NovelToon NovelToon
Siswa Berandalan Bertarung Untuk Mencapai Puncak

Siswa Berandalan Bertarung Untuk Mencapai Puncak

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / Teen School/College / Persahabatan / Anime / Preman
Popularitas:11.2k
Nilai: 5
Nama Author: Setsuna Ernesta Kagami

Aren adalah seorang murid SMA di Bekasi, sebuah sekolah yang hampir seluruh siswanya adalah laki-laki dan gemar berkelahi. Dalam lingkungan yang keras dan penuh persaingan ini, Aren lebih memilih menikmati ketenangan dan menghindari konflik. Namun, SMA Bekasi memiliki sistem unik di mana siswa terkuat menjadi pemimpin, menguasai sekolah dengan kekuasaan absolut.

Meskipun tidak tertarik pada kekuasaan, kehidupan Aren mulai berubah ketika ia terus-menerus terseret ke dalam masalah yang tak bisa dihindarinya. Konflik demi konflik yang dihadapinya menguji batas kesabarannya. Keadaan yang awalnya terlihat membosankan mulai menjadi lebih menarik dan penuh tantangan.

Apakah Aren akan tetap bertahan dengan prinsipnya, atau akankah ia terpaksa naik ke puncak kekuasaan sekolah? Perjalanan Aren dalam mengarungi dunia keras SMA Bekasi akan menentukan jawabannya.

#Soundtrack Yang Cocok Saat Baca
- [Unbreakable] GenerationsXTheRampage
- [Jump Around] DobermanInfinity
- [Break Into The Dark]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Setsuna Ernesta Kagami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ancaman Yang Tak Di Undang!

Saat Alvin berjalan di luar, dia memasukkan tangannya ke saku dengan santai.

Panas terik matahari menyinari jalanan di luar sekolah, menciptakan kilauan yang menyilaukan dari permukaan aspal.

Langit cerah tanpa awan, memberikan kesan langit biru yang tak berujung. Suasana terasa sangat panas, dengan udara yang kering dan hampir tak ada angin yang berhembus untuk memberikan kesejukan.

Jalanan sedikit berdebu, debu-debu halus beterbangan setiap kali ada kendaraan yang melintas, menambah kesan gersang. Pohon-pohon di pinggir jalan tampak layu di bawah sengatan matahari, daunnya bergerak perlahan seolah merindukan angin.

Suara langkah kaki dan kendaraan terdengar samar di kejauhan, tercampur dengan suara-suara aktivitas di sekitar sekolah yang mulai sepi.

"Ah, sialan. Panas sekali hari ini!" keluh Alvin.

Alvin menyusuri jalan, dia menyeberang dan mampir ke sebuah toko minuman yang sering dikunjunginya. Dengan wajah ceria, Alvin berinteraksi dengan pedagang, menunjukkan bahwa dia adalah pelanggan tetap di sana.

Suara gemuruh mesin truk yang melaju perlahan memecah keheningan jalan. Terdengar suara riuh nyaring bersorak begitu keras dari dalam truk, mengisyaratkan kehadiran segerombolan anak-anak berandalan.

Saat Alvin sedang membuka minuman kalengnya di sebuah toko kecil di pinggir jalan, ia melihat segerombolan siswa SMA Kemayoran menghampirinya. Mereka tampak tidak ramah.

Mereka berlari menuju Alvin sendirian disana.

Alvin tampak lengah, namun sekejap kemudian ia melemparkan minuman kaleng itu. Kaleng tersebut berputar cepat di udara dan mengenai kepala salah satu dari mereka, menjatuhkannya. Namun, tak butuh waktu lama bagi salah satu dari mereka untuk menerjang ke arah Alvin dengan dengkulnya. Alvin dengan sigap menahan serangan itu dengan kedua tangannya.

Di saat yang sama, dua orang lainnya menyerang dengan tendangan dan pukulan keras. Alvin mengandalkan kelincahannya, menghindar dan melewati serangan mereka. Namun, gerombolan itu datang tanpa henti, dan Alvin mulai kewalahan. Serangan demi serangan membuatnya sulit untuk bertahan.

Akhirnya, salah satu pukulan berhasil menembus pertahanannya dan membuat Alvin terhempas jatuh ke tanah. Dalam keadaan terjatuh, Alvin merasa kesulitan untuk bangkit kembali karena serangan terus berlanjut. Matanya melirik sekitar, mencari celah untuk melawan atau melarikan diri, namun ia tahu bahwa menghadapi mereka sendirian tidaklah mudah.

Para siswa SMA Kemayoran itu tidak berhenti di situ, mereka menginjak-injak Alvin yang terjatuh.

Dalam keadaan tak berdaya, Alvin ditopang oleh dua siswa SMA Kemayoran. Kedua tangannya dipegang erat oleh mereka, membuat Alvin tidak bisa bergerak. Wajahnya penuh memar dan rasa sakit yang luar biasa menguasai tubuhnya.

Tiba-tiba, seseorang mendekati Alvin dengan berjalan santai, menunjukkan wajah sombong dan arogan. "Yo, bocah Bekasi brengsek," kata orang itu dengan nada menghina.

Alvin menahan rasa sakit, tidak bisa menjawab. Dia hanya bisa menatap orang itu dengan tatapan tajam, berusaha mengingat setiap detail tentangnya, terutama lambang sekolah mereka. Lambang itu adalah kunci untuk mengidentifikasi mereka dan merencanakan pembalasan di kemudian hari.

"Sepertinya kau butuh pelajaran, bocah," kata pemimpin kelompok itu sambil menyeringai. "Bekasi tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Kemayoran. Ingat itu."

Alvin hanya bisa menggertakkan giginya, menahan amarah yang mendidih di dalam dirinya. Meskipun tubuhnya lemah, semangatnya tidak pernah pudar. Dia bertekad untuk membalas dendam dan menunjukkan kepada mereka bahwa dia bukanlah seseorang yang bisa dianggap remeh.

Setelah beberapa saat, siswa SMA Kemayoran itu melepaskan Alvin, meninggalkannya di tanah dengan kondisi babak belur. Alvin perlahan bangkit, mengusap darah dari sudut bibirnya. Dia menatap jalan yang baru saja dilalui oleh musuh-musuhnya, bertekad untuk tidak membiarkan kejadian ini berlalu begitu saja.

Dengan langkah tertatih-tatih, Alvin mulai berjalan kembali ke sekolah.

Saat Alvin berjalan tertatih-tatih, dia berusaha keras menahan rasa sakit yang menjalar di seluruh tubuhnya. Dengan setiap langkah yang diambil, dia merasakan penderitaan, namun tekadnya untuk kembali ke sekolah memberinya kekuatan. Di seberang jalan, dia melihat gerbang sekolahnya, sebuah pemandangan yang memberinya harapan.

Namun, ketika dia hendak menyebrangi jalan, tubuhnya tiba-tiba lemas dan kehilangan kontrol. Alvin merasa dunia seolah berputar, dan dia hampir jatuh ke tanah. Tapi, sebelum dia menyentuh aspal, seseorang menopangnya dengan kuat.

"Ceritakan semuanya kepadaku, Alvin," kata suara itu dengan tegas namun penuh perhatian.

Sebelum Alvin kehilangan kesadarannya sepenuhnya, dia sempat melihat sosok dengan rambut putih yang dikenalinya. Meskipun tubuhnya lemah dan pandangannya mulai kabur, Alvin sempat menyeringai, merasa lega bahwa dia berada di tangan yang dapat diandalkan. Sesaat kemudian, Alvin pingsan.

Kemudian, Jam pulang sudah berbunyi, semua siswa dan siswi nampak berjalan pulang membuat suasana sekolah semakin sepi.

Kemudian, saat Aren sedang berjalan pulang menuju ke rumahnya, tiba-tiba dia melihat Ash berdiri di tengah jalan, seolah-olah sudah menunggunya. Aren menatap Ash dengan tatapan datar, merasa bosan melihatnya lagi.

"Aku tidak akan pernah bergabung dengan gengmu, apakah kau sudah melupakan peringatanku? Hah!" kata Aren dengan nada malas.

Ash tersenyum sabar. "Aku menunggumu disini bukan untuk membicarakan soal mengajakmu bergabung. Ada sesuatu yang serius yang perlu kau ketahui, Aren."

"Sano mengabariku sesuatu yang sangat penting, mungkin ada kejadian yang sangat serius terjadi, untuk itu aku mengajakmu, Aren."

Aren menghela napas, tampak enggan berurusan dengan masalah apapun yang dibawa Ash. "Lalu apa hubungannya denganku? Aku tidak peduli dengan orang yang bernama Sano itu!"

Ash mengubah tatapannya menjadi serius. "Aren, sebaiknya kau ikut aku sekarang."

Aren menunjukkan ekspresi jengkel. "Hah, kau benar-benar pemaksa ya?"

"Sudahlah, ikut saja. Ini benar-benar penting," desak Ash.

Aren, meskipun kesal, merasa sedikit penasaran dengan apa yang sedang terjadi. "Kemana?" tanyanya dengan nada enggan.

Ash menyeringai, nampaknya Aren sudah penasaran.

Ash berbalik dan mulai berjalan, tangannya dimasukkan ke dalam saku. "Ke rumah sakit."

Aren terkejut. "Hah?!"

"Sudah, ikut saja," ujar Ash dengan nada tenang.

Setibanya mereka di rumah sakit, mereka menuju ruang UGD. Di sana, terlihat Sano dan Mulan sedang menunggu. Mulan tampak terkejut melihat Aren berjalan di belakang Ash, sementara Sano terlihat penasaran.

Sano memandang Mulan sejenak, lalu beralih ke Ash. "Kau benar-benar membawanya ke kemari ya," katanya.

Ash mengangguk. "Ya,"

Aren menatap mereka semua dengan kebingungan dan ketidakpercayaan. "Apa yang sebenarnya terjadi di sini?" pikirnya.

Ash berjalan mendekati Sano. "Lalu, siapa yang ada didalam ruangan itu?"

Sano maju selangkah, mencoba menjelaskan. "Alvin, sepertinya dia diserang oleh segerombolan siswa dari SMA Kemayoran. Mereka tidak hanya ingin menghajar Alvin, tapi sepertinya ada sesuatu yang lebih besar di balik serangan yang mereka lakukan."

Aren terdiam, mencoba mencerna informasi tersebut. "Lalu apa hubungannya denganku?" tanyanya lagi, kali ini dengan sedikit lebih serius.

Mulan, yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. "Aren, mereka mungkin akan datang untukmu juga."

Aren menatap datar, sepertinya Aren tidak ingin berbicara kepada perempuan selain Maria dan teman-temannya.

"Apa kau mendengarkanku?" tanya Mulan, merasa sedikit kesal saat diabaikan oleh Aren.

Aren mendecih, kemudian menunjukkan seringainya yang penuh keberanian. "Tentu saja, aku akan menyambut mereka dan menghajar mereka semua."

"Jika Alvin kalah sampai masuk ke UGD, berarti dia hanya lemah." imbuhnya.

Ucapan Aren membuat Ash menampilkan senyuman kecil yang disembunyikannya dan Sano melihat Aren seolah mengingat perkataan seseorang yang dia kagumi selama hidupnya. Sementara itu, Mulan menatap sinis sepertinya dia tidak menyukai perkataan yang keluar dari mulut Aren.

Tiba-tiba, dari dalam ruangan Alvin menjawab Aren. "Mungkin kau benar, tapi sebaiknya kau jangan meremehkan mereka, Aren."

Mereka semua kemudian berjalan menuju ruang perawatan tempat Alvin dirawat. Begitu mereka masuk, terlihat Alvin terbaring di ranjang, wajahnya penuh memar dan luka. Aren merasakan kemarahan dan kepedulian yang tumbuh dalam dirinya, menyadari bahwa ini lebih dari sekadar masalah pribadi.

"Ini bukan hanya tentangmu, Aren. Ini tentang kita semua," kata Ash dengan suara tegas.

"Hah? apa maksudmu, bego!" Aren nampak tidak mengerti perkataan Ash.

Aren mengangguk pelan, matanya masih tertuju pada Alvin yang terluka. "Baiklah, aku ikut. Tapi jangan berpikir ini membuatku bergabung dengan gengmu."

"Besok siang, kalian berdua datanglah ke Base White Dragon." Kata Sano, walaupun tatapannya begitu serius saat melihat Alvin.

"Hah? apa yang akan kalian lakukan? bodoh!" Alvin nampak tak setuju dengan perkataan Sano.

Kemudian Mulan yang berdiri diantara Palang pintu sedang menyender dan melipatkan tangannya, "Alvin. Selama ini kau benci melihat Sano berhubungan denganku. Sebagai Kakakmu, sepertinya aku lebih menyakini ucapan orang yang bernama Aren itu."

"Kau lemah, tidak pernah bisa melepaskan kekanak-kanakanmu, begitu bodoh seperti anak kecil yang sering merengek kepadaku."

Meskipun Mulan berkata seperti itu, rasanya ada suatu kebohongan yang terpasang diwajahnya. Sano dan Ash sepertinya mengetahui maksud Mulan karena mereka berdua sudah terbiasa menilai keperibadian orang lain.

Namun Aren nampak tidak menyukai sosok perempuan itu, walaupun Aren tidak mengetahui hubungan mereka bertiga.

Kemudian, Aren berjalan pulang. "Kalau kalian hanya bermain geng gengan saja, sebaiknya kalian tidak usah melanjutkan ambisi kalian untuk mencapai puncak, namun jika kalian masih mempertahankan ambisi itu, jangan pernah menampakkan kekalahan didepanku!"

Ash tersenyum melihat sisi dewasa Aren. Karena Ash sudah mengetahui kemampuan Aren yang sebenarnya. "Dasar Serigala penyendiri." Kata Ash menyeringai.

"Aren, pastikan besok kau datang. Aku akan memperkenalkanmu dengan seseorang yang sering kau sebut-sebut sebagai puncak," ucap Sano serius.

Mata Aren terbelalak melebar. Mereka semua hanya mendengar Aren mendecih sambil berjalan menuju pintu keluar.

1
Katsumi
bang jangan Hiatus ya bang😮‍💨 lagi seru-serunya
S.E Kagami: Okie dokie
total 1 replies
mochamad ribut
lanjutkan
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
Jimmy Avolution
ayo thor
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjutkan
Jimmy Avolution
lanjut
Jimmy Avolution
ceritanya kok gk ada keluarga Thor...

Suasana dirumah bersama ortu...
S.E Kagami: Fokus ke genre kak hehe.
total 1 replies
Jimmy Avolution
lanjut
Jimmy Avolution
hadir
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!