Viola (Istri Manja Jadi Pengusaha)

Sore akhirnya datang, beriringan dengan kereta yang berhenti sejenak membawa penumpang. Viola merapikan tokonya dan juga gelang-gelang nya. Sedangkan Ivan kembali ke rumah, mengurus kebun sejenak.

Setelah dirasa rapi dan bersih, Viola menampilkan senyum terbaik nya. Menyambut wisatawan yang mungkin berkunjung ke toko nya.

Dan ya, wisatawan terlihat membeli minuman atapun potongan buah-buahan yang segar yang sudah dipacking dengan baik. Tampak mereka haus dan juga lapar, Viola bersabar menunggu, sambil merapikan anak rambut nya yang tersapu oleh angin.

"Gelang-gelang cantik! Ayo silakan mampir, lihat-lihat dulu." Viola bersuara, mungkin ada wisatawan yang belum menyadari nya.

Dari sisi lain, terlihat seorang anak perempuan merengek pada sang ibu. "Mama, aku mau itu!" Ucapnya sambil menunjuk sesuatu yang melingkar di pergelangan tangan seorang wanita yang melewati nya.

"Apa? Mau apa? Ini mama belikan buah anggur." Ucap sang mama, tapi sang anak tampak menggeleng.

"Aku mau gelang! Gelang cantik seperti kakak itu!" Ucapnya kembali sambil terus-menerus menunjuk.

"Makan dulu ya. Mama.... "

"Tidak! Mau gelang! " Sang anak terus bersikukuh membuat sang mama menghela nafasnya.

"Baiklah, tapi kalau tidak bagus. Tidak jadi, oke?" Sang mama membuat penawaran dengan anaknya yang diangguki oleh sang anak.

"Ya mama."

"Ayo." Manik mata wanita itu melihat ke arah selatan nya. Dia melihat sebuah toko yang sepertinya merupakan toko gelang-gelang itu.

Dia mengenggam tangan sang putri, sambil melangkah hingga akhirnya sampai di toko itu. Terlihat sederhana, tidak mencolok. Tapi terlihat bersih dan rapi. Tampak gelang-gelang sudah terpajang rapi dengan berbagai warna dan model nya.

"Aku mau ini!" Sang anak langsung berlari kecil menuju salah satu tempat pajangan,melewati pembeli yang lain.

"Mama... Aku mau ini." Terlihat salah satu gelang dipegang oleh putrinya.

"Itu kebesaran sayang. Kita beli di kota saja ya." Anaknya langsung menggeleng.

"Tidak! Aku mau ini! Pasti ada yang muat." Ucap putrinya yang bersikukuh.

Tampaknya sang mama tidak mau mengalah juga. Dirinya menarik pelan sang putri dan berbicara dengan mensejajarkan dirinya dengan sang anak."Sayang, gelang nya tidak bagus. Bahan-bahan nya imitasi, itu akan cepat rusak atau memudar. Nanti kita beli di kota saja ya."

"Harganya sepuluh ribu saja."

"Wah, murah sekali. Dan sangat bagus! Aku mendapatkan gelang serut. Ini akan sangat cantik jika aku pakai ketika pesta pantai." Terlihat seorang wanita berkulit putih berbinar-binar sambil mengeluarkan uang nya.

"Tentu nona. Meskipun murah, kualitas nya bukan murahan. Ini bahan yang terbaik, tidak akan rusak atau warnanya memudar. Nona bisa buktikan nanti." Ucapan Viola membuat wanita yang bersama anak nya itu langsung berbalik

Viola yang tau dipandangi saat ini menunjukan senyum manisnya. Sambil melayani pembeli, Viola membungkus gelang yang dibeli dengan kantong cantik. "Ini gelang dan kembalian nya, terimakasih nona cantik. Semoga hari mu menyenangkan." Ucap Viola kembali.

"Sama-sama, sampai jumpa lagi." Balas wanita berkulit putih itu yang meninggalkan toko.

Viola mengalihkan pandangan nya, terlihat wanita dengan putrinya itu masih menatap nya. "Ada masalah nyonya? Apa anda salah toko? Jika terlalu lama disini... Bisa-bisa ketinggalan kereta. Benar kan anak manis?" Viola turut menyapa anak perempuan itu.

"Aku... "

"Ayo sayang! Kita hanya membuang-buang waktu bicara dengan orang desa!"

"Dan orang desa ini adalah orang yang anda butuhkan saat ini. Anda membeli minum serta buah-buahan hasil desa ini. Jika anda tidak membutuhkan nya, kenapa membeli nya?" Wanita itu kembali berbalik dan menatap Viola.

Matanya serta ekpresinya menggambarkan keterkejutan nya. 'Dia mengerti bahasa ku? ' batin nya.

Viola tersenyum kecil. " Aku mengerti, apa yang anda katakan. Apa orang desa ini membuat anda terkejut? " Ucap Viola.

"Kau.... Ayo sayang! Kita bisa ketinggalan kereta..."

"Seorang ibu seharusnya memberikan panutan yang benar. Jika anda tidak menyukai sesuatu, katakan dengan bahasa yang lebih baik. Lidah itu tidak bertulang, hati-hati dalam bicara."

Wanita itu tidak mengatakan apapun, wajahnya memerah, tapi dia segera bergegas membawa putrinya meninggalkan toko Viola. Karena suara kereta juga sudah berbunyi, menandakan untuk berangkat.

"Hati-hati anak manis!" Viola melambaikan tangannya pada anak perempuan itu dan dibalas kecil olehnya, hingga menghilang dari pandangan Viola.

"Ada-ada saja." Ucap Viola sambil menghembuskan nafasnya.

"Ada apa?" Viola tekejut dengan kedatangan suaminya yang seperti hantu itu.

"Aku tidak mendengar langkah kaki mu." Ucap Viola.

"Bagaimana mau dengar, kereta juga tidak mau kalah." Viola tersenyum menyadari kata-katanya.

"Aku lupa." Ucap Viola dengan kekehan kecil.

"Bagaimana tadi? Semuanya baik kan?" Tanya Ivan kembali.

Bersambung....