DEWA PENGHANCUR

Teknik Tubuh Naga Hitam seperti tersinkronisasi dengan baik terhadap api emas, seperti pasangan yang saling menguatkan maka proses pemurnian tersebut berjalan dengan baik. Bahkan peningkatan basis kultivasi Xiao Chen berjalan dengan sangat baik dan terjadi penerobosan selama berkali-kali saat tubuhnya sudah berada di dalam penjara khusus di tanah terlarang Klan Xiao.

Hingga malam harinya, Xiao Chen masih tak sadarkan diri. Ia masih tenggelam dalam proses penyerapan inti energi api abadi yang berwarna keemasan tersebut. Tubuhnya tidak bergerak sama sekali, penjaga yang bertugas menjaga penjara tersebut membiarkan keadaan Xiao Chen dan melaporkan kembali pada Patriark Xiao Phing yang akan menunggunya hingga esok hari.

Hanya saja tidak ada yang peduli dengan tubuh Xiao Chen kini, ia dibiarkan tergeletak begitu saja di dalam penjara khusus. Namun jika diperhatikan lebih teliti, tubuh Xiao Chen mulai melakukan transformasi akibat pengaruh dari kekuatan api abadi. Darahnya yang mendidih terus mengkondensasikan kekuatan yang seperti tiada habisnya, setiap sel tubuhnya beregenerasi menjadi lebih cepat dan menjadi lebih baik pada setiap pembentukan ulangnya.

"Teknik yang aku pelajari adalah teknik membunuh, bahkan aku harus belajar menggunakan pedang dengan sebaik mungkin" gumam Xiao Chen yang tengah berlatih di lautan kesadarannya.

Di dalam lautan kesadarannya sendiri Xiao Chen adalah tuan, ia bisa berlatih dan bergerak dengan bebas. Ia tidak membatasi dirinya, berlatih dengan giat sambil menyerap energi besar dari dalam inti api emas. Ia tidak menyangka jika giok hitam yang ia sentuh secara kebetulan membuat dirinya mendapatkan warisan Dewa penghancur.

Pada saat yang bersamaan, di sebuah tempat rahasia beberapa orang pimpinan Klan dan juga kelompok pemberontak Xigua tengah mengadakan pertemuan. Mereka baru saja menemukan rahasia jika di salah satu aset Klan Xiao mengandung bahan tambang batu energi. Itu adalah bukit Jinzi, tanah terlarang Klan Xiao yang selama ini menjadi penjara atau neraka dunia bagi anggota Klan Xiao yang melanggar peraturan.

Orang-orang yang kali ini sedang mengikuti pertemuan berencana akan memusnahkan seluruh Klan Xiao, mereka bekerja sama dan akan membagi hasil tambang nantinya dengan adil. Adapun kelompok Xigua akan memiliki porsi yang paling banyak, selain rahasia ini ditemukan oleh mereka, mereka juga memiliki jumlah para pendekar terbanyak dan Kai Chenlong adalah sosok yang tidak bisa disinggung dalam kelompok tersebut.

Kai Chenlong baru saja keluar dari pengasingannya selama sepuluh tahun, sebelumnya ia pernah mengkudeta Istana Kekaisaran dan berhasil dikalahkan oleh dua orang komandan dari pasukan Mingling. Ye Qiu dan Fang Yuan merupakan dua orang dari pasukan Mingling yang melindungi Kaisar Ma Fan waktu itu, namun kini Kai Chenlong memiliki pencapaian yang luar biasa, ia dengan yakin akan melakukan gerakan yang sama bersama para pengikut setianya.

Keluarga Zheng, Keluarga Yun, Wen, Song, dan juga Keluarga Murong tengah berkumpul. Di bawah arahan Liu Cing Cai tangan kanan Kai Chenlong, mereka semua berencana akan memusnahkan Klan Xiao pada esok hari setelah senja. Pada pertemuan kali ini hanya Klan Ye yang tidak ikut hadir, Patriark Ye memang memiliki masalah dengan Klan Xiao secara bertahun-tahun tetapi mereka masih menjunjung etik untuk tidak menganeksasi aset Klan Xiao dengan cara merebutnya secara paksa.

Patriark Ye Chou juga masih memandang putra bungsu mereka, Ye Chen yang di masa lalu memiliki hubungan percintaan dengan salah satu wanita dari Klan Xiao. Jika dulu Patriark Ye bersikap tegas dengan mengorbankan putranya sendiri ke wilayah perang di perbatasan, kini setelah hampir dua puluh tahun berlalu ia merasakan kehilangan putra yang sangat ia cintai tersebut. Oleh karenanya ia tidak mau melakukan kesalahan untuk kedua kalinya, berharap di masa depan ada rekonsiliasi antara ayah dan anak tersebut.

Sosok Ye Chen yang merupakan ayah biologis dari Xiao Chen tidak pernah menginjakkan kakinya di keluarga Ye, ia lebih memilih untuk mengabdikan dirinya berjuang di garis pertahanan terluar wilayah selatan. Ia menjadi komandan pasukan, terkenal dengan kepiawaiannya dalam menghancurkan pemberontakan dan juga penyerangan musuh dari Kekaisaran lain.

Kini lima keluarga besar bersatu, dipengaruhi oleh kekuatan kelompok Xigua mereka bersekutu demi mendapatkan keuntungan besar. Kelak dibawah Kai Chenlong mereka akan mendapatkan wilayah serta jabatan dalam pemerintahan yang baru, Kai Chenlong berjanji kepada mereka semua. Selain itu, keberadaan tambang batu energi sangat menggoda mereka. Dalam hal ini Klan Xiao hanya dianggap sedang sial, jika saja mereka sebelumnya mau bergabung dengan Kai Chenlong tentunya mereka juga tidak akan mengalami nasib naas.

Sementara itu di wilayah perbatasan selatan, di salah satu kamp pimpinan prajurit, tampak seorang lelaki berusia kurang dari empat puluh lima tahun tengah mendengarkan laporan. Ia adalah Ye Chen, komandan pasukan wilayah selatan yang biasa dikenal dengan Dewa Perang Selatan.

"Ada informasi jika wanita yang tuan maksud memang benar dari Klan Xiao. Wanita itu benar bernama Nyonya Xiao Nie" ucap seseorang yang berpakaian prajurit, napasnya masih terengah-engah.

"Nyonya? Apakah ia sudah menikah?" tanya Ye Chen dengan ekspresi penuh keingintahuan.

"Nyonya tidak pernah menikah, hanya saja ia memiliki seorang putra tanpa hubungan pernikahan yang sah" jawab prajurit itu dengan hati-hati.

Ye Chen tercengang, selama belasan tahun ia mencoba melupakan perjalanan cintanya dengan Xiao Nie. Ia mencoba memantapkan hatinya untuk tidak menoleh ke belakang, ia khawatir jika wanita yang dicintainya akan diburu oleh keluarga Wang yang waktu itu ingin menjadikan Ye Chen sebagai menantu.

"Siapa nama anak itu?" tanya Ye Chen kemudian.

"Xiao Chen.." jawab prajurit itu singkat.

"Xiao Chen?"

Jantung Ye Chen tersentak kaget, nama itu seharusnya menjadi nama putra mereka. Sebelumnya Xiao Nie mengatakan jika ia memiliki anak dari Ye Chen maka akan dinamakan dengan nama yang sama dengan dirinya.

Pantas saja dalam beberapa waktu terakhir, Ye Chen merasakan kerinduan yang mendalam kepada Xiao Nie hingga memaksanya mengirimkan seseorang secara khusus untuk menanyakan tentang keadaannya. Di balik keperkasaannya di medan perang, ia memiliki sisi kehampaan yang selama ini tidak pernah ia isi dengan kehadiran wanita manapun.

"Lalu bagaimana dengan keadaan Xiao Nie?" tanya Ye Chen dengan antusias, memikirkan hal ini membuatnya berpikir untuk kembali ke Xinjiang.

"Nyonya Xiao Nie hidup dalam pengasingan, sejak dirinya dinyatakan hamil ia diasingkan oleh kedua orang tuanya dan juga seluruh anggota Klan Xiao. Ia hidup dalam kondisi keprihatinan, bahkan putranya dianggap sampah dan aib hingga keberadaannya tidak pernah terdengar oleh pihak luar" ucap prajurit tersebut dengan ekspresi sedih, ada sensasi emosional saat ia menyelidiki hal tersebut.