Aozora Jelitha, dikhianati oleh calon suaminya yang ternyata berselingkuh dengan adiknya sendiri. Padahal hari pernikahan mereka tinggal menunggu hari.
Sudah gagal menikah, ia juga dipaksa oleh ayah dan ibu tirinya, untuk membayar utang-utang papanya dengan menikahi pria yang koma,dan kalaupun bangun dari koma bisa dipastikan akan lumpuh. Kalau dia tidak mau, perusahaan yang merupakan peninggalan almarhum mamanya akan bangkrut. Pria itu adalah Arsenio Reymond Pratama. Ia pewaris perusahaan besar yang mengalami koma dan lumpuh karena sebuah kecelakaan.Karena pria itu koma, paman atau adik dari papanya Arsenio beserta putranya yang ternyata mantan dari Aozora, berusaha untuk mengambil alih perusahaan.Ternyata rencana mereka tidak berjalan mulus, karena tiba-tiba Aozora mengambil alih kepemimpinan untuk menggantikan Arsenio suaminya yang koma. Selama memimpin perusahaan, Aozora selalu mendapatkan bantuan, yang entah dari mana asalnya.
Siapakah sosok yang membantu Aozora?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma Sri Dewi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepanikan Dimas dan Tsania
Sementara itu, Amber yang dari tadi sudah keluar dari ballroom tidak langsung menghubungi balik Arsenio, yang memang menghubunginya saat dirinya masih ada Aozora di dekatnya. Wanita paruh baya itu, memilih untuk mencari tempat yang lebih aman, karena dia tahu kalau jalan menuju ruangan ballroom tempat resepsi pernikahan, akan banyak dilalui orang.
Setelah menemukan tempat yang dia rasa aman, wanita paruh baya itu pun langsung menghubungi kembali putranya.
Tidak perlu menunggu tiga detik, panggilannya langsung mendapat respon dari sang putra.
"Ada apa, Sen? kamu tahu kan Mama lagi bersama Zora? Tapi kenapa kamu dari tadi menghubungiku? kamu sudah mau rahasiamu terbongkar? kalau iya, mama sih justru senang," belum sempat Arsen memberikan jawaban, Amber sudah lebih dulu mengoceh.
"Ma, bisa bicara satu-satu nggak? Aku mau tanya, makan malamku mana? Aku lapar, Ma,"
Amber sontak menepuk jidatnya sendiri, lupa kalau puteranya belum makan.
"Astaga, mana mama dan Zora sudah di sini lagi. Tadi juga nggak ada masak makan malam sama sekali," ucap Amber.
"Ya ampun, Ma! Jadi aku nggak akan makan malam, malam ini? Benaran Zora tidak masak makan malam Ma?" terdengar suara lirih Arsenio dari ujung sana.
"Mama tidak mungkin meminta Zora masak. Kalau mama minta dia masak, nanti dia bakal tanya, mau masak makan malam untuk siapa? Kamu mau kalau mama jawab makan malam untukmu? Kamu sih, maunya makan masakan Zora, padahal ada bibi. Ketagihan ya, sama masakan istrimu?" masih sempat-sempatnya Amber menggoda putranya.
"Udah becandanya, Ma? Nggak lucu sama sekali! Jadi aku bagaimana nih sekarang? Apa aku akan tahan lapar sampai besok?" ucap Arsen.
"Iya deh, iya. Mama akan minta Daren yang antar makanan ke kamu," pungkas Amber akhirnya.
"Kenapa harus Daren, Ma? Niko kan ada." Arsenio sepertinya keberatan kalau Daren yang membawakan makanan untuknya.
"Niko kan juga ada di pesta ini. Kamu lupa ya? Lagian kenapa rupanya kalau Daren yang antar?" Amber mengernyitkan keningnya.
"Daren suka meledekku, dan aku tidak suka. Tapi, ya sudahlah, Daren pun jadilah," pungkas Arsen akhirnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di lain sisi, tepatnya di dalam sebuah kamar tampak dua sejoli yang baru saja sah menjadi suami istri. Dua orang itu tidak lain adalah Dimas dan Tsania.
Mereka berdua sudah terlihat siap untuk acara resepsi pernikahan mereka. Gaun pengantin yang seharusnya dipakai oleh Aozora, menempel indah di tubuh Tsania. Wanita itu sepertinya benar-benar puas dengan gaun pilihan Aozora itu.
"Sayang, sudah deh nanti riasanku hancur lagi!" Tsania berusaha mendorong tubuh Dimas yang dari tadi berusaha untuk mencumbunya.
"Tapi, aku benar-benar menginginkannya sekarang, Sayang. Kamu sih, kenapa bisa semenggai*rahkan ini?" Dimas kembali mengendus-endus leher Tsania.
"Tapi, kita sebentar lagi akan dipanggil, Sayang. Kamu sabar sedikit kenapa sih? Nanti kalau aku terlihat jelek bagaimana?" protes Tsania.
"Iya deh, Sayang!" Dimas akhirnya menjauhkan dirinya dari tubuh Tsania.
"Kamu sabar ya, Sayang! Nanti malam kita akan melakukannya sepuasnya," bujuk Tsania yang melihat raut wajah merengut dari suaminya itu.
Dimas yang tadinya memang sedikit kecewa akhirnya kembali tersenyum mendengar ucapan Tsania. Dia baru saja hendak kembali memeluk tubuh sang istri tapi tiba-tiba pintu dibuka oleh seseorang dari luar.
Dimas hampir saja mengumpat, namun langsung dia urungkan, begitu melihat siapa yang datang.
"Ma, Pa, kenapa ke sini?" tanya Tsania pada dua orang yang baru saja datang itu. Ya, dua orang itu adalah Aditya dan Dona.
"Kalian berdua memang bodoh, benar bodoh!" bukannya menjawab, Dona langsung saja memaki anak dan menantunya itu.
"Mama kenapa sih? Datang-datang bukannya memuji kecantikan anaknya, malah marah-marah!" cetus Tsania, dengan wajah masam.
"Bagaimana Mama tidak marah hah? bagaimana bisa photo-photomu tanpa pakaian dan Video asusila kalian berdua ada pada Zora? Kalian berdua cari mati ya?" emosi Dona benar-benar sudah tidak terkontrol lagi.
"Hah, ma-maksud Mama apa? Pho-photo apa yang mama maksud?" kali ini Dimas yang buka suara. Wajah pria itu sekarang sudah terlihat panik.
"Photo-photo apa yang mama maksud, Mama yakin kalau kamu pasti sudah bisa menebaknya. Bagaimana bisa sih kamu bisa menyimpannya di sembarang tempat, tanpa keamanan yang tinggi?" Napas Dona terlihat memburu saking emosiny.
"Sayang, kamu bilang kalau semuanya sudah aman dan photo-photonya sudah kamu hapus, tapi kenapa di Zora jadi ada?" kini Tsania yang terlihat panik.
"Aku juga tidak tahu, Sayang. Aku memang sudah menghapus semuanya. Mungkin Aozora sudah curiga di awal, dan lebih dulu mengambilnya sebelum aku hapus. Arghhh, aku benar-benar tidak menyangka kalau dia bisa sampai sedetail itu!" Dimas menggusak rambutnya dengan kasar, hingga rambutnya yang tadi sudah tertata rapi, kini sudah berantakan.
"Jadi bagaimana sekarang? Apa yang Kak Zora lakukan di luar, Ma? Apa dia akan menyebarkan photo-photo dan video itu nanti?" Tsania mulai tidak tenang.
"Kamu tenang saja, katanya dia tidak akan melakukannya, karena masih memikirkan mamanya Dimas. Tapi, kalau kita sampai mengusiknya, katanya dia tidak akan segan-segan," tutur Dona, berusaha menenangkan putrinya itu.
"Lagian kenapa kamu bisa seperti itu sih, Nia? Papa nggak nyangka kamu bisa sampai melakukan hal seperti itu, demi bisa merebut Dimas dari tangan kakakmu sendiri. Berarti yang dikatakan Kakakmu selama ini, benar!". Aditya buka suara, mengeluarkan emosi yang dari tadi berusaha dia pendam.
"Kamu bisa diam nggak sih? Yang penting Dimas tetap menikahi Tsania kan? Bukannya itu lebih dari cukup?" bentak Dona.
"Arghh, tapi aku benar-benar merasa sebagai papa sangat tidak berguna dan ini karena kalian berdua. Aku terlalu menuruti kemauan kalian, sampai aku tidak sadar putriku satunya lagi, jadi korban," Aditya sepertinya mulailah emosi.
"Oh, jadi kamu menyesal sekarang? Jadi mau kamu apa sekarang? Kamu ingat ya, kalau kamu sempat saja macam-macam, aku bisa saja membongkar perselingkuhanmu dulu denganku. Aku juga akan bilang ke semua orang kalau penyebab istrimu dulu meninggal, itu karena depresi akibat perselingkuhanmu denganku. Kamu mau kalau nama baikmu hancur, hah? Dan ingat juga, kalau sekarang perusahaan sudah atas nama Tsania, jadi kami tidak punya apa-apa l lagi,"
Lagi-lagi, Aditya harus terdiam mendengar ancaman yang selalu dilontarkan oleh Dona padanya. Ancaman yang menjadi bumerang bagi dirinya dan membuat dia terpaksa harus tega pada Aozora putrinya. Ingin dia tidak peduli, tapi demi reputasinya, dia akhirnya memilih untuk mengikuti apapun yang dikatakan Dona.
tbc