tentang Gueen, wanita 18 tahun yang terpaksa harus tinggal dengan kakak tirinya karena sebuah alasan.
hidup Gueen di penuhi dengan lika-liku yang menyakitkan. Dia berpikir tinggal dengan Kalindra yang tak lain Kakak tirinya akan membuat hidupnya jauh lebih baik, tapi ternyata tidak.
Kalindra malah membencinya. Setiap hari dilalui Gueen dengan makian-makian dan makian. Karena KaIindra sangat membenci Gueen, karena dulu Ibu Gueen merebut ayahnya hingga sekarang dia melampiaskan amarah dan kekesalannya pada adik tirinya.
Berbeda dengan Kalindra yang membenci Gueen, Gueen malah mempunyai perasaan yang aneh pada kakanya sendiri. Bukan perasaan semacam sayang adik pada kakanya tapi perasaan yang lain, seperti perasaan Cinta pada lawan jenis. Tapi, di sisi lain Gueen pun sadar Kalindra adalah kakanya.
Tanpa mereka duga ada rahasia di balik kisah keluarga mereka. Mampukan Gueen bertahan bersama adik Kalindra di tengah kebencian Kalindra padanya. Ataukan Gueen akan pergi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Gengs maafin baru update ya, anakku dua duanya sakit dan otor juga sedikit tumbang. Kalau kalian mau kasih jajan buat penyemangat Otor bisa banget ya ke dana atau ke shope di no 088222277840 mau 1000 pun ga apa2 otor terima dengan senang hati. Otor anggep sebagai penyemangat. Sekarang aku updaoet dua bab, seperti biasa ya jangan lupa like sama komen biar bsok dobel up lagi.
”Apa itu Joseph?” tanya Helmia. Sebelum Joseph menyembunyikan hasil tes DNA itu, Helmia sudah terlebih dahulu melihat kertas di tangan Joseph.
“Oh, ini hasil nilai mahasiswa-mahasiswiku,” jawab Joseph. Jantungnya berdegup dengan kencang, tapi dia berusaha tenang sebab semakin dia gugup, semakin sang ibu penasaran.
"Mommy mau melihatnya?" tanya Joseph, dia bertanya seperti itu agar Helmia tidak curiga.
"Tidak, kenapa juga Mommy harus melihat hasil itu? Mommy hanya ingin mengatakan, tolong jangan mendiamkan Soraya. Katakan jika kau kesal dengan adikmu, jangan mendiamkannya seperti ini," ucap Helmia.
"Mommy, aku ini hanya lelah. Mommy tahu bukan, aku baru saja membuka kafe dan juga baru mengajar di kampus, jadi aku butuh istirahat. Mommy mengerti, 'kan, maksudku?" tanya Joseph.
"Ya sudah kalau begitu, Mommy keluar." Helmia pun berbalik kemudian wanita paruh baya itu memutuskan untuk keluar dari kamar putranya, membuat Joseph menghela napas lega.
"Belum saatnya aku memberitahumu, aku harus mencari tahu semuanya dulu." Joseph tidak mungkin bertindak gegabah, dia harus memastikan semuanya dan sekarang dia ingin mencari tahu tentang Gueen.
Joseph merogoh saku kemudian mengutak-atik ponselnya, lalu menelepon Jena, tapi lagi-lagi ponsel Jena tak bisa dihubungi.
***
Satu bulan kemudian.
Waktu begitu cepat. Tidak terasa, ini sudah satu bulan berlalu semenjak Kalindra menghajar Gueen, dan juga sudah satu bulan ini Gueen dirawat di rumah sakit. Selama dirawat, Salsa dan Nino terus mendampingi wanita itu.
Kondisi Gueen sekarang sedikit membaik, tapi luka memar di tubuhnya masih belum menghilang. Tangan Gueen masih belum bisa bergerak, dan Gueen juga masih belum bisa berjalan dengan normal, sebab kakinya masih terasa nyeri dan semalam, Gueen merasa ingin pulang. Gueen mulai merasa tidak enak pada Salsa dan juga pada Nino yang terus menjaganya, sedangkan mereka tahu bahwa Salsa dan Nino adalah orang yang sibuk.
Beberapa kali Gueen mendengar Nino membatalkan meeting demi menjaganya, dan Gueen merasa dia tidak boleh terus merepotkan kedua pasangan suami istri itu, hingga akhirnya dia meminta pulang, tapi tentu saja dia tidak ingin pulang ke apartemen Kalindra, dia meminta sebuah tempat lain.
Beberapa kali Salsa dan Nino mengajaknya untuk pergi ke Rusia, tapi Gueen menolak. Entah kenapa, Gueen merasa lebih betah tinggal di sini, sebab jika dia kembali ke Rusia, dia akan selalu mengingat ayah dan ibunya. Setidaknya di sini dia tidak harus selalu memikirkan kedua orang tuanya.
Bagi Gueen, lebih menyakitkan ditinggal orang tuanya pergi tanpa alasan daripada dihajar oleh Kalindra.
"Kau yakin ingin pulang sekarang?" tanya Salsa. Beberapa kali dia membujuk Gueen untuk tetap dirawat, tapi tentu saja Gueen tidak mau hingga pada akhirnya Salsa memutuskan untuk menuruti keinginan Gueen.
Salsa seperti mempunyai beban moral. Tentu saja karena semua ini akibat putranya. Selama satu bulan ini, Salsa juga belum menemui Kalindra. Dia mungkin akan menemui putranya sebelum mereka pulang, karena walau bagaimanapun Salsa tidak bisa bertindak gegabah. Walaupun tidak membenarkan apa yang Kalindra lakukan pada Gueen, tapi lama-kelamaan Salsa mengerti bahwa Kalindra seperti ini karena trauma di masa lalu, dan jika dia bersikap keras pada Kalindra, mungkin saja Kalindra akan lebih melukai Gueen, dan dia harus berbicara dari hati ke hati bersama putranya.
Dan tentu saja ketika Gueen meminta untuk tinggal di apartemen lain, Salsa menurutinya. Dia juga akan menyiapkan beberapa pelayan untuk mengurus Gueen. Dia tidak ingin Gueen merasakan kesusahan lagi, dan ini juga sebagai bentuk tanggung jawab Salsa atas apa yang dilakukan oleh Kalindra.
"Bibi, terima kasih selama sebulan ini sudah menemaniku di sini, tapi Bibi, aku tahu Bibi orang sibuk, Paman juga orang sibuk, jadi pulanglah ke Rusia, aku tidak apa-apa di sini sendiri. Terima kasih juga sudah menyediakan apartemen dan juga sudah menyiapkan semua fasilitas. Aku tidak tahu bagaimana membalas Bibi dan Paman." Bulir bening langsung terjatuh dari pelupuk mata Gueen, begitupun dengan Salsa. Dia merasa pedih ketika mendengar Gueen mengatakan itu.
Selama sebulan ini, Gueen tidak pernah membahas kejadian itu, dan psikiater mengatakan bahwa mungkin Gueen sedikit trauma jika mengingat tentang lelaki itu, hingga Salsa pun tidak pernah membahas Kalindra di depan Gueen.
"Kau yakin tidak apa-apa Bibi dan Paman ke Rusia?" tanya Salsa yang memastikan.
"Aku mungkin akan beristirahat selama satu tahun. Aku berjanji jika aku sudah bekerja nanti, aku akan membalas semuanya, aku akan membayar semua yang Bibi berikan padaku, dan juga ...." Gueen menghentikan ucapannya, suaranya tenggelam oleh tangisan.
Salsa mengerti betul perasaan macam apa yang dirasakan oleh Gueen. Tidak mudah untuk menjadi Gueen di mana ditinggalkan tanpa alasan, dan juga menerima kebencian dari Kalindra.
Beberapa hari kemudian.
Akhirnya, Gueen keluar dari rumah sakit. Dia masih belum bisa berjalan karena satu kakinya masih tidak bisa digerakkan, tangannya juga masih menggunakan gips sedangkan pergelangan tangan kirinya masih terasa ngilu untuk digerakkan, karena saat itu Kalindra juga menginjak-nginjak pergelangan tangannya.
Sejatinya, siksaan yang diberikan Kalindra saat itu begitu luar biasa hingga setelah satu bulan dirawat pun, fisik Gueen masih tetap sama, hanya luka di wajahnya saja sudah memudar.
Sekarang, di sinilah Gueen berada, di sebuah apartemen yang disiapkan Salsa dan juga Nino. Apartemen Kalindra dan apartemen Gueen sangat jauh, bahkan mungkin menempuh waktu dua jam, apalagi sekarang mereka berbeda kota. Salsa menyiapkan pelayan dan penjaga, untuk berjaga-jaga jika Kalindra melakukan hal nekat lagi.
Saat membuka pintu apartemen, Gueen menatap takjub pada apartemen yang akan ditinggalinya. Bagaimana tidak, apartemen itu bahkan lebih mewah daripada apartemen Kalindra, dan Gueen juga disambut oleh dua pelayan yang akan menemaninya dan juga melayaninya.
***
Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam.
Pada akhirnya, Salsa dan Nino harus pergi dari apartemen Gueen. Mereka akan pulang besok pagi karena mereka juga meninggalkan banyak sekali pekerjaan di Rusia, dan sekarang mereka memutuskan untuk pamit pada Gueen. Sebelum mereka pergi, mereka akan menemui Kalindra terlebih dahulu.
Salsa menekuk kakinya, menyetarakan diri dengan Gueen yang sedang duduk di kursi roda.
"Gueen, Bibi pulang, kabari jika terjadi sesuatu denganmu atau kau butuh apapun. Kau sudah memegang kartu kredit dan lain-lain, jadi tidak usah sungkan, gunakan itu untuk keperluanmu," ucap Salsa.
Mata Gueen berkaca-kaca. "Terima kasih," ucap Gueen.
Salsa tersenyum kemudian menghapus air mata Gueen. Terbuat dari apa hati wanita ini yang masih begitu kuat setelah diterpa cobaan yang bertubi-tubi.
"Bibi berjanji Bibi akan melindungimu." Setelah itu, Salsa pun menegakkan tubuhnya.
"Paman berjanji Paman akan menemui ayahmu, dan Paman akan membawa ayahmu ke hadapanmu," kata Nino karena dia pun sudah mengetahui posisi Kevin yang sekarang sedang berada di luar negeri, dan dia akan menyusul Kevin untuk mempertanyakan semuanya.
Mendengar itu, tangis Gueen yang tadi hanya berupa isakan, menjadi tangisan yang sangat kencang. Dia sungguh berharap, dia bisa bertemu lagi dengan ayah ibunya.
ranjang adlh tmpt penyelesaian masalah suami istri 🤭