NovelToon NovelToon
Soulmate

Soulmate

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Karir / Persahabatan / Romansa / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: sJuliasih

Perjalanan kisah romansa dua remaja, Freya dan Tara yang penuh lika-liku. Tak hanya berasal dari latar belakang yang berbeda, mereka juga harus menelan kenyataan pahit saat harus berpisah sebelum sempat mengutarakan perasaan satu sama lain. Pun mereka sempat saling melupakan saat di sibukkan dengan ambisi dan cita-cita mereka masing-masing.

Hanya satu yang akhirnya menjadi ujung takdir mereka. Bertemu kembali atau berpisah selamanya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sJuliasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

Suara bel menggema di seantero SMA MARS, menandakan ujian terakhir telah usai. Para siswa sibuk mengumpulkan hasil lembaran jawaban mereka. Ada yang terlihat lega karna yakin akan mendapatkan nilai bagus. Ada juga yang malah terlihat frustasi, merasa takut gagal tak bisa mencapai nilai yang memuaskan.

Satu persatu guru pun mulai keluar meninggalkan ruang kelas seraya membawa amplop coklat berisi lembar jawaban siswa. Tak terkecuali bu Martha, wali kelas XI Ipa¹.

"Ibu yakin kalian semua pasti akan naik ke kelas XII." ucap bu Martha singkat sebelum berlalu meninggalkan ruang kelas.

Sontak seisi kelas bersorai gembira dan merasa lega. Beberapa berteriak mengucapkan rasa terimakasihnya kepada sang wali kelas.

Seperginya bu Martha, Hana dan Andre langsung menghampiri meja Freya.

"Guys, sekali ini gue yakin banget bakalan masuk peringkat 10 besar. Mungkin juga gue bakalan menggeser posisi lo Frey." celetuk Andre penuh percaya diri.

"Terlalu percaya diri juga nggak bagus Ndre." sahut Risa.

"Tau nih, nggak bergetar apa bibir lo pas ngomong kayak gitu?!" sambung Hana.

Freya hanya tersenyum melihat ketiga sahabatnya.

"Kenapa lo berdua yang sewot? Freya aja nyantai." Andre tak mau kalah.

Ketiganya pun masih tetap beradu argumen walau terkesan tak berbobot. Namun mau bagaimana lagi, memang seperti itu lah mereka. Bahkan hingga ruangan kelas sudah kosong dan menyisakan hanya mereka saja pun mereka sampai tak menyadarinya.

"Sorry ya guys kalo gue motong pembicaraan lo bertiga. Gini guys, apa nggak sebaiknya kita pulang aja? Keburu gerbang di tutup noh sama pak Santos." Freya membuka suara.

Suasana hening sejenak. Ketiganya terdiam, lalu secara bersamaan mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan kelas yang memang tidak ada siapa-siapa lagi selain mereka.

"Gara-gara lo ini Ris!" bisa-bisanya Andre menyalahkan sahabatnya.

"Kok gue?! Enak banget lo nuduh-nuduh gue!" Risa pun tak terima.

"Oh jadi mau di lanjut? Yaudah gue pulang duluan ya." seru Freya seraya bangkit dari kursinya.

Andre dengan cepat menahan Freya agar tetap di tempatnya. " Tunggu Frey. Main pergi gitu aja lo."

"Terus gue harus ngapain? Nunggui lo bertiga?! Capek gue Ndre."

"Yaelah Frey, buru-buru amat lo mau pulang. Emang mau ngapain lo di rumah? belajar?! Udah selesai kali kita ujiannya." ujar Hana.

Freya terdiam, mencari alasan yang jauh lebih bisa di terima oleh ketiga sahabatnya.

"Gimana kalo kita main ke mall guys? Kayaknya kita butuh healing, apalagi otak kita yang pas-pasan ini." celetuk Risa memberi ide.

Andre dan Hana langsung setuju. Sedang Freya masih memilih bungkam.

"Lo ikut kan Frey?" tanya Hana.

"Ngapain pake di tanya." Andre langsung menarik lengan Freya. Ia sudah tau jika sahabatnya yang obses belajar itu akan menolak.

Tak tanggung-tanggung, Andre menyeret sahabatnya itu hingga ke parkiran sekolah. Tubuh Freya yang mungil sama sekali tak bergeming ketika di tarik paksa oleh Andre.

"Udah Ndre lepasin lengannya Freya. Nggak kasian lo dia udah meringis gitu?" Selain karna peduli terhadap Freya, Hana juga menyimpan rasa cemburu melihat Andre memegang erat lengan Freya. Ya walaupun ia tau, keduanya tak memiliki perasaan apapun.

"Sorry Frey. Gue terlalu bersemangat." kata Andre merasa bersalah.

"Sakit nih lengan gue." Freya memegang lengannya yang memang terasa sedikit nyeri.

"Ya ampun Frey, sampe merah gitu lengan lo." Risa semakin memojokkan Andre.

"Terus Ris. Seneng banget lo buat gue jadi tersangka." sahut Andre.

Risa pun tertawa. Rasanya sangat puas melihat wajah Andre yang memberengut kesal.

Setelah melakoni banyak drama yang tak penting, keempat sahabatnya pun itu bergegas meninggalkan sekolah. Seorang diri Andre mengendarai motor sportnya. Sementara ketiga sahabatnya menaiki mobil Risa menuju ke mall yang berada tak jauh dari sekolah mereka.

Hanya beberapa menit saja kendaraan roda empat itu tiba di sebuah mall paling besar di kota mereka. Secara bergantian mereka keluar dari mobil Risa lalu segera menghampiri Andre yang sudah menunggu di depan pintu masuk mall.

"Lo nggak malu apa Ndre, jalan bareng sama kita bertiga?" tanya Risa seraya berjalan beriringan dengan Andre.

Andre menggeleng. "Kenapa harus malu?!"

"Nggak takut lo di bully sama anak-anak? Secara kan lo kemana-mana barengnya sama kita terus." ungkap Freya.

"Gue mah bodo amat sama perkataan orang lain. Intinya gue itu udah nyaman punya circle persahabatan sama lo bertiga." jawab Andre santai. Perawakan Andre normal sama seperti Tara. Bahkan postur tubuhnya juga ala-ala anak atlet. Bukan tanpa alasan ia lebih senang bergaul dengan para gadis.

Semua itu bermula sejak Andre masih duduk di bangku sekolah dasar. Waktu itu Andre sering kali melihat mamanya mendapat perlakuan kasar dari papanya yang memang temperamen.

Dirinya yang masih terlalu kecil hanya bisa menyaksikan kekerasan yang terjadi di rumahnya tanpa mampu melindungi mamanya sedikit pun.

Andre kecil hanya bisa menangis di kamarnya. Mendengar umpatan kasar dan juga barang-barang yang di lempar dengan sengaja oleh papanya.

Kejadian itu berlangsung hingga Andre duduk di bangku SMA. Walau akhirnya kedua orang tuanya harus berpisah, dan ia tak lagi mendengar tangisan maupun umpatan, namun batin Andre sudah terlanjur terluka.

Tanpa ia mau, secara tak di sengaja, Andre mulai membenci sosok yang seharusnya menjadi panutan di keluarganya. Perlahan, rasa benci yang menggerogoti hati Andre, mulai membuatnya enggan untuk bergaul dengan teman sejenisnya.

Pun ada trauma yang bersembunyi di balik inner child Andre, dimana ia juga takut akan mendapat perlakuan kasar dari teman sesama jenisnya jika ia bergaul dengan mereka.

"Hati-hati lo Ndre, jangan terlalu nyaman. Entar susah move on baru tau rasa lo." ucap Hana yang berjalan di belakang Andre.

"Tapi gue emang nggak pengen move on dari persahabatan kita ini. Gue pengen kita bisa kayak gini terus." sambung lelaki yang mengenakan sweater hitam itu.

"Ya nggak mungkin lah Ndre. Ada masanya kita punya kehidupan masing-masing. Entah itu akhirnya kita menikah terus tinggal di belahan bumi yang berbeda. Atau pada akhirnya kita pergi ke benua lain untuk mewujudkan impian dan cita-cita kita." papar Freya. Pemikirannya yang realistis pun langsung mendapat anggukan dari Risa dan Hana.

"Freya bener. Kita nggak mungkin bisa sama-sama terus kayak gini Ndre. Kecuali......"

Risa menoleh ke belakang. "Kecuali apa Han?"

"Kecuali... kecuali..." suara Hana tertahan, rasanya ia tidak sanggup mengutarakan isi hatinya.

"Kecuali kalo lo berdua nikah dan tinggal satu rumah. Nah udah pasti tuh lo berdua bakalan sama-sama terus. Ya nggak Han?" Freya yang paham maksud Hana pun langsung mengutarakannya.

Hana menyengir malu, namun ia juga mengangguk mengiyakan ucapan Freya.

"Memangnya lo mau nikah sama gue Han?" tanya Andre to the point.

"Kenapa enggak?" jawab Hana spontan dan seketika membuat ketiga sahabatnya menoleh ke arahnya.

Hana berdehem pelan lalu memalingkan wajah. "Ya... ya kan jodoh siapa yang tau. Ya nggak guys?"

"Iyain aja deh biar Hana bahagia." sahut Freya.

Langkah mereka yang lambat pun terhenti saat sudah berada di lantai 2 dan tepat di area timezone.

"Guys, gue ke toilet bentar ya." ucap Freya di tengah ketiga sahabatnya sedang asyik bermain.

Risa hanya mengangguk tanpa menoleh. Ia tak ingin fokusnya terganggu.

"Mau gue temeni, Frey?" Hana menawarkan diri.

"Nggak usah Han." tolaknya.

"Yaudah buruan sana." suruh Hana dan langsung mendapat anggukan dari Freya.

Freya melangkah lebar menuju toilet yang berada di paling ujung sisi mall. Ia bergegas menyalurkan panggilan alam yang sejak tadi terus mendesak kandung kemihnya.

Sebelum keluar dari tempat itu, terlebih dulu Freya merapikan rambut dan seragam sekolahnya yang sedikit berantakan. Lalu saat Freya hendak berlalu, secara tak sengaja gadis itu melihat seorang wanita tanpa sadar menjatuhkan dompet miliknya.

Wanita yang sedang berbicara melalui ponsel itu tampak terburu-buru. Ia melangkah cukup cepat. Tak ingin kehilangan jejak sang pemilik dompet, dengan tergesa, Freya mengambil dompet kulit berwarna coklat itu dari bawah wastafel.

Bergegas ia menyusul langkah wanita yang mengenakan dress biru selutut tersebut.

"Tante...." panggilnya hingga membuat wanita berparas cantik itu menoleh.

"Yasudah, nanti kita bicarakan lagi." Wanita itu pun mengakhiri percakapannya dan segera menyimpan ponselnya ke dalam tas.

"Ini dompet tante bukan?! Tadi saya nemuin ini di toilet." ujar Freya seraya menyodorkan benda itu tepat di hadapan wanita yang tengah berdiri di depannya.

Wanita itu mengangguk dan langsung mengambil dompet miliknya dari tangan Freya. "Untung aja ada kamu. Makasih ya. Tante bahkan nggak tau loh kalo dompet tante jatuh pas di toilet tadi." ujarnya seraya tersenyum ramah.

"Iya tante, sama-sama." Freya pun membalas senyuman wanita itu.

Tampak wanita itu membuka dompet miliknya lalu mengambil beberapa lembar uang kertas berwarna merah. "Ini buat kamu." tukas wanita itu seraya menyerahkan uang di tangannya kepada Freya.

Dengan sopan Freya menolak. "Nggak usah tante." ucapnya merasa tak enak.

"Ayo ambil, rezeki nggak boleh di tolak loh." kata wanita itu lagi.

"Beneran nggak usah tante. Saya cuma menyalurkan niat baik saya untuk menolong sesama." sahut Freya.

Wanita itu diam sejenak. 'Kok kata-kata gadis ini seperti nggak asing ya?' batinnya.

Kembali wanita itu tersenyum. "Sekali lagi makasih ya, berkat kamu tante nggak jadi kehilangan dompet."

Freya mengangguk. "Iya tante. Yaudah kalo gitu saya duluan ya tante. Udah di tunggu sama temen-temen."

Sebelum Freya berlalu, tak lupa wanita itu melirik name tag yang tertera di seragam sekolah Freya.

'Apa itu gadis yang selalu di bicarakan Tara?' monolog wanita tersebut dalam hati sembari menatap punggung Freya yang semakin menjauh.

***

1
korokoro
kaget banget Tara, jangan nakal main cubit pipi aja/Scowl/
Julia H: namanya juga modus kak🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!