Ketos Galak Benci Jadi Cinta

Haii, Bestii

Sebelum baca follow dulu ya girls!!

Mohon maaf apabila ada kesamaan, tokoh, dan tempat dengan cerita lain ya

    Gimana kali ini kelanjutan ceritanya?

           Mohon comment ya pren!!

     Hargai karna orang lain sayangg

                     Tankyouuuuu!!!!

Selamat datang dalam cerita ku prenn

                                   ~••~

Banyak para siswa laki-laki yang menatap kagum dengan seorang gadis yang berjalan dengan geng nya, siapa lagi kalau bukan Bulan cewek cantik di SMA megantara.

Bulan brawija- gadis keturunan indo-cina itu di kenal dengan gadis yang paling cantik di SMA megantara, banyak para pria di SMA nya yang memuja kecantikan dirinya.

Jika, bulan dibanding kan dengan naya jelas beda kali ya kan besti. Beda ekonomi nya saja kalau wajah naya juga tidak kalah menarik iya gadis campuran belanda-jepang. Karena ekonomi nya dibawah dia tidak dipandang sama sekali oleh teman-temannya.

Bulan dengan geng nya. Berjalan angkuh menuju bangku seorang siswi perempuan yang di kabarkan meminta nomor telpon dimas.

Berita itu sampai ke kuping bulan dan geng nya, mereka tidak tinggal diam. Di hari itu juga bulan melabrak siswi gatel itu yang sudah berani ingin bersaing dengan dirinya. Untuk mendapatkan hati dimas prayoga.

"Maksud lo apa ah." Bulan datang kemeja siswi gatel itu, dan menggeprak meja hingga semua mata tertuju pada gadis yang sedang bulan introgasi sekarang.

Gadis tidak mau kalah," Maksud kakak yang apa? Tiba-tiba datang cari keributan di sini." Ujar gadis itu melawan bulan.

Mata bulan menajam, tanggan nya menggepal ingin sekali menabok bibir adik tingkat nya ini yang sama sekali tidak sopan kepada dirinya.

"Berani lo sama gue?" Sergah bulan pada adik kelas nya itu.

Bulan melihat ada secangkir jus di atas meja lain, segera ia ambil dan menyiramkan nya di kepala gadis belagu itu. Yang membuat teman-teman bulan tertawa melihat wajah semerah tomat gadis itu menahan malu.

"Enak nggak?" Tanya bulan dengan senyum jahatnya.

"Lo jadi adik kelas jangan belagu sama kakak tingkat lo." Ujar teman bulan yang lain

"Ini belum seberapa, sekali lagi gue denger lo ganjen sama dimas! Abis lo sama gue." Bulan memperingati gadis. Agar tidak mencari masalah dengan dirinya kembali, kalau tidak ingin dipermalukan seperti sekarang ini.

Tiba-tiba sekarang adik tingkat itu bungkam, tak berani melawan lagi. Dimana keangkuhan yang awalnya di tunjukkan terhadapan geng bulan.

Setelah puas. Bulan dan geng nya meninggalkan gadis itu di tengah-tengah banyak nya lara penonton yang menyaksikan aksi pembullyan tadi. Kini, amarah bulan sudah mereda. Dia kembali dengan senyuman pada sahabat-sabahatnya, tertawa seperti biasa.

"Gimana? Enak di bully sama kakak kelas?" Ujar siswi yang jadi penonton tadi.

"Hahahahah, muka lo kayak badut aja." Ujar seorang pria yang semakin mencemoh gadis itu.

"Lo emang pantes dapat itu semua, jadi cewek jangan gatel-gatel kali lah lo mulai sekarang."

"Lo salah kalau nargetin kak dimas, saingan lo kak bulan noh."

Gadis itu terus diam dan menunduk malu, banyak sekali yang menonton dirinya sekarang.

Naya yang melihat dari kejauhan, merasa kasihan terhadap gadis itu, namun mau bagaimana ia juga tidak mampu membela orang lain.

Kini, gadis itu berlari menuju kamar mandi. Di setiap lorong sekolah banyak sekali yang menertawakan dirinya, baru kali ini dalam hidupnya ia di permalukan seperti ini.

Suatu saat gue bales perbuatan lo bulan, tunggu waktu mainnya. Gadis itu membatin rasa dendam mulai menyerang hatinya.

*

*

*

Dimas dan kedua temannya, mereka ingin pergi ke perpustakaan guna mencari buku untuk mengerjakan tugas-tugas mereka dari buk gendut. Guru galak yang selalu tidak ingin dibantah perintahnya. Siapa pun yang tidak mengerjakan tugas darinya maka akan dihukum sampai jam istirahat siang.

Kejam sekali ya buk gendut itu, tapi dia sepeti itu karna ingin murid-muridnya menjadi displin. Tidak cerobah dan malas-malasan.

Vino yang selaku cowok, playboy itu dengan mata yang tajam nya melihat seorang gadis cantik yang duduk di bangku taman sekolahan mereka.

Gadis itu seperti bidadari, kulit putih bersihnya bersinar tambah dipantul oleh cahaya matahari pagi yang bersinar.

Vino menatap kagum dari kejauhan melihat gadis itu, gadis yang berhasil membuat vino jatuh hati sekali pandang saja.

Naya sedang duduk. Dibangku taman sekolah nya, ia lebih memilih membaca buku ditaman ke timbang di dalam perpustakaan. Serasa di taman lebih nyaman saja tidak ada mata yang menatap diri nya.

Naya duduk dengam ditemanin bekal seadanya saja, yang ia bikin sewaktu ingin berangkat sekolah tadi.

Dimas dan bagas berhenti berjalan dikala mereka melihat vino terdiam. Menatap lurus kedepan tanpa berkedip sedikit pun.  Dimas mengikuti arah pandang vino disana ada naya yang duduk sendirian memegang buku pelajarannya miliknya.

Mata dimas langsung memanas, jantung nya berdetak dengan kencang. Ia langsung menghampiri gadis tersebut.

"Ngapain lo disini?" Ujar dimas membentak gadis itu, membuat naya terkejut.

Gadis itu diam, tidak berani menjawab dimas yang terlihat sedang emosi.

"Gue nanyak lo ngapain disini?" Bentak dimas

"A-aku sedang belajar kak." Jawab naya pelan

"Belajar atau lagi godain cowok-cowok yang lewat." Tekan dimas pada naya

"A-aku ga ngerti maksud kakak?"

"Alah bilang aja lo emang ganjen kan, udah miskin jangan belagu lo." Dimas mencaci naya yang tidak tau apapun tentang kenapa dimas bisa marah padanya.

"Ta-tapi kak--"

"Pergi lo dari sini, jijik gue liat wajah lo." Pria itu memotong perkataan naya.

Gadis itu menurut, naya membersihkan sisa-sisa makanannya yang ada di atas bangku taman. Lalu pergi meninggalkan dimas sendiri yang terus menatap dirinya tajam.

Gue  salah apa lgi? Gadis itu membatin. Padahal gue dari tadi baca buku doang kok tiba-tiba jadi salah ya.

Vino berteriak memanggil dimas yang tiba-tiba menghampiri gadis cantik itu.

"Woy dim,lo apain bidadari gue?" Marah vino yang tiba-tiba mengklaim naya sebagai pacarnya.

"Bukan urusan lo." Jawab dimas dingin.

"Jawab dulu, lo apain anak orang tadi ha?" Vino penasaran apa yang di lakukan dimas terhadap gadis cantik itu.

"Gue bilang bukan urusan." Jawab dimas semakin dingin.

Kini vino bungkam tak ingin bertanya lagi. Ia tau dimas bagaimana, pria itu kalau sudah marah sangat mengerikan vino jadi merinding mengingatnya.

Mereka bertiga kini kembali berjalan menuju perpustakaan. Bagas sibuk mencari buku yang ia perlu, vino hanya anteng-anteng duduk dibangku tanpa ingin bergerak mencari buku miliknya. Beda emang vino sama bagas.

Dimas kini sudah selesai mengerjakan tugas dari buk gendut dengan cepat. Lain halnya dengam bagas dan vino mereka membutuhkan waktu beberapa menit untuk menyeselesaikan tugas tersebut.