SHE IS VERY DANGEROUS

Perusahaan William Corp.

Di kantor, Damian dibuat sibuk oleh berkas-berkas kerja yang tidak ada habisnya. Sehingga dirinya tak menyadari kedatangan sang asisten.

Setelah mengetuk pintu berkali-kali, Anton yang jengah karena tidak ada jawaban dari sang atasan, akhirnya menerobos masuk. Masa bodoh dengan Damian yang nantinya kesal. Toh, ini bukan sepenuhnya kesalahannya.

Mendorong pintu masuk, Pertama Anton menyelipkan kepalanya diantara tembok dan pintu. Mengamati, apakah bos-nya ada di dalam atau malah sedang pergi ke suatu tempat.

Setelah melihat seorang pria yang sibuk membolak-balikkan kertas, Anton pun masuk.

"Bos!" panggil Anton sedikit berteriak.

Damian yang tengah fokus dengan urusan kertas-kertas nya, tersentak ketika mendengar suara anak buahnya.

Segera saja, pria itu mendongak untuk melihat siapa yang berani mengagetkannya. Terlihat, sang asisten berdiri tidak jauh darinya dengan beberapa map dalam genggaman.

"Ada apa? Jika tidak terlalu penting, besok saja aku urus." ucap Damian datar.

Terlalu memikirkan perkataan ibunya, pria itu jadi was-was sendiri. Dan hal ini berpengaruh pada moodnya yang memburuk.

Ia mencoba fokus pada pekerjaannya. Jangan sampai perkataan ibunya malah membuatnya tidak fokus dan menunda pekerjaan.

Melihat mood atasannya yang buruk, Anton dengan cepat mengatakan tujuannya. Ia tidak ingin menjadi sasaran amukan atasannya.

"Bos, ada beberapa berkas yang harus anda tanda tangani." ujar sang asisten sembari menyerahkan semua map yang ada di tangannya.

"Taruh saja diatas meja." ucap Damian menunjuk arah meja dengan dagunya.

"Dan juga Bos, Anda mendapat undangan dari perusahaan DOMINIC COMPANY." ucap Anton kembali menyerahkan sebuah amplop yang masih di segel.

"Undangan? Undangan untuk acara apa?" tanya Damian mengerutkan keningnya ketika ia menerima surat undangan tersebut.

"Ya... Saya mana tahu, bos. Kan, saya belum membuka surat undangannya." jawab Anton mengedikan bahunya.

Sang atasan hanya mendengus malas dan kembali memusatkan perhatiannya pada kertas di tangannya.

Dominic Company merupakan salah satu perusahaan raksasa yang merajai berbagai bidang. Salah satunya dalam bisnis real estate dan properti.

Tentunya, tidak hanya itu saja, masih banyak bisnis lain yang digeluti oleh perusahaan itu.

Sementara yang lebih mengagumkan, CEO yang memimpin perusahaan itu saat ini tidak lebih muda dari Damian.

Drax Dominic, merupakan CEO dari perusahaan raksasa tersebut. Pria itu dikenal dengan ketegasannya, sifatnya dingin serta angkuh, juga kejam dan mendominasi.

Banyak wanita dari keluarga berbagai keluarga berharap bisa menjadi pendampingnya. Namun rumor yang tersebar di luaran mengatakan jika Drax adalah seorang gay.

Entah rumor itu benar atau tidak, namun karena itu, lebih sedikit wanita yang mencoba mendekatinya.

Sebagai negara yang berbudaya, tentu pasangan sesama jenis merupakan hal yang ilegal. Meski belum ada hukum yang memberi sangsi terhadap hubungan sesama jenis, namun beberapa orang yang jijik sudah pasti akan mengucilkan mereka.

Berbeda dengan Drax, walau rumor tentang dia yang seorang gay telah tersebar. Namun masih banyak yang mengabaikan itu demi keuntungan bisnis.

"Sungguh, pria yang malang. Dia memiliki semua yang diinginkan seorang pria seperti kekuasaan, kekayaan, ketenaran, serta ketampanan. Sayangnya, dia malah penyuka sesama jenis." batin Damian mengejek.

Pria tersebut kemudian membuka undangan yang diperuntukan untuknya. Di sana tertulis jika perusahaan Dominic Company akan mengadakan acara perayaan ulang tahun perusahaan yang ke 50 tahun.

Memang, Dominic Company pada dasarnya merupakan perusahaan yang telah lama berdiri. Makan dari itu, jangan heran jika perusahaan tersebut menjadi salah satu perusahaan raksasa di dunia.

"Undangan Perayaan Ulang Tahun Dominic Company." ucap pria itu membaca apa yang tertulis dalam undangan.

"Ah, Jadi itu undangan perayaan ulang tahun perusahaan?" ucap Anton setelah mendengar perkataan bos-nya.

"Disini tertulis jika acara akan di laksanakan hari minggu tanggal 20. Berarti 2 hari lagi dari sekarang." gumam Damian seraya mengelus dagunya.

"Apa bos akan menghadiri acara tersebut?" tanya Anton memandang atasannya.

"Tentu. Bagaimana pun, perusahaan kita memiliki kerja sama dengan perusahaan mereka. Kita tentu harus memberikan beberapa wajah." ujar Damian acuh.

"Walau aku sedikit jijik dengan pria penyuka sesama jenis itu." lanjut Damian dalam hati.

"Kalau begitu, saya akan menata jadwal anda kembali." balas Anton, tidak memperhatikan kilasan jijik yang melintas di mata atasannya.

"Pergilah." usir Damian acuh.

...****************...

...****************...

Apartemen xxx.

Tepat ketika Auryn dan Xiaofei sedang bersantai di ruang tamu sambil menonton TV, suara ketukan pintu terdengar.

"Siapa yang bertamu sore-sore begini?" tanya Auryn mengerutkan keningnya, kesal.

"Biar saya saja yang bukakan, nona." ujar Xiaofei di di jawab anggukan oleh sang majikan.

Setelah mendapat izin, Xiaofei pun segera beranjak dari sofa kemudian berjalan menuju pintu depan.

Ceklek.

"Hallo, Selamat sore, nona. Maaf mengganggu waktu santai anda." ujar seorang wanita yang berpakaian formal.

Dilihat dari pakaian yang wanita itu kenakan, bisa Xiaofei tebak jika orang di hadapannya kemungkinan adalah salah satu staff gedung apartemen ini.

"Tidak masalah. Silahkan masuk!" ucap Xiaofei mempersilahkan orang itu masuk.

"Ah, tidak perlu nona. Saya cuma sebentar disini." jawab staff itu menolak untuk bertamu.

"Kalau begitu, boleh saya tahu ada urusan apa anda datang kemari? " ujar Xiaofei cukup sopan.

"Beberapa waktu yang lalu, seorang kurir menitipkan surat undangan ini di meja resepsionis kami. Dan undangan ini tertulis untuk nona Auryn. Karena itu, saya mengantarkannya kemari." ucap sang staff sembari menyerahkan surat undangan tersebut.

Xiaofei mengambil surat itu dan setelahnya, ia pun mengucapkan terima kasih sebab telah mengantarkannya kesini.

"Tidak masalah, ini adalah salah satu tugas kami sebagai staff agar kenyamanan para penghuni apartemen terjamin." ujar staff wanita itu sambil tersenyum.

"Kalau begitu, saya permisi pamit undur diri." lanjutnya pamit.

Xiaofei menganggukkan kepalanya mempersilahkan wanita itu pergi, sementara dia menutup pintu.

Berbalik, Xiaofei pun kembali ke ruang tamu dimana majikannya masih berada di sana. Sedangkan Auryn yang menunggu kedatangan Xiaofei mendongak ketika mendengar langkah kaki mendekat.

"Siapa yang datang?" tanya Auryn penasaran.

"Salah seorang staff gedung. Dia mengatakan jika seorang kurir telah mengirimkan surat undangan ini kepada anda." jawab Xiaofei sembari menyerahkan surat itu pada majikannya.

"Surat undangan?" tanya Auryn bingung.

Wanita itu mengulurkan sebelah tangannya, menerima surat yang disodorkan Xiaofei. Dengan cepat ia membuka segel yang menutupi amplop dan membaca isi yang tertulis dalam undangan.

"Dominic Company?" gumam Auryn yang masih terdengar jelas dalam pendengaran Xiaofei.

"Nona, boleh saya tahu isi dari surat undangan itu?" tanya Xiaofei yang juga penasaran dengan isi surat tersebut.

"Bacalah sendiri." titah wanita itu sembari menyerahkan surat yang ada di tangannya.

Sama seperti yang diterima oleh Damian, Auryn pun mendapat undangan tersebut.

"Disini tertulis jika Dominic Company akan mengadakan acara ulang tahun perusahaan. Apa nona akan datang?" ucap Xiaofei mendongak, memandang wanita yang menjadi atasannya.

"Tentu saja kita harus datang. Tidak sopan jika kita mengabaikan pemilik acara ini yang telah susah-susah membuat acara." ucap Auryn menyeringai.

"Sepertinya nona telah mendapatkan sebuah ide yang bagus lagi?" tanya Xiaofei yang mengetahui dengan pasti arti dari seringai yang ditunjukan wanita itu.

"Kau tahu siapa aku, Fei-fei." balas Auryn terkekeh pelan.

Wanita itu tidak mempermasalahkan tebakan hewan iblis kontraknya. Karena apa yang ia katakan adalah kebenaran.

Entah mengapa, ia merasa sedikit tertarik dengan pemilik dari perusahaan Dominic Company ini. Meski dia belum pernah mendengar atau melihat seperti apa CEO dari perusahaan raksasa itu, hatinya tiba-tiba saja berdegup kencang.

"Ada apa ini?" batin Auryn sembari mengelus dadanya yang terus berdebar.

.

.

.

TO BE CONTINUE.