NovelToon NovelToon
Shortcoming

Shortcoming

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Balas Dendam / rumahhantu / Akademi Sihir / Persahabatan / Romansa
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Kravei

Istana dan dunia istimewa. Semuanya immortal, kuat dan ajaib, tapi dunia itu hanya ada di dalam mimpi. Itu yang Layla yakini sedari awal mimpi buruk menghantuinya.

Di mimpi itu, dia mengenal Atoryn Taevirian, pemuda yang tengah patah hati dan mulai kehilangan akal sehat. Dia membenci ayahnya yang telah membunuh perempuan yang dia cintai. Dia membenci semua orang yang tidak ada kaitan dengan kematian Adrieth bahkan Layla yang hanya bisa melihatnya dari kejauhan.

Atoryn menakuti dan menyakiti semua orang dengan tuntutan sang ayah harus mengembalikan Adrieth, sementara Layla berusaha mencari cara untuk melenyapkan mimpi buruk.

Alih-alih berhasil, hidup Layla malah menjadi semakin horor. Suatu hari dia ditarik memasuki dunia itu dan bertemu Atoryn. Layla berdiri tepat di depannya, gemetar ketakutan dibuat kebencian Atoryn yang membara.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kravei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kemunculan

Ini adalah pertama kali Layla melihat Adrieth dan kesan pertamanya adalah Adrieth ternyata seorang malaikat. Wajahnya seputih salju, dagu tirus dan bulu mata lentik menaikkan drastis kecantikkannya. Dia memiliki rambut panjang bewarna hitam dan bibir munggil.

Dia duduk di dalam cermin seperti patung, menatap lurus ke depan. Layla berdehem, ragu-ragu menarik kursi dan duduk di depannya. “Tak pernah aku merasa iri tapi kau benar-benar sangat cantik.” Layla mengoceh tanpa kendali, kecantikan Adrieth merupakan hal yang menguncang pikiran. Dia cantik melebihi putri salju, dress abu-abu membuatnya terlihat seperti dewi khayangan, dia jauh di atas bangsawan dan bagian menyedihkannya adalah dia bukan siapa-siapa selain perempuan yang Atoryn cintai.

“Maksudku, aku yakin Atoryn tidak hanya mencintaimu karena parasmu. Semua orang berkata Atoryn adalah lelaki yang baik sebelum kehilanganmu, semua orang menyukainya dan dia menyukaimu. Jadi, kau pasti adalah orang yang sangat manis dan baik karena mampu mengambil hatinya.”

Layla melirik melalui ujung mata, tiba-tiba suasana berubah canggung karena Adrieth tidak merespon atau bergerak. “Jadi, apa aku semakin gila setelah ditikam? Tidak. Aku tidak gila tapi kau yang nyata. Maksudku, bagaimana caramu masuk ke sana?” Hening sejenak. Layla mengerjap mata menanti respon yang tidak kunjung datang.

“Diam seperti patung …” Layla bergumam, teringat akan apa yang pernah Randell katakan. “Kau tidak nyata?” tebak Layla. “Mungkin aku bisa menarikmu keluar dari sana?” Dia mengulurkan tangan tapi bayangan Adrieth hilang ketika disentuh.

Layla menurunkan tangan, sekarang melihat hanya dirinya sendiri. “Siapa yang bisa aku ajak bicara?” gumamnya. Layla berdiri dan pergi meninggalkan kamar.

Malam hari tiba, sebut ini adalah pertama kali Layla ingin tidur dengan niat melihat apa yang sedang terjadi. Namun, andai tahu semuanya menjadi lebih buruk, dia tidak akan pernah memejamkan mata dengan harapan keadaan telah berubah.

Randell beruntung berhasil keluar dari istana dengan selamat dan Atoryn melupakannya, tapi dia menyesal gagal melindungi Layla. Masalah tersebut tidak bisa dijadikan prioritas utama karena sekarang nyawa semua orang dalam bahaya.

Algar membentuk kelompok dan menggila, dia membunuh teman-teman mereka, satu setiap harinya. Bukan hanya itu, dia berubah menjadi kepala gangstar dan mengklaim akademi sebagai wilayahnya. Buku di tangannya membuat semua orang takut dan tunduk dan itu membuat dia menjadi lebih berkuasa dan congkak.

“Randell, Randell, kemari,” perintah Algar, melambaikan tangan seolah sedang memanggil hewan peliharaan. Randell tidak punya niat melawan, tapi juga tidak bisa berbalik meninggalkan kelas, jadi mau tidak mau dia memasuki ruangan itu.

Randell melihat Algar mengumpulkan semua orang di tengah-tengah ruangan dan memperlakukan mereka selayaknya tahanan. Randell berdiri di depan Algar yang duduk di meja guru bersama beberapa orang di belakangnya.

Algar menjatuhkan Randell dengan tendangan dan dua temannya buru-buru menangkap Randell untuk membuatnya berdiri. Randell memberontak tapi gagal melepaskan diri. Algar memamerkan buku yang dia gunakan untuk menaklukkan semua orang, mencari-cari nama Randell dan tersenyum menatapnya.

“Haruskah aku membunuhmu hari ini?” tanya Algar dengan nada mengejek. “Setiap kali aku ingin membunuhmu, aku teringat pada kejadian dua tahun lalu, saat kau menyelamatkan aku.” Algar berharap memori itu tidak pernah ada, tapi dia tidak bisa melupakan Randell berbuat curang di ujian tertulis agar dirinya tidak gagal.

Mungkin semua orang berpikir itu adalah hal kecil yang tidak berarti, tapi Algar berhasil menghindari rasa malu pada keluarga berkatnya, oleh sebab itu Algar selalu ingat dan rasanya menjadi berat untuk membunuh Randell meski dia sangat menginginkannya.

“Aku harus senang karena kau tahu bagaimana cara berterima kasih?” balas Randell sembari tersenyum miring.

Algar mengkritiknya menggunakan tatapan. “Tetap, aku tidak pernah menyukaimu.” Algar turun dari atas meja dan menatap Randell lebih dekat. “Ayolah. Aku harus menghajarmu dan tetap terlihat jahat’kan?” Dia meninggalkan kelas setelah perintah, “hajar dia.” Belum cukup sampai di sana, Algar berhenti setelah melewati ambang pintu untuk menambahkan, “hajar mereka semua. Akan lebih seru jika kalian menggunakan senjata.”

Setelahnya, Algar pergi dengan mengabaikan kericuhan mulai terdengar. Itu benar, Algar harus tetap jahat agar Atoryn tidak berpikir dia telah berpindah sisi dan berakhir membunuhnya.

Andai tidak ada yang tidak takut pada buku di tangan Algar, mereka akan melawan alih-alih diam dan menerima pukulan yang tidak pantas itu. Randell satu-satunya orang yang melawan, dia menahan pukulan kayu menggunakan lengan dan membalas serangan lelaki berbadan besar itu.

Keadaan Randell sulit karena harus melindungi teman-temannya. Dia melindungi satu orang dari pukulan dan punggungnya berakhir dihantam. Randell berbalik melawan lelaki itu, tapi lagi, punggungnya mendapatkan pukulan lain.

Randell terjatuh. Dia berpikiran untuk menyerah andai Layla tidak tiba-tiba muncul di depan kelas. “Layla!” sebut Randell, terkejut, mempertanyakan bagaimana mungkin Layla yang telah mati di depan matanya ternyata masih hidup. “Layla!” Randell memaksa dirinya untuk bangkit dan melawan lebih keras lagi. Dia tidak berhasil menjatuhkan lima anak buah Algar, tapi berhasil melarikan diri setelah menjatuhkan satu orang. Randell mengulurkan tangan dan menarik Layla menjauh dari pintu.

“Layla!” Karen menjerit histeris. Layla baru saja menghilang di depan matanya. Lagi! Suaranya yang keras mengejutkan semua pejalan kaki, spontan membuat mereka menoleh.

“Layla? Layla!” Dustin dan Karen berputar 360derajat, mencari-cari Layla yang menghilang. “Layla, di mana kau?” Mereka bertiga berjalan berdampingan menyusuri pinggir jalan, Dustin dan Karen bahkan menggandeng Layla untuk melindunginya dan tiba-tiba dia ditarik pergi, lenyap bagaikan ditelan bumi dalam sekejap mata.

“Lagi?!” Karen mengacak rambut dan menjerit histeris. “Mengapa ini terjadi lagi?” Hal gila yang tidak bisa dijelaskan membuat Karen frustasi. “Aku kira hanya cermin itu yang bisa menelan Layla tapi dia bisa hilang di semua tempat?”

Dustin pun berpikir demikian. Jikalau Layla menghilang di mana saja dan kapan saja, lantas bagaimana cara melindunginya? Dustin bertanya, “apa yang harus kita lakukan?”

Karen berpikir sejenak, mengingat seperti apa Layla tiba-tiba muncul setelah menghilang. “Saat hilang, Layla muncul di tempat yang sama. Kita harus menunggu di sini.” Karen cemas kali ini pun Layla akan muncul di tempat di mana dia menghilang, akan berbahaya bila dia kembali dalam keadaan yang sama, pingsan.

“Kita harus menunggu di sini?” beo Dustin dengan niat memastikan.

Karen tidak menjawab tapi keseriusan ada di wajahnya. Mau tidak mau, itu adalah apa yang mereka lakukan. Karen mencari tempat teduh dan duduk di sana, pandangan mengarah tepat pada tempat di mana Layla menghilang selayaknya kamera pengawas. Dustin menggerutu, mau tidak mau bergabung bersama Karen dan melakukan apa yang dia lakukan.

“Aku akan senang bila kita juga diajak, tapi dia pergi tanpa kita.” Komentar Dustin mendapatkan pukulan, Karen melototinya.

“Layla ditikam di tempat itu dan kau ingin merasakan hal yang sama?”

Dustin tidak ingin, dia hanya tertarik pada bagian menariknya yaitu masuk ke dunia fantasi yang terdengar berbahaya dan keren. Dustin mencicit, “aku berharap tidak ada hal buruk terjadi padanya.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!