Married With My Ex

Hari berganti malam dan terangnya cahaya matahari sudah digantikan oleh cahaya redup dari sang rembulan. Malam ini adalah malam pertama Jenni berada di mansion keluarga Ratajasa sebagai seorang menantu. Oleh sebab itu, Jenni tidak ingin diam saja berada di dalam kamar dan memilih untuk membantu para pelayan menyiapkan makan malam. Lagipula dia malas berada di kamar bersama dengan Andrew, sekaligus juga ingin melakukan sesuatu yang mungkin bisa sedikit membalas kebaikan keluarga itu.

Walaupun semua kebaikan keluarga Ratajasa tidak gratis dan harus dibayar mahal dengan sebuah pernikahan, tetapi tetap saja Jenni merasa mereka sangat baik ya kecuali sang suami menurutnya. Apalagi keluarga itu juga menerimanya dengan sangat baik dan tidak memperlakukannya seperti seorang jaminan seperti yang sering dia tonton dari drama Korea.

" Nona, saya berencana untuk membuat perkedel jagung. Sengaja saya ingin membuatnya saat akan mulai makan malam karena agar masih hangat dan renyah. Apa Nona yang ingin membuatnya? Itu adalah salah satu makanan kesukaan Tuan Andrew " ucap Bi Imah~kepala pelayan keluarga Ratajasa.

Bukan maksud Bi Imah untuk meminta Jenni untuk melakukan pekerjaannya, tetapi Andrew pasti akan senang jika istrinya itu yang membuatkan makanan kesukaannya. Apalagi dulu ketika Jenni pertama kali berkunjung ke sana, wanita itu sempat membuatkan perkedel jagung untuk Andrew.

Jenni terdiam dan lagi-lagi semuanya mengingatkan tentang kenangan indahnya bersama dengan Andrew. Pria itu selalu menyukai makanan yang dimasaknya, terutama perkedel jagung yang memang menjadi makanan kesukaannya.

" Jen, masakan kamu memang sangat enak, apalagi perkedel jagung ini. Sepertinya kamu sudah cocok jadi istri deh. Setelah lulus sekolah, kita langsung menikah saja yuk " ucap Andrew sembari memakan perkedel jagung buatan Jenni dengan lahap.

Tanpa sadar kedua sudut bibir Jenni tertarik dan membentuk sebuah senyuman. Semua kenangan itu masih tersimpan rapi dalam ingatannya dan mungkin tidak akan pernah bisa untuk dilupakan.

" Nona " panggil Bi Imah karena Jenni hanya diam.

" Eh, iya Bi, saya yang akan membuat perkedel jagungnya " jawab Jenni tersadar dari lamunannya.

Jenni merutuki dirinya sendiri yang malah hanyut dalam lamunannya karena mengingat kenangan-kenangan bersama Andrew. Dia harus membersihkan kepalanya agar tidak teringat dengan itu semua atau pertahanan hatinya akan runtuh nanti.

" Kalau begitu saya akan siapkan bahan-bahannya, Nona " ucap Bi Imah pada Jenni.

" Iya Bi " jawab Jenni.

Kemudian, Jenni langsung membuat perkedel jagung setelah semua bahannya disiapkan oleh Bi Imah. Tidak sulit bagi Jenni untuk melakukan itu karena dia sudah terbiasa untuk memasak sejak duduk di bangku SMA. Mama Mercy yang mengajarinya memasak agar jika tinggal sendiri ataupun menikah, Jenni tidak akan kesulitan lagi.

" Wah, wah, wangi apa ini? " ucap Mama Helena yang baru datang bersama dengan Papa Alex.

" Ini adalah wangi perkedel jagung buatan Nona Jenni, Nyonya. Wanginya memang sangat menggoda dan pasti rasanya juga sangat enak " jawab Bi Imah tersenyum.

Wanita paruh baya yang sudah mengabdikan diri di keluarga Ratajasa sejak remaja itu bahkan sangat mengakui jika Jenni pandai memasak. Terbukti dari gerakannya yang begitu cekatan dan juga masakan yang dihasilkannya, benar-benar menggugah selera.

" Bi Imah terlalu berlebihan, ini cuma perkedel jagung biasa kok " ucap Jenni tersenyum.

Jenni membawa perkedel jagung buatannya ke meja makan dan meletakkannya bersama dengan makanan yang lain.

" Papa yakin rasanya pasti sangat enak, wanginya saja sudah seperti ini. Rasanya Papa sudah tidak sabar untuk mencicipinya " ucap Papa Alex setelah mendudukkan tubuhnya di salah satu kursi di sana.

" Iya Pa, Mama juga tidak sabar " tambah Mama Helena.

Jenni hanya tersenyum karena tidak menduga masakan sederhana yang dibuatnya akan disambut dengan baik oleh keluarga konglomerat itu.

Tak lama kemudian, Andrew datang ke meja makan dan bergabung dengan mereka semua. Dengan telaten Jenni mengambilkan makanan untuk suaminya itu dan tentu saja hal itu membuat Andrew merasa sangat senang. Entah istrinya itu melakukannya tulus dari hati atau hanya karena di depan kedua orang tuanya, Andrew tidak peduli.

" Siapa yang membuat perkedel jagungnya? " tanya Andrew saat perkedel jagung itu masuk ke dalam mulutnya.

Ada semua rasa yang berbeda dari perkedel jagung itu dan itu adalah rasa yang sangat dia rindukan selama ini. Dulu hampir setiap hari Andrew memakan perkedel jagung dengan rasa itu, tetapi tidak lagi setelah empat tahun terakhir.

" Aku yang membuatnya " jawab Jenni.

" Apa tidak enak? " tanya Jenni sedikit takut jika Andrew tidak menyukai masakannya lagi.

Andrew menggelengkan kepalanya. " Tidak, Sayang. Perkedel jagung ini sangat-sangat enak dan sudah lama aku ingin memakan perkedel jagung buatan kamu lagi. Akhirnya hari ini terwujud karena tidak pernah ada yang bisa membuatnya seenak ini selain kamu " jawab Andrew tersenyum haru.

" Terima kasih banyak ya, Sayang. Aku sangat senang hari ini dan ternyata begini rasanya memakan masakan istri. Selain sangat enak, aku juga merasa sangat bahagia " ucap Andrew lalu tanpa rasa sungkan mengecup pelipis Jenni di depan kedua orang tuanya.

Jenni pun hanya menganggukkan kepalanya karena masih terpaku dengan apa yang Andrew lakukan itu.

" Masakan ibu dan masakan istri memang tidak ada tandingannya. Bukan masalah rasanya yang enak atau tidak, tetap bentuk perhatian dan cinta yang mereka tuangkan dalam makanan itu. Akan selalu ada rasa yang berbeda dan itu tidak bisa didapatkan dari orang lain walaupun makanan itu adalah makanan terenak di dunia " ucap Papa Alex yang juga merasakan hal yang sama dengan sang putra.

" Iya Pa, aku setuju sekali " sahut Andrew tersenyum.

Kedua pria itu memang sangat menyukai makanan rumahan daripada makanan yang dijual di luar. Selalu ada rasa cinta yang hanya bisa didapatkan dari orang-orang tercinta yang memasaknya.

" Makanya beruntungnya Papa bisa mendapatkan istri seperti Mama-mu ini yang selalu menyempatkan diri untuk sekedar menggoreng telur mata sapi untuk Papa walaupun tidak setiap hari. Kamu juga sangat beruntung mendapatkan istri seperti Jenni yang pastinya akan bisa memanjakan perutmu dan kami juga " ucap Papa Alex yang menggenggam tangan Mama Helena dan dibalas senyuman oleh istrinya itu.

" Iya Pa. Aku memang sangat beruntung memiliki istri seperti Jenni " jawab Andrew melirik Jenni di sampingnya.

Lagi-lagi Jenni hanya tersenyum karena dia tidak tahu harus memberikan respon seperti apa, tapi dia bahagia bisa melihat betapa harmonisnya hubungan kedua mertuanya itu. Seandainya saja ayahnya masih ada, pasti pemandangan seperti ini yang selalu dia lihat di rumah.

Setelah itu, mereka pun melanjutkan makan malam dengan sesekali diselingi obrolan ringan oleh Andrew dan Papa Alex, sedangkan Jenni dan Mama Helena lebih banyak menjadi pendengar saja.

***

Mohon bantuan vote, like dan komentarnya ya 😊 Terima kasih 😊🙏 Tetap dukung saya ya 😘

Tolong follow akun NT saya " Gadis Taurus " ya 😘