NovelToon NovelToon
COLD WORDS

COLD WORDS

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / trauma masa lalu / Office Romance
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: YoshuaSatrio

Kisah seorang pria yang tidak lagi mau mengenal cinta, karena bayang masa lalu yang terlalu menyakitinya. Begitu banyak cinta yang datang dan mencoba mengetuk.
akankah ada sosok perempuan yang mampu mengubah kehendaknya?
adakah perempuan yang akan mampu mencuri perhatiannya?
ikuti kisahnya dalam cerita author "COLD WORD"
kisah ini hanya berdasarkan imajinasi author saja. jika ada kesamaan nama tokoh, ataupun latar, merupakan suatu kebetulan yang dibetul-betulkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YoshuaSatrio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

COLD WORD ----10

Kantor direksi berada di lantai 4 gedung itu. Sementara tempat Tama bekerja ada di lantai dua.

Hari itu, Tama mengenakan kaos lengan panjang berwarna abu-abu dengan aksen leher V , celana jeans casual dengan aksen sedikit sobek-sobek. Dan sepatu kets hitam. Tama berjalan mantap bak seorang model di atas catwalk.

Rambut belah pinggir, model oppa Korea, membuat penampilan Tama semakin digandrungi mata-mata perempuan yang melihatnya.

"Keren bangeeeeet.....!!!!" seru seorang staf divisi lain yang berpapasan dengannya.

"Aku padamu, pak Tama." seru yang lain sambil menutup mulut dengan kedua kepalan tangannya.

"Ya ampunnn kapan aku dilirik sama pak Tama ya? Huwaaaaa..." ujar yang lain lagi dengan mata setengah berkaca.

"Jadi istri kelima pun aku relaaaa....." sahut yang pertama.

"Aku juga mauuuu...." si kedua tak mau kalah.

"Melihatnya saja, jantungku sudah berdetak tak karuan...." seru si ketiga

"Apalagi berpapasan... Huwaaa..." ujar si pertama.

"Apalagi disapa... Huwaa...." si kedua tak berhenti menggoyangkan badan menggemaskan.

"Bagaimana ya rasanya berkencan dengan pak Tama?"ujar si ketiga

"Tolong selamatkan aku... Aku membayangkan digandeng tanganku..."seru si pertama heboh.

"Huwaaa....."

Mata para wanita itu tak melepaskan pandangan dari Tama, sampai akhirnya Tama masuk lift.

"Kalian ini ribut-ribut ada apa?" seorang staf pria mendekati ketiga staf perempuan yang masih heboh.

"Apaan sih kepo." kelakar si pertama.

"Heleh, dasar perempuan! Lihat pak Tama doang, matanya seperti mau keluar." seru si staff pria.

"Heleh, dasar Budi!! Bilang aja ngiri." si kedua ikut tak terima.

"Haah? Ngiri? Buat apa ngiri? Aku juga nggak kalah keren sama pak Tama. Cuma bedanya, aku hanya karyawan biasa. Bukan eksekutif macam dia." si Budi terpancing.

"Diiih kok nyolot sih Budi,,, awas Lo, nanti jatuh cinta beneran." si ketiga ikut menggoda Budi.

"Bener tuh. Awas nanti ikut jatuh cinta sama pak Tama. Sainganmu perempuan sekantor ini, sanggup kagak?" kelakar si pertama.

"Eh, kalian,,, kalau ngomong hati-hati ya. Aku ini masih normal." ujar si Budi, tak terima dengan perkataan para wanita. "Pak Tama itu, yang nggak normal. Dia pasti nggak suka perempuan, atau mungkin kelaminnya kecil, sekecil nyalinya menyapa perempuan." kelakar Budi keras-keras.

Namun sungguh sial si Budi, seseorang datang dari arah belakangnya, lalu melihat nametag yang tergantung di dada Budi, membacanya sesaat dan langsung berlalu tanpa ekspresi, tanpa satupun kata keluar dari mulut seseorang itu.

Jantung Budi dan ketiga perempuan itu seketika terasa kencang seakan mau berlomba. Keempat karyawan itu tak menyadari Tama kembali melewati mereka.

"Aduuh... Bagaimana ini.... Pak Tama bisa illfeel sama kita." si pertama panik

"Pasti pak Tama mengira kita semua menjelekkan dia." tambah si ketiga.

"Gara-gara kamu sih,Budi." si kedua pun menjadi pucat karena panik dan takut.

"Kok aku? Aku kan cuma ngomong apa adanya." kata Budi sok berani.

"Kalian ini, bukannya kerja malah kumpul disini, bubar-bubar!!" seru seorang karyawan yang kebetulan melewati mereka.

"Ahh, iya pak Andre." jawab kompak keempatnya, lalu membubarkan diri dan kembali menuju ruang kerja masing-masing.

Namun, sepertinya untuk kedua kali mereka harus berhadapan dengan Tama. Tampak Tama berjalan ke arah mereka, menatap lurus ke arah mereka berempat.

Jantung mereka kembali berdegup kencang, ketakutan seperti melihat penampakan. Nafas mereka serasa tercekik, seluruh badan terasa tremor, keringat dingin mulai membasahi kening mereka.

"Bagaimana ini, bagaimana kalau pak Tama marah? Katanya serem kalau marah." bisik si kedua.

"Aku juga takut. Pokoknya semua salah Budi." sewot si pertama.

"Aku juga takut sebenarnya." kata Budi.

Tama tetap berjalan dengan map di tangan kanannya. Saat mendekati keempat orang itu, Tama tak melirik sedikitpun. Tak menoleh dan tak peduli dengan mereka berempat yang menunduk dan meneriakkan kata 'minta maaf'.

"Apa yang terjadi? Kenapa pak Tama cuma lewat saja?" gumam si Budi.

"Oh, mungkin dia tidak marah." sahut si kedua.

"Ternyata dia tak semenakutkan kata orang-orang." nafas lega menghampiri keempatnya.

"Padahal tadi aku sangat ketakutan." ujar si perempuan ketiga sambil menepuk-nepuk dada sebagai ungkapan merasa lega.

Tanpa banyak lagi bercakap, mereka kembali ke meja masing-masing lagi.

Ya, entah apa yang ada dalam pikiran Tama. Padahal seharusnya dia mendengar saat namanya disebut dan dianggap buruk. Namun nyatanya tak ada hal yang dilakukan Tama. Seolah Tama tak peduli dengan apa yang dipikirkan orang-orang tentang dirinya.

Hal yang sebenarnya terjadi, ketika Tama sampai di lantai 4, ketika tepat keluar dari dalam lift, ia menyadari ada hal lain yang juga ingin ia sampaikan pada direktur, namun tertinggal di kantornya. Jadi Tama memutuskan untuk kembali sejenak mengambil berkas.

.

.

.

Sementara itu ditempat lain, Tyas sedang berjuang melawan lelah dan kantuknya. Tyas yang saat itu masih bekerja sebagai staf biasa di sebuah bank induk, tampak menunggu di depan mesin fotokopi, untuk mencetak ganda beberapa hal.

"Sudah selesai belum?" tanya Arwan rekan Tyas.

"Belum mas, sedikit lagi." sahut Tyas sambil membenahi rambutnya yang mulai berantakan.

"Ini minumlah dulu." Arwan menyodorkan sebuah botol air mineral untuk Tyas.

"Terimakasih kasih Mas." jawab Tyas dengan senyum manis menawan

"Sama-sama." senyum manis pria sejati pun terukir di wajah tampan Arwan. "Sudah berapa lama kamu berdiri disana?"

"Mungkin satu jam lebih. Heheheh..." sahut Tyas sambil meringis.

"Duduklah sebentar, biar aku gantikan." Arwan tampak mengerti betapa lelahnya Tyas saat itu.

Arwan memegang kedua bahu Tyas, lalu menarik lembut badan Tyas agar duduk di sebuah bangku kecil tak jauh dari mesin fotokopi.

"Tapi mas.." Tyas tak mampu melawan.

"Tak apa-apa. Pekerjaanku sudah selesai." lagi-lagi senyum Arwan terukir di bibir laki-laki itu.

"Yakin mas? Terimakasih banyak ya, aku ijin ke toilet sebentar." ucap Tyas kemudian.

"Iya, silahkan nikmati waktumu." jawab Arwan.

Tyas beranjak menuju toilet wanita. Tyas sangat merasakan kelelahan dan ngantuk yang tak bisa ditahan, ia berniat cuci muka sebentar agar lebih segar.

"Mas Arwan memang manis dan selalu memperlakukan semua orang dengan manis." gumam Tyas lirih sambil menatap bayangannya sendiri di cermin dalam toilet.

"Coba si manusia batu juga bisa memperlakukan orang lain seperti yang dilakukan mas Arwan, pasti aura tampannya akan semakin menggoda."

"Ya Tuhan ... Kenapa malah mikirin dia, sih. Bodo amat mau jadi manusia kayak apa, aku nggak mau lagi berurusan sama dia."

Bibir manyun dan rasa kesal mulai terlihat di wajah Tyas. Rasanya mau marah semarah-marahnya saat mengingat yang terjadi pagi ini.

Aku denger loh, kamu ngomel-ngomel sendiri." tanpa disadari, ternyata seorang wanita rekan kerja Tyas sedang di kamar mandi dari tadi. "Ciyeee... Ada apa dengan mas Arwan yang manis niih?"

"Apa sih mbak.. Bukan apa-apa kok. Sumpah, tadi itu cuma anu..." Tyas yang kaget mencoba berkilah.

"Hayo ngaku... Tadi aku denger jelas loh, kamu bilang mas Arwan manis. Ciyeee ciyeee.... mulai ada uhuk niih." rekan Tyas semakin menggoda Tyas.

"Enggak loh mbak,,, beneran." Tyas sedikit kalang kabut.

"Umumin ah di kantor..." kata Meyta rekan kerja Tyas itu.

"Mbak Mey,, ampun.. Bukan gitu maksudnya..." Tyas mencoba menjelaskan, namun Meyta terlanjur berjalan cepat menuju mejanya...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

To be continue...

1
HARTINMARLIN
hari bukan haru
typo nya
HARTINMARLIN
sikap kamu itu seperti batu
HARTINMARLIN
di bukan si
Marlina Bachtiar
Tama ya 😂
Marlina Bachtiar
Mamahmu mau promosi tuh 🤭
Marlina Bachtiar
asyik nih 💞
Marlina Bachtiar
sikapmu yg kaku bukan kepalamu yg keras 🤣
Marlina Bachtiar
ajakin Tama nya nginep di rumahmu Bil 👍🤣
HARTINMARLIN
semoga aja Tyas sama Tama berjodoh
Marlina Bachtiar
nah loh ketemu lg sama Tama,jodoh tuh 🤣
Marlina Bachtiar
apa itu adiknya Tyas🤔
Marlina Bachtiar
pasti Tama tuh yg lg jalan, ketahuan kl Siska bukan pacarnya 🤭
Marlina Bachtiar
waduh takut Tyas cemburu ya 🤣🤣
Marlina Bachtiar
jangan lihat luarnya yg penting rasanya 👍
Marlina Bachtiar
pasti ngarep di anterin Tama 🤣🤣
Marlina Bachtiar
ternyata bapak" jg baca ya 🤭
HARTINMARLIN
bagaimana jalan kehidupan mereka berdua?.... akankah mereka berdua kejenjang pacaran 🤔🤔
HARTINMARLIN
lanjut lagi
HARTINMARLIN
sepertinya Tama mulai ada rasa suka kepada Tyas
HARTINMARLIN
hati-hati
HARTINMARLIN: iya typo nya 🤭🤭
𝒀𝑶𝑺𝑯: 😁😁😁 typo bunda
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!