Vanila Fedora, gadis berusia 27 tahun itu tiba-tiba di culik oleh kedua orang tuanya yang dulu sudah menelantarkan dirinya. Wanita itu dipaksa menikah dengan mantan suami kakaknya demi anak kecil yang bernama Baby Fiona Barnett. Vanila juga di paksa oleh Calvin Barnett pria yang akan menjadi suaminya untuk melahirkan seorang putra yang akan menjadi penerus keluarga Barnett. Seperti apa kehidupan rumah tangga Vanila dan Calvin ? Yuk kepoin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fitryas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 - Di korbankan lagi
Calvin menatap mertuanya, ucapannya benar jika orang tuanya sendiri sudah menyudutkan dirinya untuk memiliki anak laki-laki. Sementara Bella dia sudah tidak bisa memenuhi permintaannya dengan kondisi Bella yang memprihatinkan, bahkan putri kecilnya pun harus merasakan kasih sayang seorang ibu.
Calvin berdiri dan mengangkat tubuh anaknya yang ada di pangkuan mertuanya, Baby yang sudah tertidur pulas langsung di kecupnya.
“Maafkan Daddy, Nak.” Batinya dengan dada yang terasa sakit.
“Terlebih Mami tidak mau sembarangan orang yang menjadi Ibunya Baby. Mami percaya jika anak Mami yang lain bisa menjaga Baby dengan baik, Mami yakin itu.” Ucap Mami Citra.
Calvin mengangguk tanda setuju. “Kalau begitu tolong urus perceraianku dengan Bella dan atur pernikahanku dengan wanita yang kamu maksud Mam, aku akan melakukan apapun demi kebahagian Baby.” Ucap Calvin jujur, demi menebus kesalahannya apapun akan Calvin lakukan demi putrinya.
Mami Citra mengangguk bahagia, ia jadi lebih tenang saat mendengar jawaban Calvin. Setelah berpamitan Calvin pun lebih dulu pulang karena Mertuanya masih ada hal yang harus dia urus mengenai pengobatan Bella.
Mami Citra duduk di sebelah suaminya, ia mengusap punggung sang suami agar lebih tenang.
“Papi setidaknya sekarang salah satunya akan bahagia, Mami tidak tega pada Baby. Dia cucu kita satu-satunya tapi dia terluka oleh perlakuan Bella selama ini.” Ucap Mami Citra. “Walau kita harus mengorbankan anak kesayangan kita.” Lanjutnya sambil menatap pintu kamar inap anaknya.
“Ya kamu benar Mam.” Jawab Papi Alex.
“Lebih baik kita pulang dan segera nikahkan Vanila dengan Calvin. Mami tidak tega dengan cucu kita.” Ucap Mami Citra.
“Tapi Mam, masalahnya sampai saat ini Vanila belum menjawab orang suruhan kita. Dia malah pergi naik gunung.” Ucap Papi Alex, karena pagi ini ia menerima kabar jika Vanila sama sekali tidak mau menemui kedua orang tuanya.
Mami Citra menghela nafasnya dengan kasar. “Anak itu selalu tidak pernah nurut dengan ucapan kita, kalau begitu bawa paksa saja dia ke sini.” Ucap Mami Citra.
Papi Alex pun langsung mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.
Di tempat lain, tepatnya di salah satu gunung yang terletak di provinsi jawa barat. Seorang wanita muda berumur 27 tahun tengah melangkahkan kakinya dengan cepat, lalu ia menaiki batu besar dan berdiri di atasnya dengan bibir yang tersenyum lebar.
“Yeaaahhh!!! Akhirnya aku bisa sampai di sini.” Teriak gadis bernama Vanila Fedora itu.
Ia membuka botol minumnya lalu menyiram wajahnya dengan air yang ada di dalam botol itu.
“Hah, segarnya.” Ucap Vanila, ia pun duduk di atas batu itu dan melihat pemandangan indah di sekitarnya dengan udara yang sejuk dan cuaca yang tidak terlalu terik.
Namun suasana hati yang senangnya tiba-tiba menghilang saat lagi-lagi Vanila melihat orang-orang suruhan kedua orang tuannya berhasil menyusul dirinya.
“Ck! Mengganggu kesenangan orang saja.” Gumam Vanila. Ia pun berdiri dan menatap orang-orang yang sedang berlarian ke arahnya. “Stop! Jangan mendekat! Katakan pada kedua orang tua itu, jika aku menolak untuk di nikahkan. Sampai kapanpun aku tidak mau menikah dengan orang yang mereka pilih, apalagi dengan mantan suami Bella.” Ucap Vanila, dia bahkan benci dengan wanita yang sialnya adalah kakaknya sendiri.
Orang-orang berpakaian hitam yang tadi sempat berhenti bergerak, kini melanjutkan langkahnya untuk mendekati Vanila.
“Maaf Nona, ini perintah Tuan kami tidak bisa menolaknya.” Ucap salah satu orang suruhan Papi Alex, Vanila pun tiba-tiba di angkat oleh beberapa orang.
“Sialan kalian! Lepaskan aku!” Pekik Vanila, “aku baru sampai puncak gunung masa langsung turun gunung lagi!” Pekiknya kesal, padahal ia berniat bermalam di gunung itu. Tapi siapnya akhir-akhir ini orang suruhan orang tuannya selalu mengganggu dirinya.
Vanila pun di bawa turun gunung dengan paksa, ia di masukan ke dalam mobil dan membawa gadis itu pergi begitu saja.
“Lepaskan! Aku harus menemui nenekku! Dia pasti hawatir dan mencariku.” Ucap Vanila kembali memberontak.
“Tenang Nona, Tuan Alex sudah mendapat ijin dari Nenek anda.” Ucap pengawal itu sampai membuat Vanila berdecak kesal.
“Minggir jangan menyentuhku!” Pekik Vanila kesal karena sejak tadi mereka tidak mau melepaskan kedua lengannya. “Ah menyebalkan!” Pekiknya sambil menendang-nendang apapun yang ada di sekitar kakinya bagkan tangannya juga ikut bergerak bebas di depan wajahnya karena kesal.
Selama perjalana menuju ibu kota Jakarta, Vanila tidak bisa berkutik orang-orang itu bahkan tidak bisa di bodohi bahkan tidak terbuai dengan rayuan maut Vanila sampai akhirnya mobil itu pun terparkir di depan halaman rumah yang paling Vanila benci.
“Jangan sentuh aku! Aku bisa keluar sendiri!” Pekik Vanila saat salah satu pengawal itu hendak membantu Vanila keluar dari mobil.
Sementara di halaman itu Papi Alex dan Mami Citra sudah berdiri menyambut kehadiran putri bungsunya.
“Sayang apa kabar?” Ucap Mami Citra, ia langsung memeluk Vanila begitu putrinya mendekat. Vanila hanya berdiri, dia tidak menolak atau balas memeluk ibunya.
“Kenapa culik-culik aku?” Tanya Vanila to the poin.
“Sayang, apa kamu tidak rindu pada kami?” Tanya Papi Alex.
Vanila tidak menjawab, dia langsung masuk ke dalam rumah itu dan di ikuti oleh kedua orang tuannya.
“Aku tidak mau menikah, apalagi dengan pria yang pernah menjadi suami anak kesayangan kalian berdua.” Ucap Vanila jujur.
Papi Alex dan Mami Citra pun menghela nafasnya, ia tau jika anak bungsunya itu tidak akan dengan mudahnya memaafkan mereka berdua, karena mereka masih sadar diri dengan kesalahannya.
“Vanila, Papi menyuruhmu menikah bukan karena meminta bantuanmu tapi papi akan menikahkan mu karena ini perintah. Kamu harus menjadi ibu dari anak Kakakmu, hanya kamu yang pantas menjadi ibu untuknya.” Ucap Papi Alex langsung pada intinya sampai membuat Vanila menghentikan langkahnya lalu menatap ke arah kedua orang tuannya.
“Hah! Jadi kalian akan mengorbankanku lagi demi kebahagiaan anak kesayangan kalian itu? Apalagi yang dia mau kali ini sampai menyuruhku menikah dengan suaminya?” Tanya Vanila, hatinya saja belum sembuh dengan masa lalunya, kini ia harus menerima fakta di mana kedua orang tuannya tega mengorbankan dirinya lagi demi kebahagiaan anak kesayangannya.
“Apa dia belum puas membuatku hancur lagi?!” Tanya Vanila dengan nada tingginya.
Plak.
Mami Citra langsung menampar putri bungsunya itu, sampai membuat Vanila menatap ke tajam arahnya sambil menyentuh pipinya yang terasa nyeri.
“Jaga ucapanmu Vanila! Kakakmu sekarang ada di rumah sakit jiwa, dia depresi karena kesalahan bodohnya itu. Tapi dia tidak pernah sedikitpun berniat menghancurkanmu, kesalahan di masa lalu itu murni kesalahan ku. Jangan membuat Kakak mu yang depresi itu terlihat jahat!” Ucap Mami Citra dengan panjang lebar, ia langsung menangis di pelukan suaminya.
.
To be continued…
ga bertele tele..
q suka thooor..