✳️Cinta dalam Luka❇️
---------------------------
Ini Adalah sebuah cerita singkat, namun di dalamnya tersirat kesedihan yang mendalam..
-
-
Ritsu Alexandra, seorang perempuan berusia 24 tahun dengan tubuh mungil. Mata hazelnya yang indah, bulu mata lentiknya, dan bibir merah muda alami membuatnya terlihat lembut dan rapuh. Namun di balik parasnya yang manis, hidup Ritsu jauh dari kata bahagia.
Leandro—atau biasa dipanggil Lean—adalah pria berusia 27 tahun dengan tubuh atletis dan sorot mata tajam yang menusuk. Afan adalah seorang mafia kelas kakap, terkenal dengan sifat kejam dan tak kenal ampun.
Ritsu dan Lean adalah sepasang suami-istri. Namun pernikahan itu jauh dari cinta. Lean menikahi Ritsu hanya untuk membalas dendam masa lalu yang menghancurkan keluarganya.
............
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
-
George segera duduk, tapi perhatian nya beralih pada Ritsu .
“Wih, ada cewek cantik di sini!” seru George sambil tersenyum lebar. “Hai, cantik. Nama gue George, si paling ganteng sedunia,” kata nya sambil menjulurkan tangan untuk bersalaman.
“Ritsu ,” balas Ritsu sambil menyambut uluran tangan nya. Namun, George tidak melepaskan tangan Ritsu dan malah mengelus nya, membuat Ritsu merasa risih.
Plakk.. Lean memukul punggung tangan George. “Lepasin tangan bini gue! Mau cari mati lo?” ucap nya dingin.
George terkejut, tapi kemudian tertawa. “Bini lo? Buset, bro, lo dapet istri spek bidadari surga! Jahat banget nggak ngenalin ke gue!”
“Kalau gue ngenalin ke lo, pasti lo godain. Lo kan buaya,” balas Lean tajam.
“Tau aja lo,” ucap George sambil nyengir. Dia lalu berpindah duduk di sebelah Ritsu , mengisi sofa kosong di samping nya.
“Cantik, bagi nomor WA dong,” goda George.
Ritsu hanya tersenyum canggung, sementara dia bisa merasakan tatapan tajam Lean yang membara.
“Kalau lo udah bosen sama Lean, gue siap nungguin lo,” bisik George dengan nada genit.
Anna yang duduk di seberang mereka memutar mata nya, lalu pura-pura muntah. “Hueek, najis!”
“Apaan lo, bocil? Nggak usah ikut campur!” balas George.
“Eh, lo lagi hamil, ya?” tanya George sambil melirik perut Ritsu .
“Iya, lima bulan,” jawab Ritsu kikuk.
“Wah, bentar lagi jadi ibu muda. Keren juga. Tapi sayang banget, ya... susah nih ngajakin lo jadi istri gue,” ujar George sambil terkekeh.
Lean tampak semakin kesal melihat George yang terus menggoda Ritsu.
“Udah puas lo ngobrol sama bini gue?” suara Lean terdengar berat.
“Wih, santai, bro. Lo cemburu, ya?” ejek George sambil tertawa kecil.
“Lo mau nyari mati, ya?” balas Lean, suara nya mengancam.
“Waduh, ampun, suhu!” George langsung berpindah ke sofa lain, meninggalkan Ritsu .
Anna tertawa kecil. “Ciee, Bang Lean cemburu! Biasa nya istri sendiri di cuekin. Eh, sekarang jadi posesif.”
“Diam, lo! Mau gue potong uang jajan lo?” ancam Lean pada Anna.
Anna langsung mengangkat tangan, pura-pura menyerah. “Nggak, Bang. Maaf, Bang!” kata nya cepat. Dalam hati, dia tahu hidup tanpa uang jajan berarti mimpi buruk bagi hobinya berbelanja.
Ritsu hanya bisa tersenyum kecil, sementara Lean tetap memasang wajah dingin nya. Namun, di balik sikap nya itu, terselip rasa yang mungkin baru dia sadari: cemburu dan sayang.
🔹🔹🔹🔹🔹
Beberapa saat kemudian, setelah Lean dan George berbincang-bincang..
“Gue pulang dulu, ya,” ucap George sambil melangkah ke pintu.
“Iya, hati-hati,” balas Ritsu sopan.
“Sini peluk dulu,” goda George sambil merentangkan tangan, wajah nya penuh dengan senyum usil.
Namun sebelum Ritsu sempat bereaksi, suara dingin Lean memotong.
“Eh, mau ngapain lo? Udah bosen hidup, ya?”
“Haha, canda, bro! Santai aja,” sahut George dengan tawa kecil, berusaha meredakan ketegangan.
“Gue balik dulu. Bye, semuanya!” George melambaikan tangan dan segera pergi meninggalkan mansion Lean.
...🔹🔹🔹💠💠💠💠💠🔹🔹🔹...
Malam itu, suasana kamar terasa sunyi. Lean yang sudah terlelap mendadak terbangun ketika merasakan kasur nya bergetar. Dia menoleh ke samping dan melihat Ritsu menggigil hebat.
Lean segera meraih dahi Ritsu dengan tangan nya. “Panas,” gumam nya cemas.
Ritsu mulai mengigau, suara nya lemah, “Mah... Mah...”
“Ritsu, bangun,” panggil Lean sambil mengguncang pelan bahu nya.