NovelToon NovelToon
THEY ARE GEMSTONES

THEY ARE GEMSTONES

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Wanita
Popularitas:540
Nilai: 5
Nama Author: Putri Yais

Keluarga Haven bukanlah keluarga sembarangan. Haven merupakan suami dari perempuan bernama Amber. Mereka memiliki kemampuan supranatural yang sangat tinggi. Mereka memiliki tiga orang putra, dan dua orang putri. Mereka adalah pemilik mata dewa. Ambisi mereka sangat besar untuk menguasai dunia. Sebelum mata dewa itu terbuka, sampai kapanpun mereka tidak akan mencapai tujuan besarnya itu.

Mata dewa hanya bisa dibuka dengan lima batu permata yang memiliki kekuatan sangat dahsyat.

Tidak ada yang tahu jika kelima batu permata itu ternyata berubah menjadi lima gadis cantik dimana mereka akan menjalani aktivitas layaknya manusia biasa, hanya saja ketika dalam keadaan darurat maka kekuatan besar yang tersimpan dalam diri mereka akan muncul.

Kelima gadis cantik itu tinggal di sebuah tempat bernama "Home Blue" dimana pemilik tempat itu adalah seorang perempuan bernama Lin.

Yuk! ikuti perjalanan serunya dalam karya baruku ini. Jangan lupa mampir, like, dan komen. Terima kasih...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Yais, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PERKENALAN KELUARGA HAVEN

Tiba di kamarnya, Berlian masih merasa kesal dengan sikap Kyanite yang menurutnya kekanak-kanakan. Karena dia Berlian terkena omel Bunda Lin karena gambar sketsa itu. Melihat Berlian dan Kyanite yang saling diam, Emerald mencoba untuk membuat mereka berbaikan.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Ayo katakan padaku!"

"Kyanite membuatku diomeli Bunda Lin," jawab Berlian.

"Benarkah? Kenapa?" sambung Ruby.

"Bunda Lin mengomeli ku karena sketsa gambar yang aku buat. Dan semua itu karena Kyanite. Jika dia tidak merebut buku itu, Bunda Lin tidak akan melihatnya," jawab Berlian.

"Tidak mungkin Bunda Lin mengomel hanya karena kau menggambar sketsa," timbal Emerald.

"Bagaimana Bunda Lin tidak mengomel, apa kalian tahu sketsa apa yang Berlian gambar?" ucap Kyanite.

"Apa?" tanya Ruby penasaran.

"Dia menggambar sketsa wajah Daren Austin, putra ketiga pemilik sekolah itu," jawab Kyanite.

Semua terkejut saat mendengarnya. Berlian hanya iseng saja ingin menggambar wajahnya. Lagi pula tidak ada yang salah dengan itu.

"Sudahlah, jangan saling diam seperti itu lagi," ucap Emerald membujuk kedua sahabatnya itu. "Lagi pula itu hanya masalah kecil."

Ruby membujuk Kyanite supaya meminta maaf pada Berlian. Bagaimanapun dia yang membuat masalah lebih dulu sampai Berlian harus kenal omel Bunda Lin. Setelah hatinya luluh, Kyanite menghampiri Berlian dan meminta maaf padanya. Dia juga memeluknya erat. Berlian langsung memaafkan Kyanite. Kedua gadis itu akhirnya berbaikan kembali.

***

Saat tengah malam, terdengar suara lolongan serigala. Shapire langsung terbangun dari tidurnya. Dia menatap jam yang masih menunjukkan pukul 02.00 malam. Keempat gadis lainnya tertidur dengan sangat lelap. Shapire menatap ke luar jendela kamarnya. Dia merasa jika ada sesuatu yang terjadi di dalam hutan sana. Ia teringat dengan kelompok pemburu itu. Sepertinya suara serigala itu ada hubungannya dengan mereka. Begitupun dengan Bunda Lin dan Feride yang juga terbangun mendengar suara serigala itu.

"Ada apa lagi ini?" ucap Lin di kamarnya. "Semoga semua baik-baik saja."

Feride bangun dan pergi ke kamar semua anak gadisnya untuk memastikan mereka baik-baik saja. Saat memeriksa kamar kelima gadis permata itu, Feride melihat tempat tidur Shapire yang kosong. Dia pergi untuk memberitahu Lin. Mengetahui hal itu Lin langsung mengganti pakaiannya dan pergi mencari Shapire. Sesampainya di luar, Lin menemukan Shapire yang sedang duduk di kursi panjang. Dia meminta Feride untuk membawakannya selimut.

"Di luar sangat dingin," ucap Lin sambil memakaikan Shapire selimut. "Apa yang sedang kau lakukan di luar tengah malam seperti ini?"

"Aku terbangun karena suara lolongan serigala itu," jawab Shapire.

"Lalu kenapa kau malah duduk disini? Seharusnya kau ada di kamar dan melanjutkan tidurmu," ucap Lin.

Shapire memberitahu Lin tentang sekelompok pemburu yang ditemuinya saat sore tadi di dalam hutan. Mereka datang untuk menangkap hewan buruan. Shapire menjelaskan pada Lin jika dia sudah memperingatkan mereka supaya tidak mencari hewan buruan di hutan sana karena akan sangat berbahaya untuk keselamatan mereka sendiri. Tapi kelompok pemburu itu tetap pergi mencari hewan buruan.

"Aku takut mereka sampai menyakiti hewan yang ada di dalam hutan sana," ucap Shapire.

"Sudahlah, jangan berpikir terlalu jauh. Masuk dan tidurlah! Besok kau harus beraktivitas kembali," ucap Lin.

"Baiklah, selamat malam Bunda."

"Selamat malam, anak gadisku."

****

Keesokan paginya, kelima gadis itu kembali berangkat ke sekolah. Saat berjalan memasuki pintu gerbang, sudah terlihat ketiga putra Haven yang sedang berdiri memantau para siswa. Kelima gadis permata itu belum tahu siapa sebenarnya ketiga putra pemilik sekolah itu. Lin belum memberitahu mereka tentang itu. Saat berjalan Kyanite sempat menengok ke arah Berlian.

"Kenapa kau menatapku?" tanya Berlian.

"Tidak, aku hanya penasaran saja kenapa kau menggambar wajah putra ketiga itu," jawab Kyanite.

"Sudah aku katakan padamu, aku hanya iseng saja," jawab Berlian terlihat kesal.

"Baiklah, tidak perlu kesal seperti itu." ucap Kyanite.

Saat bel pertama berbunyi, semua murid kelas magic diminta untuk pergi ke aula. Di sana sudah ada ketiga putra Haven.

"Apa semua murid sudah datang?" tanya Damian pada petugas.

"Sudah."

Setelah semua masuk ruangan, Damian langsung memasang pelindung di luar ruangan itu supaya tidak satupun orang bisa mendengar percakapan mereka dari dalam. Selaku putra pertama, Jeff mulai menyampaikan lebih dulu. Dia memperkenalkan dirinya dan kedua adik laki-lakinya pada semua murid. Tidak lupa dia juga memperkenalkan dua adik perempuan mereka. Jeff memanggil Maasah dan Maisie untuk duduk di depan bersamanya. Mulai hari ini yang bertanggung jawab atas sekolah itu adalah dirinya. Baik untuk kelas biasa, maupun kelas magic. Selama Haven dan Amber pergi, Jeff lah yang akan mengatur semuanya. Semua guru dan petugas berada di bawah pengawasannya. Untuk waktu pulang Jeff membuat perubahan. Khusus untuk semua murid kelas magic mereka akan pulang pukul 16.00 sore. Akan ada pelajaran tambahan setiap harinya.

"Maaf Mr. Jeff apa tidak bisa diundurkan lagi waktunya? Jam 15.30 aku harus sudah berada di rumah untuk membantu ayahku bekerja," ucap salah satu murid keberatan. "Jika sekarang aku harus pulang jam 16.00 maka ayahku akan bekerja seorang diri."

Jeff menatap Damian. Dia mempersilahkan adik keduanya itu untuk menjawab.

"Itu masalahmu, jika tidak bisa mengikuti peraturan baru yang dibuat kakakku, maka kau bisa keluar sekarang juga dari sekolah ini," jawab Damian tegas.

"Silahkan! Pintu keluarnya ada di sana," sambung Daren.

Murid itu langsung terdiam. Dia tidak punya pilihan lain selain mengikuti peraturan yang ada. Hanya Key School yang bisa menerima siswa sepertinya yang bisa masuk tanpa mengeluarkan biaya sepeserpun.

"Kenapa diam saja? Apa kau ingin aku memindahkan mu ke kelas biasa?" tanya Damian.

"Tidak, aku akan tetap di kelas ini dan mengikuti semua peraturan yang ada," jawab murid itu.

"Baguslah kalau begitu."

"Apa ada yang merasa keberatan lagi?" tanya Damian.

Semua murid terdiam. Itu berarti mereka patuh dan ikut dengan peraturan baru yang dibuat Jeff. Untuk kelas dua dan tiga, Jeff ingin melihat kemampuan muridnya sudah sejauh mana. Dia meminta Daren untuk memisahkan antara murid kelas satu, dua, dan tiga. Setelah itu untuk murid kelas dua dan tiga diminta untuk pergi ke ruangan yang berbeda. Mereka harus menunjukkan kemampuannya di hadapan Damian dan Daren. Sementara Jeff masih berada di aula bersama kelas satu.

"Jangan terlalu tegang denganku, santai saja." ucap Jeff. "Lagi pula kalian baru belajar di sekolah ini beberapa hari. Kalian masih ada di tahap perkenalan dan pengenalan lingkungan sekolah. Jika ada keluhan atau permasalahan apapun, silahkan beritahu saja aku!"

Karena tidak ada pertanyaan apapun, Jeff meminta satu persatu murid untuk maju ke depan memperkenalkan diri. Shapire melihat Jeff yang sejak tadi terus menatap ke arahnya. Dia mulai merasa tidak nyaman.

"Apa yang sebenarnya dia lihat dariku?" batin Shapire.

Saat Shapire akan maju untuk memperkenalkan diri, Jeff menahannya. Waktu perkenalan sudah selesai. Kini dia meminta semua murid untuk mengisi lembaran kosong yang sudah ada di atas meja masing-masing. Semua murid terlihat kebingungan. Lembaran kosong itu memang kosong. Tidak ada satu huruf pun yang tertulis di dalamnya. Jeff memperhatikan semua murid. Tapi tidak dengan kelima gadis permata itu. Mereka seakan bisa melihat tulisan apa yang tersembunyi dalam lembaran itu. Mereka mulai menulis.

"Apa yang harus kami isi dalam lembaran kosong ini, Mr. Jeff?" tanya salah satu murid.

"Iya benar, soalnya tidak ada tulisan apapun dalam lembaran ini," sambung murid lain.

Kelima gadis itu terlihat bingung. Sementara mereka bisa melihat tulisan yang ada dalam lembaran itu. Sepertinya kekuatan mereka yang membuatnya terlihat.

"Apa lembaran itu benar-benar kosong?" tanya Jeff pada semua murid. "Coba perhatikan lagi! Jika kalian melihatnya, beritahu padaku apa yang tertulis di bagian atas kertas itu."

Jeff menunggu salah satu dari lima gadis itu untuk mengatakannya, tapi tidak satupun dari mereka yang beranjak bicara.

"Apa kata yang terdapat di bagian teratas lembaran itu, Berlian?" tanya Jeff.

Berlian terlihat sedikit panik saat Jeff bertanya padanya.

"A-Aku?" ucapnya gugup.

"Ya, kau."

"Ayolah jawab! Terserah padamu saja," ucap Ruby. "Lagi pula lembaran itu kosong, kau bisa menyebutkan kata apapun."

Berlian memahami perkataan Ruby barusan. Itu berarti dia tidak boleh menunjukkan pada Jeff kemampuannya yang bisa melihat semua tulisan tersembunyi itu.

"Key School," jawab Berlian menebak-nebak.

Jeff merasa tidak yakin dengan jawaban Berlian. Sepertinya dia sengaja menyebutkan kata yang salah supaya tidak diketahui kemampuan yang sebenarnya. Sebelum Ruby bicara, Berlian terlihat sangat gugup. "Ada sesuatu yang disembunyikan kelima gadis itu yang aku tidak tahu," ucap Jeff dalam hati.

Bel istirahat sudah berbunyi. Pertemuan selesai. Jeff membubarkan semua murid dari aula. Saat Shapire berjalan ke luar, tiba-tiba kakinya tidak bisa bergerak. "Ada apa dengan kakiku?" ucapnya.

Setelah semua murid keluar, hanya ada Jeff dan Shapire di aula. Jeff sangat penasaran dengan kemampuan yang dimiliki Shapire. Dia mencoba untuk mengujinya.

"Apa yang akan kau lakukan padaku?" tanya Shapire.

Jeff mencoba menggerakkan kursi dan mengarahkannya pada Shapire, hanya saja Shapire diam saja. Dia tidak akan menunjukkan kekuatannya pada Jeff. Saat kursi itu akan mengenai Shapire, Jeff sendiri yang menghalanginya.

"Kenapa kau tidak menghindar?" tanya Jeff.

"Bagaimana bisa aku menghindar, kakiku saja tidak bisa digerakkan," jawab Shapire. "Kau ingin menguji ku bukan? Jadi silahkan saja! Aku tahu kau melakukan ini untuk mengetahui sejauh mana kemampuanku. Tapi semua itu tidak akan berhasil karena aku tidak memiliki kemampuan hebat apapun. Jika pun ada itu karena di dapat dari pembelajaran sekolah ini."

Mendengar hal itu, Jeff terdiam dan mengembalikan keadaan Shapire seperti semula.

****

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!