Janda Kaya Tapi Perawan

Boy dilarikan ke rumah sakit Medika karena hanya rumah sakit Medika yang terdekat. Krystal sejak tadi menangis melihat Boy tak sadarkan diri. Hati Krystal tersayat sambil memegang cutter yang tertancap tepat di dada Boy. Darah Boy mengalir dan Krystal mampu merasakan sakit yang di tahan Boy, Krystal merasa dirinya lah yang telah tertusuk.

"Cepetan, Don ...!" pinta Krystal sepanjang jalan sambil menangis.

Doni yang menyetir mobil, sementara Dena duduk di sebelah Doni. Krystal di belakang dengan Boy yang dibaringkan di pahanya. Doni sudah menyetir secepat mungkin.

"Boy, bertahan lah, Aku mencintaimu, Aku tidak bisa hidup tanpamu," ucap Krystal lagi sambil menangis.

Doni dan Boy dapat merasakan besarnya cinta Krystal pada Boy, bahkan Dena ikut menangis karena tidak tega. "Boy pasti bertahan, Krystal. Dia gak bakal ninggalin Kamu," ucap Dena yang berharap kata-katanya sedikit membuat Krystal tenang.

Akhirnya mereka telah sampai di rumah sakit Medika. Doni langsung ke luar memanggil petugas IGD. Mereka yang tau siapa Doni, langsung sigap menolong orang yang di bawa Doni. Boy langsung di bawa ke ruang penanganan gawat darurat, sementara Krystal, Dena dan Doni di minta menunggu di luar ruangan.

"Doni, Kamu sedang apa di sini?" Aditama Herlambang (ayahnya Doni) melihat Doni dan teman-temannya di luar pintu ruang gawat darurat. Wajah mereka semua terlihat cemas dan khawatir, persis seperti keluarga pasien yang lain. "Krystal?" Aditama juga terkejut melihat Krystal di sana.

"Papa, sebenarnya Papa itu Kakak seperti apa sih? Setelah di tinggal mendiang kakak dan nenek, Papa mendidik adik-adik Papa itu bagaimana? Kenapa mereka berubah jadi iblis berwujud manusia?" teriak Doni kesal.

"Papa tidak mengerti maksud Kamu? Ada apa?" tanya Aditama lagi.

"Saga menusuk Boy, calon suamiku," jawab Krystal. Aditama semakin terkejut.

"Dengar itu Pa! Om Saga menusuk Boy! Yang ada di dalam itu Boy!" kata Doni lagi.

"Doni, Papa tidak tau apa-apa. Tidak mungkin Saga melakukan itu! Dia dokter sama seperti Papa. Dia tidak mungkin melukai seseorang. Profesi Kami mengajarkan Kami membantu orang-orang!" jawab Aditama.

"Jika terjadi apa-apa dengan Boy, adik Anda akan Saya tuntut!" ancam Krystal.

"Bukan hanya itu, dia juga menculik Jelita sektretaris Krystal. Dia juga mengancam Krystal. Bahkan beberapa hari yang lalu, dia dan Om Bagas membayar preman untuk mengeroyok Boy, untung waktu itu Boy selamat. Dan sekarang Boy tidak berhasil selamat," ucap Doni lagi.

"Papa hanya mengajarkan Om Saga dan Om Bagas untuk berdedikasi pada profesi kedokteran mereka. Papa tidak pernah mengajarkan mereka akhlak dan sopan santun. Papa juga selalu mengabaikan Mama di rumah hingga Mama kesepian." Doni langsung mengeluarkan unek-unek di hatinya yang sudah dia pendam selama ini.

"Apa Papa tau? Selain Mama, yang menemaniku selama ini hanya Boy dan Ryan. Sosok Papa tidak pernah mendidik ku dengan benar. Sama seperti Papa tidak bisa mendidik adik-adik Papa dengan benar sebagai keluarga mereka satu-satunya. Papa hanya sibuk memajukan rumah sakit dan menolong orang," lanjut Doni.

"Jika terjadi apa-apa dengan Boy. Aku bersumpah, dengan profesiku nanti sebagai penegak hukum. Semua orang yang melanggar hukum walaupun hanya kecil, akan ku hukum berat," tegas Doni.

Aditama seperti melihat orang lain dalam diri Doni. Setau Aditama, anaknya itu pendiam dan tidak berani menjawab kata-kata ayahnya. Jangankan menjawab, melihat mata Aditama dengan tatapan tajam saja dulu Doni tidak berani. Sekarang, Doni berani mengeluarkan kata-kata yang berhasil membuat Aditama terdiam dan merasa gagal menjadi sosok kepala keluarga, ayah, dan kakak.

"Udah Don, ini Papa Kamu." Dena berusaha membuat Doni sabar.

Di tengah perdebatan Doni dan Aditama, dokter yang menangani Boy keluar. "Saudara Boy harus di operasi. Untuk memastikan tancapan pisau itu tidak dalam," kata dokter.

"Lakukan yang terbaik untuknya, dokter," pinta Krystal.

"Baiklah, Kami akan membawanya sekarang ke ruang operasi. Pak Aditama, Saya permisi dulu," ucap dokter itu.

"Biarkan Saya yang melakukan operasi kecil ini. Saya harus bertanggung jawab atas apa yang dilakukan adik Saya," ucap Aditama.

"Tapi Pak?"

"Akan Saya lakukan."

"Baik. Silahkan, Pak," kata dokter itu menurut.

Awalnya Aditama hanya berkeliling melihat-lihat, untuk memastikan semua karyawan rumah sakit miliknya bekerja dengan baik. Mulai dari dokter, perawat, bidan, petugas administrasi hingga cleaning servise. Namun, dia malah terkejut dengan melihat Doni dan teman-temannya. Untuk menebus rasa bersalahnya, Aditama mengoperasi sendiri Boy. Sesuatu yang jarang dia lakukan sekarang, sebagai pemilik sekaligus direktur Rumah Sakit Medika.

Boy di bawa ke ruang operasi VVIP, dimana ruangan itu di lengkapi dengan ruangan kaca di bagian samping atasnya, hingga keluarga pasien dapat melihat proses operasi yang dilakukan dokter dari awal sampai akhir. Krystal, Doni dan Dena duduk di ruangan itu sambil melihat proses operasi yang dilakukan Aditama.

"Boy, tolong bertahanlah. Jangan tinggalkan Aku," ucap Krystal. Setiap detik dia selalu berdoa pada Tuhan agar Boy bisa di selamatkan. Dia berjanji akan menjadi istri yang baik untuk Boy kelak jika Boy berhasil selamat.

Doni juga sedang khawatir. "Boy, bertahanlah, demi Krystal, demi orangtua Kamu, dan demi Aku," batin Doni. "Bukankah diantara kita bertiga, Kamu yang paling kuat. Jangan tinggalkan Kami, Boy," harapan Doni dalam hati.

Dua jam berlalu, operasi sudah selesai, jahitan terakhir juga telah selesai. "Operasi selesai, pasien selamat, Dia akan dipindahkan ke ruang rawatnya," ucap Aditama. Ucapan Aditama terdengar dari ruang kaca sebelah. Krystal benar-benar lega dan bersyukur. Begitu juga Doni.