Fatin Trias Salsabila seorang desainer muda yang memulai karirnya dengan kemampuan otodidatnya. Fatin yang mengenyam pendidikan di pesantren selama 6 tahun, namun tidak menghalangi bakatnya dalam menggambar desain baju muslimah. Dari kecil ia memang sangat suka menggambar.
Berangkat dari keluarga yang terpandang. Namun Fatin tidak ingin identitasnya diketahui banyak orang. Karena ia tidak mau dianggap sebagai aji mumpung.
Ia mulai sukses saat dia mulai mengirimkan beberapa gambarnya melalui email ke beberapa perusahaan besar di luar Negeri yang menggeluti fashion muslimah. Beberapa tahun kemudian ia pun resmi menjadi seorang desainer muda yang berbakat.
Zaki Ferdinan Abraham, seorang pengusaha muda yang bergerak di bidang fashion. Zaki dan Fatin bertemu di acara perhelatan desainer Muslimah se Asia. Dan dari situlah awal cerita mereka dimulai. Tidak hanya Zaki, ada sepupu Zaki yang juga akan menjadi saingannya nanti. Siapakah yang akan menjadi pendamping Fatin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Fania
Mini memberikan alamat Tante Kayla kepada Pak supir. Dalam perjalanan ke rumah Tante Kayla, Fatin masih mengingat kejadian tadi di restoran. Ia tidak menyangka manusia kutub yang ada di hadapannya bisa berlaku manis.
"Tidak-tidak Fatin, benar kata Abi. Kamu harus hati-hati, bagaimana pun dia pria dewasa dan sudah beristri." Batin Fatin.
"Nona, ada apa?"
"Tidak ada apa-apa, Mini."
30 menit kemudian mereka sampai.
"Benar ini Pak, alamatnya? Soalnya saya juga tidak pernah sampai ke sini."
"Benar Non, apa saya turun dulu tanya ke satpamnya?"
"Tidak perlu Pak, biar saya saja."
Mini pun turun dari mobil dan bertanya kepada satpam.
"Pak, ini benar rumahnya Pak Sofyan dan Bu Kayla?"
"Oh iya benar, Nona. Apa anda ada perlu?"
"Pak kami dari Surabaya. Bilang saja Nona Fatin sudah sampai."
"Oh iya iya, tadi Ibu sudah pesan."
Satpam pun membukakan pintu gerbang.
Mobil mereka pun masuk. Fatin dan Mini keluar. Pak supir membantu mengeluarkan barang mereka.
"Terima kasih Pak."
"Sama-sama, Non."
Fatin dan Mini pun melangkah ke depan pintu. Mereka memencet bel. Dan tidak lama kemudian pintu dibuka.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam, Fatin...."
"Tante Kayla..."
Mereka berdua berpelukan.
"Ya ampun, Tante sampe gak ngenalin gara-gara kamu pakai kacamata. Tante kira tadi Orang Arab lho..."
"Haha.. Tante ih bisa saja. Ini kenalin Mini asisten aku."
"Selamat sore, Bu."
"Sore juga Mini. Eh ayo masuk dulu!"
"Om Iyan mana, Tante?"
"Om Iyan-mu itu lembur hari ini. Biasanya kalau lembur dia pulang sampai Isyak."
"Mana Hilda dan Sanusi, Tante?"
"Hilda masih ngerjain tugas kuliahnya di kost temannya. Sanusi ada di kamarnya, paling anak itu sibuk dengan game-nya. Eh ayo diminum dulu! Sampai lupa Tante saking senangnya bisa ngobrol sama kamu, Fatin."
"Oh iya, ini dari Bunda."
"Wah, Bundamu itu memang luar biasa. Nanti Tante telpon buat ngucapin terima kasih."
Fatin dan Mini pun meminum yang disediakan. Setelah itu, Tante Kayla mengantar mereka ke kamar tamu.
"Maaf ya, kamarnya tidak senyaman dan seluas kamar kamu, Fatin."
"Iya Tante nggak pa-pa, ini sudah nyaman kok."
Mereka pun istirahat sejenak setelah melaksanakan shalat Ashar.
Malam harinya.
Hilda sudah pulang dari kost temannya. Ia sangat senang karena kedatangan Fatin. Sudah dua tahun mereka tidak bertemu. Hilda kuliah si bidang Fashion Bussines . Mendengar Fatin menjadi seorang desainer Busana, Hilda juga tertarik untuk mengulik pengalaman Fatin sebagai desainer muda tanpa mengenyam pendidikan Fashion Design.
Tidak lama kemudian, Om Iyan sampai di rumah. Ia ingin segera sampai rumah karena tidak sabar ingin bertemu dengan keponakannya.
"Fatin Trias Salsabila, keponakanku yang paling kece badai."
Iyan merentangkan kedua tangannya untuk memeluk meski dia tahu Fatin akan menolaknya. Tentu saja hal itu Fatin lakukan karena Om Iyan bukan Mahramnya.Om Iyan adalah sepupu Abi Tristan. Sejak Fatin berada di pesantren ia memang tidak pernah mau lagi dipeluk Om Iyan-nya. Ia hanya akan mencium tangan Om Iyan.
"Iah, kecewa nih! Om ditolak lagi."
"Haha... lagian Papa genit sih!" Sahut Hilda.
"Abimu nggak nitip sesuatu untuk Om?"
"Nitip Om."
"Mana?"
"Nitip salam saja, kata Abi kalau sudah tua nggak usah kebanyakan gaya."
"Astagfirullah... awas saja kamu Bang."
Mereka pun makan malam bersama. Setelah itu, mereka berkumpul di ruang keluarga. Banyak sekali yang mereka bicarakan. Mulai dari kisah cinta orang tua Fatin sampai Fatin kecil.
"Jadi dulu Om Tristan sama Tante Salwa itu dijodohin ya Pa?" Tanya Hilda.
"Iya, tapi sebenarnya Om Tristan-nya itu udah cinta sama Tante Salwa tapi dia jaim."
"Haha... lucu ya mereka."
"Lucu banget! Aku ingat betul saat mereka selesai ijab di rumah sakit. Kasian banget Nyonya Bos. Dulu kan Abinya Fatin kaku kayak kanebo kering. Eh nggak lama malah bucin dia."
"Abi sama Bunda pasti bersin-bersin karena dighibahi Om, haha..."
Tidak terasa sudah malam, mereka pun mulai capek dan mengantuk. Akhirnya mereka masuk ke kamar untuk beristirahat.
Keesokan harinya.
Sebenarnya Om Iyan ingin mengantarkan Fatin. Namun Fatin menolak karena ia akan dijemput oleh supir perusahaan.
Setelah sarapan pagi, Fatin dan Mini pun berangkat. Mobil dari perusahaan sudah menjemput mereka. Mereka akan langsung menuju pabrik.
Dan di sampai di pabrik, sudah ada Beni yang menunggu mereka.
"Mari Nona, silahkan masuk. Hari ini mereka akan mulai proses penjahitan."
"Baik, Pak."
Ketidak hadiran Zaki membuat suasana yang berbeda. Entah kenapa Fatin merasa ada yang kurang. Padahal seharusnya ia senang karena do'anya terkabul.
"Nona, apa anda baik-baik saja?"
"Oh iya tentu Pak Beni."
"Tuan Zaki berpesan agar Nona menunggu di sini sampai proses selesai. Tuan Zaki juga akan menyusul ke sini nanti."
"Oh iya, baik Pak."
Saru jam kemudian Zaki sampai di pabrik. Rupanya kali ini ia tidak sendirian. Fania ikut bersamanya. Tadi pagi Fania tantrum, ia ingin ikut Papinya karena sekolahnya libur. Sekolah PAUD memang kebanyakan hanya masuk empat hari dalam seminggu.
"Assalamu'alaikum..."
"Wa'alaikum salam."
"Bagaimana apa anda sudah melihat prosesnya?"
"Sudah Tuan, mereka sangat profesional. Kerjanya sangat cepat. Sebentar lagi tinggal finishing."
"Papi... apa ini Maminya Fania?" Bisik Fania kepada Zaki.
"Fania.. itu rekan kerja Papi namanya Tante Salsa."
"Hai Tante cantik, namaku Fania." Fania mencium tangan Fatin.
"Hai Fania, kamu cantik sekali." Dengan gemas Fatin mengelus pipi Fania.
"Iya dong seperti Mama."
Fania juga mencium tangan Mini.
"Eh maaf, tadi Fania maksa mau ikut. Jadi saya terpaksa membawanya."
"Papi aku kan bosan di rumah terus. Papi sama Mama jarang sekali ajak Fania jalan-jalan."
"Sudah jangan ngambek, nanti Papi ajak jalan-jalan kau sudah nggak sibuk."
"Hore..."
Fania duduk berpangku kepada Fatin.
"Tante baunya harum sekali, Fania suka."
"Oya?"
"Iya..."
"Fania, duduk di kursi. Kamu itu berat."
"Tidak apa-apa Tuan, selagi Fania nyaman."
"Tantenya baik kok, Pi."
"Fania sepertinya suka sama Nona Salsa. Kalau sama Dinar dia cuek saja." Batin Zaki.
Setelah proses penjahitan selesai, Fatin pun mengeceknya. Hasilnya sangat memuaskan.
"Bagus dan sesuai. Silahkan digandakan, Tuan. Semoga banyak diminati oleh wanita muslimah di dalam maupun luar negeri."
"Amin.."
Jam 12 siang, mereka sudah meninggalkan pabrik. Kali ini Zaki membawa Mini dan Fatin ke pusat perbelanjaan untuk makan siang di sana sekaligus membawa Fania ke playground. Karena Fatin juga ingin shoping, ia pun mengiyakan ajakan Zaki. Sedangkan Beni kembali ke kantor.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 30 menit mereka sampai di salah satu pusat perbelanjaan. Mata Fania berbinar mengingat dirinya akan bermain dan membeli makanan atau minuman yang dia inginkan. Mereka pun turun dari mobil dan akan masuk ke dalam.
Bersambung...
...****************...
Author minta supportnya ya kak, jangan lupa like, vote, komen, dan rate .Dukungan kalian adalah semangat untuk author🤗
Yuk yang belum baca novel orang tua Fatin mampir di karya author "Terpikat Cinta Mas Duda"