NovelToon NovelToon
Dunia Itu Sempit

Dunia Itu Sempit

Status: sedang berlangsung
Genre:Dokter Genius
Popularitas:43.3k
Nilai: 5
Nama Author: Windersone

Lima tahun lalu mereka menikah, lima tahun lalu mereka juga bercerai. Divi Taslim, pria itu tidak tahu ibunya telah menekan istrinya–Shanum Azizah meninggalkannya. Kepergian wanita itu meninggalkan luka di hati Divi.

Ternyata, dunia begitu sempit, mereka kembali bertemu setelah lima tahun lamanya. Bukan hanya sekedar bertemu, mereka partner kerja di salah satu rumah sakit.

Bagaimana ceritanya? Mari ke DIS!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Windersone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pengunduran Dirimu Ditolak!

💐💐💐

Teman dekat Divi bernama Atte memasuki kamar di mana pria itu berada, membawa hasil pemeriksaan kondisi Divi yang diambil dari dokter yang sudah memeriksa kondisi dokter tampan itu beberapa hari ini. Atte menyodorkan amplop dari dokter itu ke arah Divi yang tengah duduk bersandar santai sambil memainkan ponselnya. 

“Apa?” tanya Divi, lupa sudah menyuruh Atte mengambil hasil pemeriksaan tubuhnya. 

“Jangan sok tua. Ambil,” ucap Atte sambil menaruh amplop itu ke atas pangkuanku Divi dan duduk di bangku besuk di sisi kanan ranjang rumah sakit. 

Ponsel di tangannya di taruh Divi di atas meja, di mana salah satu aplikasi media sosial terlihat di sana dengan beranda akun media sosial Shanum yang baru ditemukannya dan dipantau secara diam-diam. 

“Bukankah itu wanita tadi?” tanya Atte, dalam hati. 

Divi membuka amplop itu, menarik selembar kertas yang dilipat rapi di dalamnya. Kemudian, melebarkan kertas itu, membaca tulisan yang ada di sana.

“Surat pengunduran diri?” tanya Divi, menarik pandangan Atte dari layar ponsel ke arah kertas yang ada di tangan pria itu. 

“Shanum Azizah,” kata Divi, membaca pemilik surat pengunduran diri itu. “Dia mau mengundurkan diri?” Divi menetapkan posisi duduknya dengan ekspresi kaget. 

“Siapa?” Atte bingung dan mengambil kertas di tangan Divi, sedangkan Divi mengambil ponsel yang tadi ditaruh di atas meja. 

“Amplopnya tertukar, mungkin ini milik wanita yang aku tabrak di lorong tadi,” ucap Atte, baru sadar. 

Divi menyeka selimut yang menutupi paha hingga ujung kakinya, menurunkan kaki ke lantai dan mengenakan sandal. Pria itu keluar dari kamarnya dalam balutan baju pasien sambil menghubungi nomor Shanum. 

Ponsel Shanum berdering dari hand bag di tangannya, wanita itu menepi di ruangan HRD dan menjawab sambungan telepon yang masuk, asalnya dari Anggika.

“Nomor yang anda tuju sedang sibuk.” Kalimat itu terdengar oleh Divi yang masih berjalan di lorong rumah sakit menuju lobi. 

Di ruangan HRD, Shanum tengah berbicara bersama Anggika dengan suara kecil sambil memperhatikan pria sebaya dengannya tengah membaca surat pengunduran dirinya yang sebenarnya hasil pemeriksaan kesehatan Divi. 

“Tunggu aku di bandara. Setelah mendapatkan izin pengunduran diri, aku akan langsung ke sana. Semua berkas-berkas sudah siap, kan?” tanya Shanum. 

“Beres,” balas Anggika. 

“Oke.” Shanum memutuskan sambungan telepon dan kembali berdiri di hadapan HRD itu. 

Dahi Shanum ikut mengerut bingung ketika melihat ekspresi bingung HRD itu. Ponsel pria itu yang ada di atas meja berdiri, nomor baru masuk ke ponselnya. Urusan bersama Shanum dijeda dengan menjawab sambungan telepon tersebut. 

“Oh … dokter.” Pria itu diam, mendengar orang yang menghubunginya tengah berbicara. “Begitu, baiklah,” ucap pria itu dan menurunkan ponsel ke atas meja.

“Suster Shanum, ini bukan surat pengunduran diri.” Pria itu menyodorkan kertas tersebut ke arah Shanum, diraih oleh Shanum dengan wajah kaget. 

Shanum mengingat insiden tadi dan mengingat kembali Atte yang saat itu bertanya mengenai kondisi Divi kepada Talita di lobi rumah sakit waktu itu. Shanum jadi paham dan ikut sadar amplop putih itu tertukar saat kedua benda itu sama-sama jatuh. 

“Maaf, Pak. Saya salah kasih surat.” Shanum mengambil surat itu. “Sekali lagi saya minta maaf,” ucap Shanum dan keluar dari ruangan itu dengan perasaan sedikit malu.

Pintu ruangan HRD ditutup Shanum dan memutar badan ke belakang. Wanita itu terdiam kaget menemukan seorang Divi sudah berdiri di belakangnya dengan jarak tiga meter. Shanum mengelus dada untuk menenangkan jantungnya yang hampir tanggal karena kaget. 

Perlahan Divi melangkah mendekati Shanum dengan tatapan mata yang cukup dalam, menarik rasa bingung Shanum dengan ekspresi pria itu. Divi meraih kertas di tangan Shanum. 

“Aku dengar kamu baru bekerja di rumah sakit ini. Mengapa sudah ingin mengundurkan diri? Ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku?” tanya Divi, menatap Shanum dengan mata menyipit, menerawang ekspresi wanita di hadapannya itu yang menjauhkan sorot mata dari matanya. 

Sejenak Shanum diam dalam suasana tegang yang terasa. 

“Apa?” tanya Shanum sambil mengarahkan pandangan ke arah Divi, mereka berdua saling menatap dengan posisi wajah cukup dekat dalam diam. “A-aku hanya tidak mau berurusan dengan masa lalu.” Shanum mendorong pelan dada Divi menjauh dari hadapannya dan melewati keberadaan pria itu.

“Pengunduran dirimu ditolak!” seru Divi, menghentikan langkah kaki Shanum. 

Divi memutar badan ke belakang dan mendekati Shanum, berdiri di hadapan mantan istrinya itu. 

“Masa lalu.” Divi mendengkus, tersenyum remeh menatap Shanum yang memalingkan pandangan darinya. “Di masa lalu itu, kamu meninggalkan luka untukku. Demi uang dua ratus juta, kamu rela meninggalkanku, berpisah dariku dan pergi bersama pria itu.” Shanum mengarah pandangan kepada Divi dengan raut wajah kaget saat mendengar dirinya pergi dengan pria lain. 

“Kenapa kaget? Mau berdrama lagi? Cukup lima tahun kamu permainkan perasaanku. Lima tahun kita bersama, kamu bilang kalau kamu cinta padaku bukan karena harta, tetapi kenyataannya itu palsu, semua palsu. Dalam lima tahun, dua tahun kita bersama dalam hubungan pernikahan dan kamu mengonsumsi obat pencegah kehamilan karena tidak ingin mengandung anakku. Kamu hanya ingin mengandung anak itu,” kata Divi dengan kedua bola mata berkaca-kaca dan akhirnya meneteskan cairan bening. 

“Pil pencegah kehamilan.” Shanum tersenyum bodoh. “Benar, kenapa?” tanya Shanum, menantang tatapan mata marah Divi.

“Selama ini aku masih selalu berpikir kalau kamu berbeda dari wanita lain. Tapi, kenyataan kamu sama seperti mereka, murahan karena uang,” lontar Divi dalam emosi.

Divi meremas kertas di tangannya dan melemparkannya ke lantai, lalu berjalan di lorong rumah sakit meninggalkan keberadaan Shanum yang masih berdiri di posisinya. Raut wajah wanita itu berubah sedih sambil memperhatikan kepergian Divi yang akhirnya hilang ditelan lorong berbelok. 

***

Shanum menangis di kamarnya, duduk memeluk guling sambil mengingat perkataan yang dilontarkan Divi. Kata murahan terngiang-ngiang di indra pendengarannya, membuat hatinya terluka mengingat betapa manisnya Divi berucap selama mereka bersama dulu. 

“Jika bukan karena mamamu, kita pasti masih bersama. Bukan karena uang dua ratus juta, mamamu yang sebenarnya menjadi dinding pemisah di antara kita. Dia juga sudah memfitnahku pergi bersama pria lain dan minum pil pencegah kehamilan. Padahal, dia sendiri yang sudah memaksaku meminum obat itu dengan menjadikan nyawa adikku sebagai ancamannya.”

“Mama …!”

“Shanum …!” 

Anggika dan Denis berseru memanggil Shanum sambil memasuki rumah. Shanum menyeka air mata, berdiri dari kasur , dan keluar dari kamar dengan senyuman pura-pura untuk menyembunyikan perasaan sedihnya dari mereka berdua. 

“Kenapa tidak jadi pergi?” tanya Anggika dan berhenti di hadapan Shanum yang baru keluar dari pintu kamarnya. 

“Surat pengunduran diriku tidak diterima.”

“Jelas, kamu baru bekerja di sana. Itu bagus, aku jadi ada temannya. Emang, kenapa kamu mau mengundurkan diri?” Anggika tidak tahu mengenai Divi karena Shanum menyembunyikannya. 

“Bukan apa-apa. Kalau begitu, terima kasih,” ucap Shanum.

“Sama-sama. Aku pulang, nanti hubungi aku jika butuh sesuatu,” ucap Anggika dan keluar dari rumah itu sambil melambaikan tangan kepada Denis. 

1
Ani Basiati
lanjut jgn lama2 thor
Yuli Purwati
lanjut....
Mariyam Iyam
lanjut
Mas Tista
Luar biasa
Bungatiem
sahnum seneng banget tabrakan dah
aca
namanya Denis apa. riza seh
Ig: Mywindersone: Denis, Kak ... salah tulis.
total 1 replies
S. M yanie
semangat kak
LISA
Siapa y dia
LISA
Apakah Divi mau kembali pd Shanum
LISA
Ceritanya menarik nih
LISA
Aq mampir Kak
Anita Jenius
5 like buatmu ya kak. semangat terus.
Ig: Mywindersone: Terima kasih.🥰
total 1 replies
Anonymous
👍🏼
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!