Semua KARENA Kamu

Kabar salah satu pemilik leher naga mau mengakhiri masa lajang, tersebar sudah. Barisan para mantan wanita penghangat ranjang, mulai ada yang menaruh kesal. Tambang uang dan kepuasaan hilang lah sudah, padahal sudah sejak lama Okan dan Abra tidak menghungi mereka.

Tak sedikit dari para wanita itu, berniat ingin menghancurkan hubungan putra terkaya nomor satu dinegara ini. Alasannya beragam, karena cinta, iri, sakit hati, juga kehilangan sumber uang.

"Kakak kapan menyusul sah..?" tanya Esra kepada Irena.

Keduanya kini sedang beristirahat didalam ruang kerja Esra, seraya membahas soal menu baru yang akan mereka buat.

"Gue memantapkan hati dulu Ra."

"Maksudnya..?"

"Keluarga gue jauh banget keadaannya sama keluarga loe Ra..! orang tua gue malu, minder, begitu juga gue. Jujur Ra, gue sebenarnya pengen mengakhiri hubungan ini, derajat gue sama kalian beda banget.Tap------

BRAK

Suara pintu terbuka paksa dan menghantam dinding dengan kerasnya.

"Ngomong apa kamu..? NGOMONG APA..?" tanya Abra dengan suara menggelegar.

Okan dan Abra yang dateng kekafe dan tidak melihat para pemilik hati mereka ditempat biasa, langsung menuju kearah ruang kerja Esra. Tidak sengaja obrolan dua wanita ayu itu, terdengar oleh Okan dan Abra, karena pintu tidak tertutup dengan rapat.

"KAK..!" pekik Esra menepuk dadanya perlahan karena terkejut "jantungan gue ini. Mati gue nanti kak..!"

Okan langsung mendekap sang calon istri, sementara Irena menelan ludah dengan susah payah. Nyalinya seketika mengkerut, saat melihat raut wajah Abra yang sudah berubah laksana monster.

"Yank, ngomong baik baik ya..?" ucap gemetar Irena.

"Ulangi omongan kamu tadi, ULANGI..!" teriak Abra lagi.

"Kecebong, sabar kenapa..?" seru Okan.

"Gimana gue bisa sabar..? loe denger kan tadi dia ngomong apa..? gampang banget dia ngomong itu cuma karena harta. Dia enggak mikir soal hati gue gimana..?" sengit Abra.

"Iya paham loe emosi, tapi jangan teriak teriak." balas Okan.

"Kamu susah banget dikasih tau ya.? enggak penting harta, kasta, derajat apa lah itu semua. Yang penting hati kamu, cinta kamu. Papa mama juga udah terima kamu, semua adik adik aku juga suka sama kamu. Om Ryan, tante Zahra juga kenal baik sama kamu kan..? kamu kenapa sih ini terus yang dibahas..?"

"Aku takut jadi beban buat kamu sama keluargamu yank..! nama orang tuaku enggak pantes bersanding dengan nama besar orang tua kamu. Kami nanti cuma bisa jadi bahan olokan yang membuat nama keluarga kalian jelek aja." sahut Irena parau.

"Terus aja kamu ngomong gitu." kesal Abra dengan nafas memburu.

"Terserah kamu mau bilang apa, terserah bapak ibu mau mikir apa. Tapi satu hal perlu kamu tau, sampai kapan juga aku enggak akan melepaskan kamu." imbuh Abra.

"Yank..! ki---

"Apa aku harus jadi miskin supaya kamu mau menikah sama aku..? Gitu mau kamu..?"

"Yank..!"

"Aku bisa memenuhi syarat itu, aku bisa jadi gembel sekarang juga. Kamu mau bukti..?" tanya Abra yang tidak mendapat tanggapan dari Irena.

"JAWAB AKU..!"

Okan, Esra dan Irena kembali terjingkat karena suara Abra yang amat menggelegar.

"Tunggu kabar malam ini, aku pastikan kalau aku akan jadi miskin sekarang juga." tegas Abra berniat pergi.

"Yank..! bukan be---

"TERUS APA...?"

"Kecebong, udah jangan pakai teriak kenapa..?" sela Okan.

"Inget ini sama kamu, sampai kapan pun aku enggak akan melepaskan kamu, dan buang jauh jauh fikiran kamu untuk mengakhiri hubungan kita. Jangan coba coba kamu meninggalkan aku, kalau sampai kamu berani melakukan itu, AKU MATIIN KAMU."

"KAKAK...!!"

"KECEBONG..!"