Mita Diandra Putri adalah gadis berusia 19 tahun, seorang anak tunggal yang terkenal cerdas dan berprestasi. Dia juga terlahir dari orang tua yang kaya raya, namun dia terlalu larut dalam pergaulan bebas yang pada akhirnya ia terpaksa harus menikah diusia muda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mvin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Andaikan aku tak terlambat, apakah cinta ini masih bisa berbalas". Batin Dhea yang berkecamuk.
Mita tersenyum hangat kepada kedua wanita di hadapannya.
" Wah mba Mita ni masih muda yo, ayu tenan mba ini. Pantesan mas Raka ngebet banget nikah". Celoteh Intan saat pertama kali melihat Mita. Intan memang anak yang asyik dan mudah akrab dengan siapa saja. Berbeda dengan Dhea yang berkarakter pendiam.
" Kamu bisa aja, jangan panggil aku mba dong panggil Mita aja". Mita tersenyum ramah dan mencoba mengakrabkan diri pada Intan.
" Wah ngga bisa dong mba, mba Mita ini istrinya mas Raka toh, berarti mba juga sudah jadi kakak saya". Dengan sopan Intan menolak permintaan Mita.
" Sudah sudah, Intan bisa panggil Mita apa saja yang penting sopan. Kalian pasti belum makan kan. Biar mas siapkan dulu ya dan sementara kalian bisa bersih-bersih di kamar tamu". Raka mencoba menyudahi obrolan di sana agar semuanya bisa segera istirahat.
"Paket Go Food". Terdengar suara nyaring dari balik pintu. Raka akan berdiri untuk membukakan pintu namun dihalangi oleh Mita.
" Biar aku aja Mas. Mas Istirahat aja". Mita semakin khawatir saat tangannya tak sengaja bersentuhan dengan Raka. "Suhu badannya panas sekali". Batin Mita.
Mita segera berdiri dan berlalu membukakan pintu. Intan hanya senyum-senyum melihat keakraban Raka dan Mita. Di samping itu, ada Dhea yang masih memperhatikan Raka yang sepertinya sedang tidak enak badan. Akhirnya ia pun memberanikan diri untuk bertanya pada Raka.
"Raka, kamu sakit? Kamu terlihat pucat".
" Emm hanya sedikit tidak enak badan saja". Raka tersenyum dan mencoba terlihat baik-baik saja karena dia tidak ingin Intan khawatir. Intan yang baru menyadari jika wajah Raka memang pucat begitu khawatir dan langsung beranjak memegang dahi Raka.
" Mas kamu demam ini. Ko ga bilang toh. Sudah sini biar aku antar ke kamar. Mas istirahat aja".
" Mas gapapa Intan habis istirahat juga baik lagi ko". Raka mencoba meyakinkan Intan agar ia tidak khawatir berlebihan. Mita yang baru masuk rumah dan menyadari situasi yang ada di ruang tamu itu langsung bergegas menggandeng tangan Raka.
" Mas Raka emang lagi kurang sehat, Mas nanti istirahat aja dulu ya dan maaf tadi aku pesan makanannya ga banyak aku ga tau kalau akan ada tamu jauh jadi nanti aku pesan makanan lagi ya".
" Mas gapapa Ta, nanti biar Mas yang masak aja buat kita semua".
" Maaf kalau saya kurang sopan, jika boleh biar saya saja yang masak. Nanti biar Intan yang bantu". Dhea mengajukan diri untuk memasak karena dia juga sebenarnya khawatir melihat Raka. Hanya saja dia menahan diri untuk tidak memperlihatkannya.
" Bener tu kata mba Dhea, biar kita yang masak. Mba Mita juga ikut masak aja yuk biar mas Raka istirahat saja. Mba Mita mau toh?". Intan memberi ide yang membuat Raka dan Mita garuk-garuk kepala. Raka tahu Mita sama sekali tidak bisa memasak dan dia juga tidak ingin membiarkan Mita merasa tidak percaya diri karena Raka tahu setidaknya Dhea pasti lebih mahir dalam memasak. Namun Mita ternyata tidak peduli dengan omongan orang lain, dia tetap hanya ingin menjadi dirinya sendiri.
" Iya aku mau, tapi kalian ajarin ya soalnya aku ga bisa masak". Raka yang mendengar jawaban Mita merasa kagum dan lega. " Ternyata dia memang gadis yang polos dan apa adanya". Batin Raka sambil senyum-senyum tersipu dengan istrinya sendiri.
" Yey makasih mba Mita. Yu kita ke dapur jadi ga sabar. Mas Raka istirahat aja dulu ya". Intan langsung menggandeng Dhea dan Mita untuk pergi ke dapur dan memasak. Sesampainya di dapur Dhea langsung membuka kulkas dan mengambil udang yang masih segar dengan sayur sayuran yang ada di kulkas. Sedangkan Intan dan Mita masih menunggu instruksi dari Dhea sambil sedikit berbincang-bincang.
" Nah kebetulan sekali ada udang. Kita bisa masak tumis udang kesukaan Raka sama sayur sop ya". Dhea begitu bersemangat memasak makanan untuk Raka. Ketika di sekolah Dhea sering membawa dua bekal untuk dimakan bersama Raka. Raka tidak pernah menolak kebaikan Dhea, karena Raka sudah menganggap Dhea seperti keluarganya sendiri.
" Mba Dhea tahu dari mana mas Raka suka udang? Kirain cuma aku yang tahu ternyata mba Dhea juga tahu toh". Intan memicingkan mata seperti dapat saingan baru, namun Mita yang sebagai istrinya Raka terlihat biasa-biasa saja dan malah ia pun baru tahu jika Raka suka udang.
" Udah toh mending kita masak nanti keburu malem". Dhea mencoba mencairkan suasana. Dhea juga sempat melirik kearah Mita karena ada rasa tidak enak hati jika Mita tersinggung namun Dhea heran dengan raut wajah Mita yang terlihat biasa-biasa saja, padahal harusnya Mita lah yang tersinggung dengan ucapannya.
" Apa Mita benar-benar mencintai Raka". Batin Dhea mulai menerka-nerka. Dhea mulai curiga jika Mita memang benar-benar tidak peduli dengan Raka. Kegiatan memasak di dapur itu pun telah selesai, Mita sedang menghidangkan makanan di atas meja makan. Dan di sana sudah ada Raka yang duduk manis menunggu makanan dihidangkan sambil terus menatap kecantikan istri kecilnya itu. Ini pertma kalinya Mita menyiapkan makanan untuk Raka, selama ini Raka yang selalu memasak dan menyiapkan makanan untuk Mita. Jadi Raka tidak akan menyia-nyiakan kesempatan langka ini. Intan yang baru akan bergabung ke meja makan pun berdehem melihat Raka yang tidak pernah berhenti memandang Mita.
"Ehem..Ehem kayaknya mas Raka ga perlu makan deh cukup liatin mba Mita aja udah kenyang kayanya tuh". Haha Intan tertawa gemas melihat pasangan baru yang masih malu-malu itu.
" Intan kamu ini ada-ada aja, kalau mas Raka ga butuh makan mana mungkin dari tadi dia udah duduk manis di meja makan. Udah yu kita makan dulu laper nih". Dhea yang baru datang dari dapur dan melihat obrolan kecil mereka hanya tersenyum pasi.
" Raka, ini aku masakin bubur juga buat kamu dimakan ya". Dhea memberikan sebuah mangkuk yang berisi bubur ayam.
" Wah mba Dhea ini perhatian banget ya sama mas Raka dari dulu emang cocok tapi sayang ga jodoh". Intan blak blakan berkomentar sampai lupa jika ada Mita di sana. Intan tak sadar kalau ia keceplosan sampai ia mendapat tatapan tajam dari Raka, Intan langsung menutup mulutnya dan menggaruk garuka kepalanya yang tidak gatal.
" Udah yu kita makan". Lagi-lagi Dhea mencoba mencairkan suasana karena bagaimana pun Dhea tidak ingin Mita salah paham padanya. Walaupun lagi-lagi Mita terlihat cuek dan tidak peduli dengan ocehan Intan.
"Makasih ya Dhe, lain kali kamu ga perlu repot-repot. Kalian kan tamu disini tapi malah masak buat kita semua. Sekali lagi makasih ya". Raka mencoba tetap tenang dan bersikap baik pada Dhea walaupun sebenarnya dia enggan untuk makan bubur yang dibuat khusus untuk dirinya. Raka berharap hanya istrinya lah yang memberi perhatian lebih padanya.