MUSUHKU MENJADI SUAMIKU

Keyra mematung menatap wajah tampan Dirga. Sadar Kei! Kau tidak akan mungkin memilikinya! tegas Keyra di dalam batin.

Dirga menjentikkan jarinya di depan wajah Keyra. "Apa kau baik-baik saja Kei?"

"Em, pagi kak Dirga. Tumben kakak datang sepagi ini."

"Sesuai janji kakak pada Diandra. Kakak akan datang setiap hari untuk melihat keadaannya."

"Setiap hari atau setiap jam sih kak?" ledek Keyra. "Lagipula ada kami yang selalu menjaganya di sini, Diandra pasti akan baik-baik saja."

"Iya kakak tau. Tapi kakak ingin melihatnya secara langsung", sahut Dirga dengan tersenyum.

"Terserah kak Dirga deh. Kalau gitu Kei berangkat ke kampus dulu."

"Pergilah Kei! Jangan sampai kau terlambat masuk kelasnya pak Dadang!"

"Darimana kakak tau Kei ada kelasnya pak Dadang?"

Dirga menunjuk buku yang sedang di pegang Keyra. "Itu, ditanganmu."

"Oh, iya. Kei hampir lupa kalau kita satu jurusan. Kalau begitu Kei harus buru-buru pergi kak. Maaf, karena nggak bisa mengantar kakak masuk ke rumah."

"Tidak apa-apa Kei. Hati-hati di jalan ya!"

"Bye, kak Dirga", ucap Keyra seraya menjalankan mobilnya.

Dirga tersenyum seraya melambaikan tangannya pada mobil milik Keyra yang telah meninggalkan halaman rumah.

*-*

Di persimpangan traffic light Keyra menghentikan kendaraannya. Netranya melihat ke luar kaca mobil yang berada di sisi kananya. "Itu kayaknya si Chika, ketua geng cantik. Tumben dia ke kampus di antar supir", gumamnya bersamaan dengan bunyi klakson mobil yang berada dibelakangnya. "Ais, nggak sabaran banget sih!" kesal Keyra seraya menjalankan kendaraannya.

Keyra terus menjalankan kendaraannya tepat di belakang mobil di mana Chika berada. Dan akhirnya mereka berhenti diparkiran kampus.

"Kenapa supirnya ikut parkir?"

Baru saja Keyra menyelesaikan ucapannya, netranya terbelalak kala melihat pria yang dia sebut sebagai supir itu. "Kenapa dia bisa jalan bareng si makhluk astral?" tanyanya seraya menyembunyikan wajahnya.

Namun tiba-tiba seseorang mengetuk kaca mobilnya. Keyra mendongak menatap orang tersebut. Netranya membulat sempurna kala melihat pria yang sedari tadi dia ikuti itu berdiri di sisi pintu kemudi.

"Ada apa?" tanya Keyra kala baru saja menurunkan kaca mobilnya.

"Kenapa masih di sini? Apa kamu mau ketinggalan kelasnya pak Dadang?" tanya Albian dengan raut wajah serius.

Keyra menatap Albian dengan muka cengo. Namun dalam pikiranya, dia terus bertanya-tanya Ada apa dengan semua orang? Kenapa sangat peduli pada mata kuliahnya pak Dadang? Batin Keyra.

"Kei!" Albian mencoba membuyarkan lamunan Keyra.

"Ayo, kita pergi Al! Dia itu kan musuh bebuyutanmu, biarkan saja dia!" ucap Chika dengan tatapan tidak senang.

Namun Albian mengabaikan ucapan Chika. Dia gegas membuka pintu mobil Keyra dan menarik tangannya keluar.

"Hei! Siapa yang mengizinkanmu?" sergah Keyra.

Tanpa mengatakan apa-apa, Albian telah mengunci mobil milik Keyra dan memaksa Keyra berjalan.

"Lepaskan!" berontak Keyra. "Aku masih bisa jalan sendiri!"

Albian pun melonggarkan pegangannya. "Semangat buat kuliah hari ini", kata Albian dengan lembut. Lalu dia pergi meninggalkan Keyra.

"Al! Tunggu aku!" teriak Chika dengan menyeret langkahnya.

Sementara Keyra masih bergeming diposisinya. Dia menatap Albian yang sudah semakin menjauh. "Ais, hampir saja lupa sama mata kuliah pak Dadang." Keyra beranjak dari posisinya dan berjalan dengan langkah lebar menuju kelasnya.

*-*

Setelah mata kuliah pak Dadang selesai, Keyra pun berniat untuk pergi ke kantin.

"Kei, bukankah itu musuh bebuyutanmu?" tanya salah seorang temannya kala melihat Albian tengah berdiri di ambang pintu kelasnya.

"Iya, emangnya kenapa?"

"Ngapain dia ke sini?"

"Mungkin dia mau menjemput pacarnya", jawab Keyra seraya membereskan bukunya.

Tiba-tiba teman sebangku Keyra tersebut menyikut lengannya.

"Kenapa sih Dhe - !" Keyra menghentikan ucapannya kala melihat Albian berjalan mendekati mejanya.

"Ayo, keluar sebentar", ajak Albian seraya menarik tangan Keyra.

"Eh, kapan aku bilang setuju!" protes Keyra seraya menyeret langkahnya.

Cieee...

Suara sorakan teman-teman Keyra membuat Keyra malu.

"Ini namanya musuh jadi pacar!" celetuk pria berambut cepak.

"Jangan bergosip!" ketus Keyra sesaat sebelum dirinya keluar dari kelas.

Chika yang berada di kelas itu tampak kesal, karena Albian telah mengabaikannya. "Lihat saja, aku tidak akan membuat keluargamu tenang!" gumamnya.

Albian mengabaikan tatapan para mahasiswa yang sedang berlalu lalang di koridor kampus. Dia terus menarik tangan Keyra hingga mereka tiba di taman kampus.

"Kenapa kau membawaku kemari?" kesal Keyra.

"Aku mau menjelaskan, kenapa Chika bisa datang bersamaku pagi ini", ucap Albian yang membuat Keyra bingung.

"Aku tidak peduli! Aku la- "

"Tapi aku peduli! Karena sebentar lagi kita akan - "

"Cukup!" sela Keyra. "Setengah jam lagi aku masih ada mata kuliah lainnya. Otakku kosong saat lapar. Tolong bawa aku ke kantin", pinta Keyra.

Sontak Albian tersenyum melihat wajah memelas Keyra. "Ayo, kita ke kantin."

"Tidak perlu di pegang! Aku bisa jalan sendiri."

"Sudah! Jangan bawel! Kita kan ke kantin bareng."

"Tapi kita nggak seakrab itu! Jangan membuat gempar seisi kantin!" tukas Keyra yang membuat Albian terkekeh. "Kenapa kau tertawa?"

"Wajahmu lucu juga saat bawel."

Keyra menatap jengah pria yang masih dia anggap sebagai musuh bebuyutannya itu. Lalu dia pun memutuskan untuk pergi tanpa mengucapkan sepata kata pada Albian.

"Tunggu Kei!" seru Albian seraya mengejar langkah Keyra.

"Albian!" panggil seorang wanita cantik dengan berpakaian putih layaknya seorang dokter.

Sontak Albian menoleh ke sumber suara. "Ada apa Flo?" tanyanya seraya menarik tangan Keyra yang hendak pergi meninggalkannya.

"Apa kau mellihat Rudy? Aku telah mencarinya kemana-mana tapi belum ketemu."

"Lima menit yang lalu dia pergi ke ruang dosen."

"Oh, begitu ya. Kalau begitu aku akan mencarinya di sana. Terimakasih infonya Al."

"Oke, Flo."

Sepeninggal Florin, Albian mengalihkan perhatiannya pada Keyra. Namun tiba-tiba terdengar suara perut keroncong. Dengan wajah malu Keyra berkata, "Itu aku!" ucapnya mengakui.

"Maaf, aku telah menunda waktumu", sahut Albian seraya membawa Keyra menuju kantin.

Keyra pun pasrah tangannya di tarik oleh Albian. Dia lebih mementingkan perut kecilnya dibandingkan egonya.

Albian melirik sekilas wajah lesu Keyra. "Apa kau tidak sarapan pagi ini?"

"Tadi pagi aku buru-buru mengejar kelasnya pak Dadang, jadu hanya sempat makan sepotong roti."

"Kalau di pikir-pikir, harusnya sih itu cukup buat kamu. Apa mungkin kamu itu cacingan?"

Keyra langsung menghunuskan tatapan tajamnya pada Albian. "Apa kamu pikir aku ini anak kecil ha?" kesal Keyra seraya menghempas genggaman tangan Albian.

Albian memperhatikan tubuh mungil Keyra dari atas hingga ke bawah. "Bagian mana yang menunjukkan kau itu sudah besar", sahut Albian hingga cubitan Keyra mendarat tepat di lengan kekar Albian. "Aduh!"

Keyra gegas berlari meninggalkan Albian. Namun tanpa sengaja Keyra menubruk seseorang yang tengah berlari dari arah berlawanan. "Aww", ringis Keyra seraya menatap pria dihadapannya.