Song Lin Qian adalah Seorang pangeran yang terasingkan sejak masih kecil, dia harus menjalani kehidupan yang keras di dunia luar untuk mencari tahu akan jati dirinya yang sebenarnya.
Dengan berbekalkan jepit rambut peninggalan mendiang sang ibu, Song Lin Qian yang diasuh oleh sepasang pendekar suami-istri akhirnya turun gunung, dan demi mengetahui akan siapa dirinya yang sesungguhnya, Song Lin Qian harus menghadapi banyak masalah di dalam pencariannya.
Akankah Song Lin Qian berhasil dalam pencariannya? Ikuti alur cerita yang berjudul "PANGERAN PENDEKAR NAGA" hanya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adicipto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perguruan Racun Kalajengking
***
Rombongan Fa Lio Bai saat ini sudah tiba di Desa Chuang, desa ini berada cukup dekat dengan salah satu kota besar di Wilayah Song. Dulunya Desa Chuang adalah desanya para Pengrajin, masyarakatnya hidup tenang, namun setelah kekacauan akibat berang, Desa Chuang seperti menutup diri dari dunia luar.
Qian yang sudah sampai di desa tersebut bersama Fa Lio Bai dan kedua anaknya menelusuri jalan utama seraya memperhatikan para penduduk desa. Para Penduduk disana bersikap dingin, bahkan saat rombongan Fa Lio Bai melewati mereka dan menyapa setiap orang, mereka terlihat tidak peduli, bahkan sampai membuang muka.
"Apakah kita akan melakukan pertunjukan di desa ini Paman?" tanya Qian yang merasa jika melakukan pertunjukan di Desa yang saat ini mereka masuki pasti tidak akan menarik perhatian para penduduk yang sikapnya sangat dingin.
"Tidak! Kita akan melakukannya setelah tiba di Kota Heijing saja," jawab Fa Lio Bai.
"Kenapa orang-orang menatap kita seperti itu? Padahal kita baru pertama kali ini memasuki Desa ini, tapi tatapan mereka seperti tidak menyukai keberadaan kita?" tanya Fa Xian.
"Sebenarnya penduduk disini sangat baik dan ramah, tapi semenjak ada perang, mereka kesulitan dalam mencari nafkah, sebab mayoritas penduduk disini berpenghasilan dengan cara membuat beraneka ragam kerajinan, seperti Tirai, Sapu, alat rumah tangga, bahkan sampai pengrajin senjata! Namun setelah perang bisnis para Pengrajin menurun, dan para laki-laki yang masih berusia 40 tahun kebawah di paksa untuk pergi ikut berperang," kata Fa Lio Bai.
"Tapi apa hubungannya dengan kedatangan kita? Mereka jelas-jelas terlihat tidak menyukai kehadiran kita di desa mereka ini," tanya lagi Fa Xian.
"Ayah juga tidak tahu! Kalian tidak perlu khawatir, kita kesini bukan berniat buruk, jadi kita abaikan saja mereka," kata Fa Lio Bai.
Fa Xian dan Qian mengangguk, kemudian mereka terus melanjutkan perjalanan mereka, sedangkan Fa Xian sesekali akan memperhatikan adiknya yang terlihat aneh. Fa Xian melihat Fa Xieyin yang terkadang berjalan seraya senyum-senyum sendiri, padahal tidak ada yang mengajaknya mengobrol.
"Apakah kamu tidak merasa aneh dengan sikap Xieyin?" tanya Fa Xian kepada Qian.
Qian memperhatikan Xieyin dan dia melihat Xieyin yang terkadang tersenyum-senyum sendiri. "Sepertinya tidak ada yang aneh," jawab Qian.
Fa Xian kini menatap Qian dengan heran, padahal sudah jelas-jelas adiknya itu bertingkah aneh, namun Qian justru mengatakan jika tidak ada yang aneh.
Berbeda halnya dengan Fa Xian, Fa Lio Bai sejak awal sudah mengetahui jika anak gadisnya itu terlihat sangat bahagia, dia merasa jika hati putrinya sedang dilanda asmara.
"Kita harus segera keluar dari Desa ini sebelum malam," kata Fa Lio Bai.
"Bukankah menginap di desa ini lebih baik daripada menginap di luar ayah?" tanya Fa Xian.
"Di desa ini tidak ada penginapannya seperti desa-desa lainnya," jawab Fa Xian.
Saat mereka mempercepat langkah kaki mereka, tiba-tiba saja mereka melihat dari arah depan ada beberapa orang yang sedang menaiki kuda menuju ke arah mereka. Anehnya saat orang-orang berkuda itu melewati depan rumah para penduduk desa, semua orang yang berada di luar bergegas masuk kedalam rumah lalu menutup pintu serta jendela-jendela kamar masing-masing.
"Itu adalah anggota Prajurit Kerajaan yang sedang berkeliling mencari sukarelawan untuk dijadikan prajurit perang," kata Fa Lio Bai lalu dia meminta kepada Qian dan Fa Xian untuk berpura-pura cacat, semua itu untuk mengelabui para prajurit agar mereka tidak membawa keduanya pergi menjadi prajurit.
Para prajurit berkuda yang berjumlah delapan orang itu segera berhenti di hadapan Fa Xian setelah itu mereka semua turun dari kuda mereka. "Sepertinya kalian bukan Penduduk Desa Chuang ini! Siapa kalian ini dan mau pergi kemana kalian?" tanya salah satu prajurit.
"Kami dari Desa sebelah Tuan, kami ini sedang melakukan perjalanan menuju ke Kota Heijing untuk mencari pekerjaan agar saya bisa memberi makan ketiga anak saya ini," kata Fa Lio Bai.
Salah satu prajurit memperhatikan Qian, Fa Xian dan Xeiyin yang sedang bermain-main dengan jari-jari mereka sendiri kecuali Xeiyin yang terkadang akan senyum-senyum sendiri tanpa sebab, setelah itu mereka mulai mendekati Qian dan Fa Xian.
"Kedua anak muda ini setidaknya berusia 17 tahun bukan?" tanya prajurit tersebut.
"Benar tuan!" jawab Fa Lio Bai.
"Kalau begitu mereka berdua sudah bisa dibawa agar menjadi prajurit sukarelawan untuk melawan Kerajaan Qin," kata prajurit tersebut.
"Maaf tuan, tapi mereka berdua cacat, mereka adalah dua bersaudara yang cacat otak akibat sama-sama terjatuh dari pohon sehingga kepalanya membentur batu, kejadian itu membuat mereka berdua terkadang berbicara sendiri, bahkan akan melompat-lompat bermain seperti anak kecil," kata Fa Lio Bai.
"Benarkah? Apakah kamu tidak sedang berbohong agar mereka tidak dibawa pergi oleh kami?" tanya prajurit tersebut.
"Saya tidak berani melakukan itu Tuan! Jika memang tuan tidak percaya, silahkan tuan berbicara kepada mereka!" kata Fa Lio Bai.
Prajurit itupun segera menghampiri Fa Xian dan Qian yang masih berpura-pura cacat dengan tingkah laku seperti anak kecil, prajurit tersebut mulai mengajak mereka berdua berbicara.
"Nama kalian berdua siapa? Ayo beritahu paman," kata Prajurit tersebut.
"Em! Kamu bukan pamanku, kalau pamanku itu memiliki janggut yang panjangnya segini, dan alisnya juga panjang hingga menyentuh janggutnya, pamanku sangat tampan daripada kamu yang mukanya mirip kerbau," jawab Fa Xian dengan sikap seperti anak berusia 5 tahun.
Teman-teman prajurit di belakang terkekeh mendengar temannya di bilang jelek seperti kerbau, sedang Fa Lio Bai berusaha menahan tawa, begitu juga dengan Qian serta Xeiyin.
Prajurit itu hanya bisa tersenyum menahan malu di depan rekan-rekannya, dan dia juga menyapa Qian yang ada di sebelah Fa Xian. "Kalau namamu siapa?" tanya Prajurit itu, namun kali ini dia bertanya seperti sedang bertanya kepada anak kecil serta tidak lagi ingin mengaku sebagai pamannya, dia takut nanti akan dihina lagi.
Qian yang masih berpura-pura bersikap seperti anak kecil bingung harus menjawab apa, dia tentu tidak bisa meniru cara Fa Xian berbicara. Namun dengan cepat Qian segera menemukan jawabannya.
"Namaku tidak tahu Paman Kerbau, ayah tidak pernah memberi tahu namaku!" jawab Qian.
Jawaban Qian kembali membuat para prajurit di belakangnya tertawa terbahak-bahak saat Qian memanggilnya Paman Kerbau, dan prajurit itu benar-benar sangat malu serta menyesal karena telah berbicara kepada Fa Xian dan Qian yang pada akhirnya dia hanya akan dipermalukan.
"Sangat disayangkan sekali! Padahal bentuk tubuh mereka sangat bagus untuk menjadi seorang prajurit," ucap prajurit tersebut lalu dia berbicara kepada Fa Lio Bai. "Kamu berhati-hati dijalan, sekarang banyak sekali penjahat yang sering merampok serta tidak segan-segan untuk membunuh," kata Prajurit tersebut lalu dia segera menaiki kudanya dan disusul oleh ketujuh prajurit lainnya.
"Saya akan berusaha untuk berhati-hati tuan!" jawab Fa Lio Bai.
Ke delapan prajurit itu segera pergi meninggalkan Fa Lio Bai, sedangkan Fa Xian dan Qian menghela nafas lega. "Ternyata mereka cukup baik dan sikap mereka sangat ramah dan tidak mudah tersinggung," kata Qian seraya memperhatikan para prajurit tersebut.
"Lebih baik kita segera pergi sebelum para prajurit yang lain menemukan kita," ajak Fa Lio Bai.
Saat mereka hendak melanjutkan perjalanan, tiba-tiba saja mereka mendengar suara teriakan dari salah satu prajurit, teriakan kesakitan itu membuat mereka menghentikan langkah mereka, dan setelah melihat kebelakang, dua orang prajurit sudah jatuh dari kuda mereka, dan sisanya sedang di serang oleh anak panah yang datang dari beberapa arah.
"Ayo cepat kita tinggalkan tempat ini!" ajak Fa Lio Bai.
"Tapi paman bagaimana dengan mereka?" tanya Qian.
"Itu bukan urusan kita! Sudah ayo kita segera pergi sebelum para penyerang itu menargetkan kita juga," jawab Fa Lio Bai.
Qian terlihat ragu dan kembali memperhatikan mereka yang mulai tumbang satu persatu, Qian yakin jika mereka tidak segera ditolong, bisa-bisa mereka semua akan mati.
"Ayo kakak Qian!" kata Xeiyin yang langsung menarik lengan Qian untuk segera pergi, sedangkan Qian yang ditarik oleh Xeiyin hanya bisa mengikutinya namun dia masih memperhatikan para sisa prajurit yang masih berusaha menghindari serangan anak panah yang masih berdatangan.
Namun saat baru berlari beberapa meter, tiba-tiba saja ada anak panah yang juga melesat ke arah mereka. Anak panah itu yang mengarah ke tubuh Fa Lio Bai segera ditangkap oleh Fa Lio Bai lalu serangan anak panah yang lain juga menyusulnya.
"Sebenarnya siapa yang menyerang kita?" tanya Qian sembari menghindari anak panah yang terus berdatangan.
Mereka berempat segera bersembunyi di dinding rumah warga sehingga mereka berhasil selamat, sedangkan para prajurit itu kini hanya tersisa tiga orang saja yang masih bertahan.
Mereka berempat untuk sementara sudah berhasil meloloskan diri dari serangan tersebut, namun setelah itu ada empat sosok pendekar yang turun dari salah satu atap dengan memegang tali yang di ujungnya ada pisau tajam.
"Racun Kalajengking?"
Fa Lio Bai segera mengenali para pendekar itu yang ternyata berasal dari salah satu perguruan besar Aliran Hitam yang ada di Wilayah Kerajaan Song yaitu Perguruan Racun Kalajengking.
Perguruan tersebut adalah salah satu Perguruan Aliran Hitam yang memang bersekongkol untuk menggulingkan Raja Song, apalagi Perguruan Racun Kalajengking adalah Perguruan yang paling ditakuti karena mereka sangat pandai dalam membuat racun serta ilmu silat mereka juga yang sangat tinggi.
"Dua Pendekar Jiwa Ahli dan dua Pendekar Jiwa Petarung! Ini benar-benar sangat buruk," gumam Fa Lio Bai yang semakin sangat khawatir, sebab dia juga tahu jika orang-orang dari Perguruan Racun Kalajengking tidak pilih-pilih dalam hal membunuh, siapapun yang mereka inginkan, pasti akan dibunuh, dan itu semata-mata hanya untuk memuaskan diri mereka sendiri.
Bukan dengan kemampuan ya Thor 😁😁😁😁.?????
PD kali bilang Qian teman 🤣🤣🤣
Dia itu malaikat maut yang datang menjemputmu, Zhiu Fan.
😇
Siapa yang menitipkan sedikit keangkuhan...?!
Pelit amat angkuh sedikit aja pakai di titipkan 🤣🤣🤣