kalinya Ibrahim kembali mendaratkan sebuah tamparan di pipi Arumi.
Beruntung tamparan Ibrahim kali ini tak membuat tubuh Arumi kembali ambruk.
"Kamu berani keluyuran lagi, hah? Pergi kemana aja kamu seharian ini!"
Ibrahim hampir kembali hendak menampar Arumi untuk ketiga kalinya. Namun Arumi berusaha menepisnya.
Arumi sudah tak mau lagi mendapat perlakuan kasar dari suaminya.
"Cukup, Mas!" Teriak Arumi dengan kedua matanya yang sudah memerah.
"Mas Ibrahim gak berhak buat nyakitin aku kaya gini!"
"Apa maksudmu, hah?"
"Mas Ibrahim yang salah sama aku. Mas Ibrahim yang harusnya dihukum, bukan aku!"
Raut wajah Ibrahim seketika berubah bingung. Pria itu sepertinya masih belum mengerti dengan apa yang di ucapkan Arumi.
"Maksud kamu apa, Arumi?" Tanya Ibrahim lagi.
Arumi terdiam sejenak, ia mengumpulkan seluruh keberaniannya untuk mengungkap kesalahan yang dilakukan Ibrahim.
Arumi tak ingin terlihat lemah lagi di hadapan suaminya itu.
"Semalam Mas Ibrahim kemana ?" Tanya Arumi yang kini menatap Ibrahim tepat di manik matanya.
Raut wajah Ibrahim langsung berubah gugup. Tapi meski begitu Ibrahim masih tetap berusaha menyembunyikan rasa gugupnya.
"Mas udah bilang, kan. Kalau Mas nginep di rumah temen."
"Kamu bohong, Mas!" Tukas Arumi cepat.
"Mas udah bohong sama aku!"
"Maksud kamu apa, Arumi?"
Ibrahim kini berusaha meraih tangan Arumi. Namun, Arumi dengan cepat menepis tangan Ibrahim dengan kasar.
"Mas Ibrahim semalam sama wanita lain, kan!" Ucap Arumi dengan ekspresi mencemooh.
"Mas tidur sama seorang wanita, kan?"
"Arumi!" Ibrahim lagi-lagi berusaha meraih tangan Arumi.
"Apa yang Mas perbuat di hotel sama wanita itu, hah? Kalian tidur bareng? Kalian melakukan hal tak senonoh?" Ucap Arumi lagi yang membuat wajah Ibrahim seketika pucat pasi.
"Jawab Mas! Jawab pertanyaanku!!" Teriak Arumi saat Ibrahim kini hanya diam membeku.
Wajah Ibrahim terlihat semakin pucat. Rasa bersalah pada Arumi kini memenuhi relung hati Ibrahim.
Tatapan Ibrahim yang semula seolah akan membunuh Arumi saat itu juga seketika berubah sendu.
Ibrahim kini menurunkan seluruh harga dirinya di hadapan Arumi dengan bersimpuh di kakinya.
"Maaf Arumi. Mas udah salah sama kamu. Mas emang pria bejat!"
Saat itu juga hati Arumi bak remas dengan erat, jawaban Ibrahim seolah membenarkan apa di ucapkan Arumi.
Pria itu sudah berkhianat padanya dengan tidur bersama perempuan lain.
Kedua kaki Arumi seolah kehilangan pijakannya, tubuhnya kembali ambruk ke lantai di iringi dengan bahunya yang berguncang hebat.
Dadanya di penuhi rasa sesak saat mengingat Ibrahim yang sudah menghianati rasa cintanya.
************
************
dan jika saling sadar jika pernikahan termasuk dalam hal ibadah kpd Tuhannya, maka seharusnya Memiliki rasa Takut ketika melakukan hal diluar yg dilarang dalam suatu pernikahan itu sendiri....
walau bagaimanapun alasannya, alangkah baiknya jika diselesaikan dulu yg sekiranya sdh rusak...
Jika masih dalam suatu hubungan pernikahan itu sendiri, Jangan coba-coba melakukan hal yg berganjar: Dosa besar !!!!
bodohmu itu lho ,,