NovelToon NovelToon
Rumah Rasa

Rumah Rasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen Angst / Teen School/College / Keluarga / Persahabatan / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: pecintamieinstant

Rumah Rasa adalah bangunan berbentuk rumah dengan goncangan yang bisa dirasakan dan tidak semua rumah dapat memilikinya.

Melibatkan perasaan yang dikeluarkan mengakibatkan rumah itu bergetar hebat.

Mereka berdua adalah penghuni yang tersisa.

Ini adalah kutukan.

Kisah ini menceritakan sepasang saudari perempuan dan rumah lama yang ditinggalkan oleh kedua orang tua mereka.

Nenek pernah bercerita tentang rumah itu. Rumah yang bisa berguncang apabila para pengguna rumah berdebat di dalam ruangan.

Awalnya, Gita tidak percaya dengan cerita Neneknya seiring dia tumbuh. Namun, ia menyadari satu hal ketika dia terlibat dalam perdebatan dengan kakaknya, Nita.

Mereka harus mencari cara agar rumah lama itu dapat pulih kembali. Nasib baik atau buruk ada di tangan mereka.

Bagaimana cara mereka mempertahankan rumah lama itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pecintamieinstant, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Pekerjaan berjalan lancar. Penyedot debu canggih dinyalakkan selama dibutuhkan. Hentakan sudut dan sudut selalu terkena dampaknya. Perabot rumah tangga dibersihkan agar memuaskan. Seru sekali dilakukan ketika tidak ada orang rumah yang menanti. 

Peduli kebersihan rumah adalah salah satu hal penting mengingat Gita yang selalu tinggal bersama dengan Nita mengharuskan untuk selalu berberes. Tidak setiap hari dilaksanakan, hanya kalau ada waktu luang seperti sekarang ini.

Ketika sampah tidak pernah dibuang, kotoran mengepul, debu mengumpul lama berceceran dimana-mana, menjadikan tanda bahwa pengguna rumah mengalami tekanan batin, tekanan hidup, tekanan pekerjaan. Ketika membersihkan sudut-sudut ruangan, membersihkan rumah ini...seperti menghilangkan pikiran jenuh. Terasa tenang. 

Pekerjaan rumah berlangsung cukup lama. Menyenangkan bila kau tidak disuruh oleh Kakakmu atau orang tuamu. Menguras waktu dan tenaga menjadikan rasa lapar merebak pada puncaknya setelah jam dua belas siang menunjukkan waktunya karena Gita mendongak menatap jam dinding. 

Tepat karena lantai pertama sebagian telah bersih, tetap sebagian lagi belum dikemas seperti kamar Kakaknya, Nenek, Ayah dan Ibu. Selain dari itu seperti dapur, ruang keluarga beralih menjadi ruang tamu yang jarang dipakai oleh para pendatang yang berkunjung pun sudah tidak ada lagi, serta area menonton tv telah dibersihkan. 

"Oke, berhenti dahulu." Gita mematikan tombol, menurunkan beratnya penyedot lama model terlama. Menendang kabel hitam ketika ingin menuju tempat lain. Menjengkelkan ketika kabel panjang berantakan mengganggu jalan bekerja. 

Gita mengusap keringat, menoleh dan bergerak menuju kulkas dingin penuh kesejukan. Bila saja kulkas itu besar, anak itu dapat masuk meringkuk untuk mendinginkan tubuh. Kulkas mewash seperti milik orang-orang kaya. Tetapi nasibnya tidak begitu. Dia membuka pintu, mencari angin segar dan bahan masakan untuk makan siangnya.

Harus mandiri sekarang tanpa bantuan siapa-siapa lagi. Tidak boleh manja. Menangis pun tidak lagi. Dewasa mengharuskan untuk berdiri tegar di kaki sendiri. 

Pelajaran hidup yang dibawa Ayah kepada anak perempuannya karena Ayah sangat sayang. Jika Ayah tidak pernah berbicara tentang bagaimana menghadapi hidup jika dia tidak ada... Gita akan kesusahan. Bagaimana cara memasang gas sendiri, belajar menggunakan sepeda, memperbaiki kerusakan aliran air, memperbaiki sepeda jika rusak, memasang lampu, cara berkebun dan ilmu tentang fisik harus diberikan kepada anaknya sedari kecil. Tentang beladiri...sebenarnya menjadi bagian pelajaran yang dibawa Ayah. Jika nanti seseorang merendahkan, Gita mudah melawannya.

Lain seperti pelajaran hidup dari Ibu dan Nenek. Ibu selalu memberikan ilmu tentang menghemat uang, bagaimana mencari kualitas perabotan rumah, cara memilah bahan makanan yang segar dan tidak, belajar memasak sederhana. Kalau Nenek cenderung ke arah mendongeng sebelum tidur. Lebih tenang jika sekarang Gita yang beranjak sekolah dapat mendengarkan lagi. Namun itu adalah kemustahilan yang tidak akan bisa dikembalikan ke dunia ini.

Perdebatan dapur menjadi tempat pertarungan Gita tentang menu membingungkan yang akan dilakukan untuk mengisi perut keroncongan.

"Masak apa hari ini?" Garukan rambut menjadi saksi bimbang karena tidak ada ide secuil pun yang terlintas. "Telur goreng sudah biasa. Nasi goreng tidak mau. Mie kuah sudah bosan."

Gita memegang pinggang. Menghela napas lelah hanya bisa diberikan selama berdiri bimbang. Sebelum langit semakin berubah ke-oranye dan Kakaknya akan kembali, Gita mengambil apa saja yang menurutnya bisa digunakan dan mudah dilakukan.

Jangan harap dapur itu akan selalu bersih dan rapi. Cipratan minyak menempel dinding dan sekitar kompor. Sisa kupasan bawang dibuang acak. Pegangan memasak dibiarkan jatuh menyentuh kaki. Susah baginya untuk mengatur diri.

"Lebih bagus berkelahi daripada memasak." Gita tertawa pelan, "Tidak perlu capek mengeluarkan banyak barang, cukup kepalan tangan saja sudah beres."

Gita kembali diam. Mengawasi sekitar dirinya mengharuskan mengusap wajah. "Ternyata banyak hal yang harus dibereskan sekarang."

Gerakan tangan berhenti ketika bagian bulat depan kompor diputar atas. Menuang lauk dalam mangkok saji dan nasi semangkok kecil dipadatkan menggunung. Diletakkan meja dan berakhir menyantap.

Mendengus bau wangi asap masakan...menggugah selera lapar. Lahapan besar dimasukkan. Cepat. Rasa lelah berubah bahagia karena berhasil menciptakan hidangan lezat istimewa.

Kegiatan pembersihan dilanjutkan usai acara cuci piring selesai dilaksanakan. Berbekal terus mengatakan pada dirinya bahwa sebentar lagi akan selesai, anak rumahan itu menaikkan penyedot lagi. "Baik, kita mulai lagi," pinta Gita setelah mengangguk menajamkan tujuan permintaan Kakaknya.

Berjalan mundur, membungkuk, bergerak pelan-pelan. Pelan-pelan dilakukan. Mengarahkan alat berat, semua debu terangkat masuk. Hilang.

Bunyi bising mengharuskan menahan sepasang kupingnya selama bekerja, dan tangan memerah meninggalkan jejak untuk menahan beratnya benda peninggalan kuno.

Hentakan penyedot dilakukan berulang-ulang mengenai apa saja di depan, samping, dan belakang. Arah mata selalu bergerak bawah menunjukkan begitu fokus untuk menyelesaikan pekerjaan ini.

Semakin berjalan maju, penyedot terantuk pada papan kayu di depan.

"Kamar Nenek?" Gita menaikkan pandangan. Pintu polos bergambar coretan pensil warna, stiker berbeda gambar menempel lama.

Benar. Semua yang tertempel itu adalah hasil karya imajinasi seorang anak kecil berusia enam tahun.

Mengelus tempelan membuatnya tersenyum tipis. Gita pernah merayu Neneknya untuk bersama-sama menempel stiker yang dibeli di dekat sekolah pertama untuk pertama kalinya. Diteruskan coretan pewarna gambar, Gita berimajinasi, dan berakhir tertawa bersama-sama. Pada akhirnya Ibu datang. Memarahi kegiatan bersenang-senang kami.

"Gita kangen, Nek." Gita mengelus lagi, stiker berbentuk bintang menjadi perhatian.

Tidak bisa berlama-lama berdiri, Gita membuka pintu Nenek karena berpikir akan lebih bagus jika semua kamar-kamar dirapikan. Dibereskan. Termasuk salah satu kamar di hadapan.

Pintu dibuka lebar. Satu orang masuk membawa alat tempur pembersihan.

Kegelapan kamar menyertai Gita di dalam. Aroma pengap menyambut datang. Menjadikan suasana tidak nyaman sampai ia harus menggaruk kulit karena tidak tahan debu, segera mencari keberadaan jendela untuk membuang udara kotor.

"Kamar Nenek memang selalu rapi seperti kamar Ayah, dan Ibu." Gita menatap bangga.

Tetapi jangan salah, walaupun peletakan barang-barang disini rapi, tetap saja debu beterbangan menempel pada sela-sela barang itu. Partikel halus menyebar, mengambang mengudara.

Sedetik kemudian bergerak mencari tempat meletakkan kabel itu. Semenit kemudian bergegas membersihkan apa saja.

Tidak sampai dua jam, dia menyelesaikan cepat. Dua detik setelahnya duduk singgah atas kasur terbungkus plastik. Mengawasi sekitar... Begitulah.

Barang-barang milik Nenek dibereskan Kakak. Menyisakan lemari kosong, meja rias, kursi rias, dan satu kasur.

Melamun panjang, Gita sadari bahwa kamar ini terlalu banyak kenangan.

...***...

Klakson motor mengejutkan satu anak yang menempelkan diri di atas kasur berplastik.

"Astaga, itu Kakak!" Gita tersentak bangun. Mata melotot tajam.

Air liur diusap. Menempel lama.

Gerakan kaki cepat diturunkan sampai mengenai dinginnya lantai keramik putih. Berlari terburu-buru menarik ujung kabel, Gita menggeret penyedot menuju area luar pintu kamar Nenek.

Membereskan rambut mengembang kusut berantakan menggunakan jari-jari tangan, Gita usahakan semua itu seperti tidak pernah terjadi.

Pintu terbuka, perempuan lebih tinggi dari Gita akhirnya datang. Make up luntur, jatuh merosot.

Membawa dua tas berbeda ukuran adalah hadiah yang dinantikan.

Tas kecil kebanggaan. Satu lagi adalah tas paper bag cokelat polos.

"Sudah pulang, Kak?"

1
S. M yanie
semangat kak...
pecintamieinstant: Siap, Kak 🥰👍😎
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!