Velicia dianggap berselingkuh dari Jericho setelah seseorang memfitnahnya. Jericho yang sangat membenci Andrew—pria yang diyakini berselingkuh dengan istrinya, memutuskan untuk menceraikan Velicia—di mana perempuan itu tengah mengandung bayi yang telah mereka nanti-nati selama tiga tahun pernikahan mereka, tanpa Jericho ketahui. Lantas, bagaimanakah hubungan mereka selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lilylovesss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berkemas
****
Sharine tidak pernah menghubungi Velicia lagi sejak hari itu. Semua pesan yang Velicia kirim nyaris tidak Sharine buka satu pun. Sekarang, Velicia sudah mengemas barang-barang miliknya. Siang hari, ia akan pergi meninggalkan rumah itu bersama Andrew yang siap menemaninya.
Lewat bantuan Andrew juga, Velicia dengan cepat menemukan rumah impiannya yang akan ia jadikan tempat untuk menenangkan diri. Ia berharap, setelah kepindahannya ke tempat terpencil, ia tidak pernah lagi bertemu dengan Jericho dalam kesempatan apa pun.
"Bagaimana dengan perceraianmu? Apakah sudah Jericho urus?" tanya Andrew di sela-sela membantu Velicia mengemas barang.
Velicia menggelengkan kepalanya. "Dia bilang, dia belum mengurusnya, tetapi ia sudah pasti dia akan menceraikanku. Kebetulan, ibu mertuaku juga sedang dirawat di rumah sakit. Aku rasa, dia akan sedikit kesulitan untuk menceritakan semuanya."
"Sakit?"
"Ya. Aku menemui ibu mertuaku bersama Jericho beberapa hari lalu. Dia datang menjemputku ke sini."
"Sudah kuduga. Dia memang masalahnya. Dia juga yang membuat kau ingin segera meninggalkan kota ini, kan? Aku yakin itu, Velicia."
Velicia tidak merespon lagi. Ia hanya menoleh sekilas pada Andrew, kemudian kembali menyibukkan diri memasukkan beberapa barang miliknya ke dalam kardus besar dan juga tas besar yang akan ia bawa nantinya.
"Setelah ini, bisakah kau membelikanku ayam goreng? Tiba-tiba aku ingin memakannya," ucap Velicia dengan senyum manis yang ia berikan pada Andrew. Padahal, pria di hadapannya itu tahu jika ia tengah berusaha untuk merubah topik pembicaraan.
"Baiklah. Aku pergi sekarang."
****
"Velicia sudah mulai berkemas hari ini. Kau yakin tidak akan datang untuk menemuinya terlebih dahulu? Atau ikut bersama kami sekalian ke tempat yang akan Velicia tempati. Jika kau ingin, segera hubungi aku. Aku bisa menjemputmu sebelum kita pergi."
Sharine membalikkan ponselnya ke atas ranjang. Salah satu tangannya meraih selembar tisu, kemudian ia mulai mengelap pipinya yang basah karena air mata yang terus turun sejak tadi.
Pesan yang baru saja ia baca adalah pesan yang Andrew kirimkan sejak tadi pagi. Sharine sama sekali tidak ingin melakukan semua itu. Ia selalu ingin mendukung apa pun keputusan yang Velicia ambil, tetapi kali ini dirinya seakan menolak. Rasanya sangat berat ketika ia semakin menyadari jika Velicia akan segera pergi meninggalkan kota tempat tinggal mereka.
"Jericho sialan! Kenapa dia harus melakukan semua itu? Kenapa dia harus menuduh Velicia dengan bukti-bukti palsu. Jika dia tidak menuduh Velicia, perempuan itu pasti tidak akan pernah meninggalkan kota ini." Sharine kembali terisak di dalam kamarnya.
Sudah dua hari ini dia mengambil cuti dengan alasan sakit. Padahal, Sharine baik-baik saja, hanya saja dia tidak ingin jika sampai kedua matanya mendadak panas saat di kantor yang akhirnya bisa menyebabkan ia menangis keras di sana. Sharine tidak menginginkan itu.
Tangisannya kembali terhenti saat ponselnya berbunyi di atas sprei. Sharine perlahan menoleh, kemudian membalikkan posisi ponselnya. Di sana, nama Andrew tertera dengan jelas, tetapi Sharine memutuskan untuk tidak menjawab telepon dari pria itu.
"Maafkan aku, Andrew. Aku benar-benar tidak bisa menerima semua ini. Jika dia pergi, aku dengan siapa? Aku sama sekali tidak memiliki teman yang bisa aku ajak pergi kemana pun. Aku akan sendirian di sini tanpanya." Sharine kembali terisak dan menangis.
****
"Aww ...."
Jericho harus dikejutkan dengan pecahan gelas yang ada di lantai dasar. Ia segera turun saat suara Seina yang meringis terdengar dari ruangan kerjanya. Pria itu berlari dari tangga kemudian mendekat pada Seina di mana tangan perempuan itu tergores pecahan kaca.
"Kau baik-baik saja? Sepertinya tanganmu terluka," Jericho meraih tangan Seina yang terluka.
"Tidak apa-apa, Tuan. Maaf karena tidak sengaja menjatuhkan pas bunga di meja," ujar Seina sembari menunjuk meja di sampingnya.
Jericho dengan segera membantu Seina bangun dari posisinya. Membawa perempuan itu ke ruang keluarga, kemudian ia meminta Seina untuk duduk di sofa sementara ia mulai sibuk mengambil kotak pengobatan.
"Sebentar, saya akan mengobati lukamu. Jika tidak diobati, ini bisa infeksi dan berakibat fatal."
Seina hanya terdiam menikmati waktu bersama Jericho. Sejujurnya, ia sama sekali tidak merasakan sakit dan perih. Sebab, ia memang dengan sengaja menjatuhkan pas bunga dari beling agar tangannya terluka untuk mengecek searogan apa pria di hadapannya itu.
Rupanya, Jericho sangat mudah ditaklukan. Sepertinya pria itu paling tidak suka melihat seseorang terluka di hadapannya. Tak terasa, Jericho sudah selesai mengobati luka milik Seina. Pria itu dengan segera meletakkan kotak pengobatan ke atas meja.
"Lain kali, kau harus berhati-hati saat bekerja. Jangan gegabah, sebab apa pun bisa mengancam nyawamu. Kau mengerti?"
"Ya. Saya mengerti, Tuan Jericho."
"Istirahatlah untuk hari ini, sampai lukamu kering. Jangan duli bekerja. Saya memberimu izin mulai hari ini."
"Terima kasih, Tuan Jericho."
****
"Ada apa dengan tanganmu, Seina?"
Bibi Anne berjalan gontai ke arah putrinya saat ia melihat salah satu tangan Seina dibalut perban putih. Seina sedang berada di dapur untuk mengambil air minum. Bibi Anne mendekat, kemudian meraih tangan Seina secara perlahan.
"Di mana kau terluka? Kenapa tidak berhati-hati? Lihatlah tanganmu sekarang. Jika begini, kau tidak bisa mengerjakan tugas di rumah ini, Seina."
"Tenang saja Ibu. Aku yang melukai tanganku sendiri."
"Apa?" raut wajah bibi Anne nampak terkejut dengan penjelasan putrinya.
"Aku sengaja memecahkan pas bunga dari kaca dan men*sukkan beberapa bagian pecahannya agar tanganku terluka dan berda*rah."
"Kenapa kau melakukannya?" tanya bibi Anne sembari memukul salah satu bahu Seina.
"Tentu saja untuk menggoda Tuan Jericho. Untuk apalagi? Lagi pula, aku berhasil Ibu. Dia telah memberiku izin untuk beberapa hari sampai luka ini kering."
Bibi Anne masih terdiam seakan tidak percaya dengan apa yang sudah Seina lakukan demi menggoda Jericho. Padahal, ada banyak cara untuk mendekati pria itu. Jangan dengan melukai diri sendiri.
"Dan lihatlah!" Seina mengangkat tangan yang terluka. "Dia yang mengobatiku juga, Ibu. Aku berhasil menggodanya, Ibu. Jangan khawatir."
Bagaimana bisa bibi Anne tidak khawatir pada putri semata wayangnya itu. Apalagi, luka Seina terlihat parah dan lumayan banyak mengingat perban yang membungkus telapak tangannya.
"Jangan lakukan itu lagi, Seina. Masih ada banyak cara untuk mendekati Jericho. Tidak perlu dengan melukai dirimu sendiri."
"Ibu ... ibu tidak ingat apa yang aku inginkan sekarang. Aku sedang mengejarnya. Mengejar perhatian dan perasaannya. Maka dari itu, aku akan mengorbankan jiwaku untuk mengejarnya, Ibu. Tidak ada yang gratis di dunia ini, bahkan untuk diri kita sendiri, Ibu."
****
yg pinter disini cuma Jeremy 👍😤
kau masuk dalam jerat wanita siluman itu 😏🤨
bahkan kau tak memikirkan perasaan orang tua mu yg ingin sekali bertemu Velicia disaat terakhir nya 😡😡
jika bertemu Valencia dalam keadaan yang lebih baik dan begitu bahagia 🙂