Bagaimana menderitanya Veronica Han yang harus hidup berdampingan dengan lelaki musuh bebuyutannya semenjak orok. yang sialnya lagi lelaki bernama lengkap Bian Nugroho itu adalah bos di cafe tempat ia bekerja. penderitaan ini akan terus berlanjut sampai akhirnya tumbuh benih cinta di antara kedua manusia paling tidak akur di dunia.
"Selamat pagi bos"
"jangan sok asik sama bos sendiri! mentang mentang saya orang yang kamu kenal jauh malah sksd begitu"
"terserah Lo deh Bian!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uriii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
010 | Perjalanan panjang
"Diem deh Bian!"
"Nggak nyangka banget cewek tomboy, ceplas-ceplos, katanya kul! Jeh, terus si paling jaga imej! Eh tiba-tiba nangis cuman gara gara ngedenger lagu galau? HAHAHA langka banget!" Bian terus saja cerocos di tengah jalan sampai tertawa terbahak-bahak membuat Veronica mendengus dan duduk menghadap jendela..
"Terus sekarang tukang ngambekan?"
"Lo kalo nggak diem gue sebar foto Lo yang baru bangun tidur sambil make kolor si kembar botak!" Bian acuh saja dengan ancaman itu karena seingatnya saat itu Veronica tak memegang ponsel. Jadi itu hanya gertakan biasa saja.
"Sebar aja dah! kagak takut tuh gue!" Veronica lagi lagi memberenggut kesal. ia lebih baik tutup mulut dan berusaha tidur saja. Karna sepertinya tempat yang akan ia tuju dengan bosnya masih jauh.
"Kalo dah sampe bangunin," Bian menengok sekilas saat melihat Veronica sudah dalam posisi nyaman untuk tidur.
"Baru pertama kali ini gue di giniin sama karyawan sendiri, apes! apes! malah di nistain melulu lagi," Ia melirik ke arah gadis itu yang sudah nyenyak masuk ke dalam alam mimpi.
Jika di pikir pikir kembali. Ia selalu merasa nostalgia jika melihat wajah yang selalu bareface itu. Saat dimana dulu ia sering di palaki oleh gadis mungil dengan rambut ala Dora kebanggaannya.
Tak ada yang banyak berubah setelah tujuh tahun berpisah semenjak lulus SMA. Gadis selengekan ini masih kecil mungil dengan gaya andalannya yakni menjelma menjadi cowok. Bedanya, dari masuk SMP sampai lulus SMA Veronica selalu memakai topi miring kebanggaannya tapi sekarang tidak. Entah dimana topi itu sekarang. Berwarna hitam dengan cat random yang sepertinya di cat sendiri oleh gadis ini. Selama sekolah itu pun enam tahun berturut-turut tidak pernah di ganti.
Ia jadi teringat saat pertama kali Bian di palaki oleh Veronica. saat pertama masuk TK, di jam istirahat ia membawa Snack ringan sangat banyak sekali. Dan Veronica yang mata duitan dan mata cemilan memiliki ide cemerlang. Dari situ lah, setiap jam istirahat gadis itu selalu memalakinya. Jika tidak maka ia akan mengumumkan ke seluruh kelas bahwa Bian sering mengompol. Lucu sekali, semenakutkan itu kah Veronica dulu di mata Bian kecil?
"Lo kena karma atau azab Ve? Yang dulu suka banget malakin gue eh sampe sekarang masih tukang malakin gue juga. mana minta gaji nya pengen gede Mulu lagi."
ia geleng-geleng kepala, sebenarnya Bian mengantuk sekali. Tapi karna ia harus memantau hukuman yang di kerjakan oleh Veronica. Terpaksa ia wajib menemani agar tak bikin heboh sana sini dan berakhir malu. Tahu sendiri kan bagaimana selengekan nya cewe nggak bener ini jika mengenai mulut tak ada rem?
"Gue kira Lo bakal nemenin gue selama perjalanan jauh ini. Taunya baru berangkat udah molor aja, kurang asem emang! dah mah jauh banget lagi tempatnya. Kenapa sih dulu gue milih agen pasar yang jauh banget dari cafe? Jadi capek sendiri kan kalau turun tangan langsung kaya gini."
Bian terus saja bicara sendiri agar tak mengantuk pastinya. jika Veronica tahu jika bosnya bicara sendiri seperti itu pasti jadi bulan bulanan cewek jadi jadian ini.
setelah beberapa menit ia memarkirkan mobilnya di rest area terlebih dahulu untuk sarapan. Sudah satu jam perjalanan di tambah macet karna pagi pagi itu aktifitas seperti berangkat sekolah dan berangkat kerja membeludaknya di pagi hari. Jadi wajar lah sampai membuat punggung Bian kaku.
"Kalau di bangunin kasian, tapi dia belum sarapan. Gimana?" Ia bertanya pada diri sendiri yang pasti tidak akan menemukan jawaban yang pasti.
"Dah biarin aja lah, yang penting gue yang ngebawa kendaraan ini nih yang harus sarapan. Biar nggak terjadi sesuatu yang nggak mengenakan di tengah jalan nantinya."
Ia berjalan menuju tukan bubur ayam yang beragam, banyak sekali pilihannya. Mulai dari pembeli bubur naik haji ada, bubur not ayam ada, bubur sate ada, dan Bian di buat bingung karna semuanya menggiurkan apalagi yang pertama.
"Bang bubur ayam nya dua yah di bungkus, yang satu jangan pake kacang sama bawang bolong terus yang komplit nya di pisah aja sama kuah yah mas"
"Siap!" Ujar mas penjual bubur ayam dengan tulisan di gerobaknya yang unik yakni, pembeli bubur ayam naik haji.
Bian membuka handphonenya dan mencari aplikasi chat. Ia akan mengabari salah satu karyawannya.
"Paan?" Terdengar suara serak berat seperti bangun tidur dari sebrang sana.
"Lo baru bangun? Astaga, mentang mentang jadwal belanjaan Lo bulan ini di ambil sama si Ve," Bian mendengus merasa iri bisa leha leha santai bersama kasur. Sedangkan ia? Tidak sama sekali. Jangan berharap pada Bian agar ia bisa bermanja dengan kasur. Tidur saja jarang karna banyaknya kerjaan yang menumpuk.
"Ya iya lah! Manfaatin waktu yang ada, napa Lo nelpon gue? ganggu orang tidur aja!" Suara dari Roki kini sudah mulai biasa saja tak berat seperti tadi.
"Gue mau nanya, emang lokasi perbelanjaan sekarang tempatnya nambah jauh ya?" Tanya Bian membuat Roki yang berada di sebrang sana terdiam membisu.
"bukan jauh! Lo nya yang milih tempat pemasarannya yang gila! gue juga tau dimana harga mahal di situ barang berkualitas tapi nggak gitu juga caranya. Kejauhan ege! Ntar juga kebiasaan Lo kalo udah sering. kaya gue sama Riska," Bian menjauhkan handphone nya dari telinga. Karna Roki berbicara dengan nada sewot dan keras. Sepertinya lelaki kalem itu ketularan virus cocot Veronica deh, Pikir Bian.
"Ya tapi kan kita belanja pemasokan bahan bahan itu setiap sebulan sekali kali. Ja--" Bian berdecak saat sambungan telepon di matikan begitu saja oleh Roki.
"Apes gue jadi bos apes!!!"
"Ini mas buburnya," Bian terlonjak kaget saat mas penjual bubur ayam itu berbicara tepat di telinganya.
"Aduh mas, bikin saya kaget aja"
"Lagian mas nya di panggil panggil nggak nyahut. Ya udah saya gas aja di telinga."
Bian yang masih kesal dengan pembicaraan Roki tadi di telpon tambah kesal lagi karna mas bubur ini. Ia mengambil uang di dompet dan memberikannya kepada mas itu. "Kembaliannya ambil aja mas"
"Lah? Kurang ini mah mas bukan lebih," Bian tersentak. ia menengok kanan-kiri semoga tidak ada yang melihat aksi memalukannya itu. Ia kembali mengambil uang biruan kepada mas nya. Dan langsung melenggang pergi begitu saja karna menahan malu pastinya.
"ck ck! belum bangun juga ternyata, kebo banget sih!"
Bukannya membangunkan gadis itu Bian malah membuka handphonenya dan mencari aplikasi kamera. Menyorot ke arah wajah Veronica yang sedang tertidur dengan kedua pipi terjepit bantal leher dan bibirnya yang terbuka sedikit. Bian cekikikan tak habis habis.
"Bukannya komuk malah imut, emang dasarnya cewek mau perawakan kek gimana pun kalo aslinya imut ya imut aja," Bian terdiam saat sadar telah memuji musuh bebuyutannya. Ia menggelengkan kepala berusaha mengusir pikiran anehnya.
"Ketahuan kan!"