NovelToon NovelToon
Berondong Itu Adik Tiriku

Berondong Itu Adik Tiriku

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Berondong / Ketos / One Night Stand / Nikah Kontrak / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: NinLugas

Veltika Chiara Andung tak pernah membayangkan hidupnya akan jungkir balik dalam sekejap. Di usia senja, ayahnya memutuskan menikah lagi dengan seorang perempuan misterius yang memiliki anak lelaki bernama Denis Irwin Jatmiko. Namun, tak ada yang lebih mengejutkan dibanding fakta bahwa Denis adalah pria yang pernah mengisi malam-malam rahasia Veltika.

Kini, Veltika harus menghadapi kenyataan menjadi saudara tiri Denis, sambil menyembunyikan kebenaran di balik hubungan mereka. Di tengah konflik keluarga yang rumit, masa lalu mereka perlahan kembali menyeruak, mengguncang hati Veltika.

Akankah hubungan terlarang ini menjadi bumerang, atau malah membawa mereka pada takdir yang tak terduga?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NinLugas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cinta Pertama Denis

Dua belas tahun yang lalu, di sebuah restoran kecil dengan suasana klasik, suara denting piano mengalun lembut. Veltika kecil, berusia 12 tahun, duduk di depan piano dengan penuh konsentrasi. Jemarinya yang mungil menari di atas tuts, memainkan melodi indah yang memenuhi ruangan. Di sampingnya, sang ibu tersenyum bangga, sesekali membelai rambut hitam panjang Veltika yang terurai rapi.

Di sudut lain restoran, seorang bocah laki-laki berumur 7 tahun dengan rambut pirang keemasan duduk memperhatikan Veltika dengan tatapan kagum. Matanya yang besar berbinar, seolah terpesona oleh gadis kecil yang tengah memainkan piano dengan senyum riang di wajahnya. Dia tidak tahu siapa gadis itu, tapi melodi yang dimainkan Veltika seolah menghipnotisnya.

Bocah kecil itu mendekat, berdiri tak jauh dari piano, terus memperhatikan tanpa berani menyapa. Hatinya yang polos terpesona oleh sosok Veltika kecil yang tampak begitu anggun dan bahagia di dunia kecilnya sendiri.

Ketika lagu berakhir, Veltika menoleh ke arah bocah itu dan tersenyum. Senyum yang membuat si bocah terdiam, merasakan sesuatu yang asing tapi menyenangkan. Bocah itu belum tahu bahwa hari itu adalah awal dari kisah panjang yang akan mempertemukan mereka kembali dengan cara yang tak pernah mereka duga.

Denis kecil, bocah berusia 7 tahun dengan rambut pirang keemasan, tidak pernah lupa hari itu—hari di mana ia merasakan perasaan yang belum pernah ia mengerti sebelumnya. Saat pertama kali melihat Veltika, gadis berusia 12 tahun yang duduk di depan piano, memainkan melodi indah dengan senyum yang seolah membuat waktu berhenti.

Di usianya yang masih belia, Denis belum memahami arti cinta. Tapi saat melihat Veltika yang duduk anggun di samping ibunya, ada sesuatu yang bergejolak di hatinya. Tatapan polosnya terus terpaku pada gadis itu, seolah dunia di sekitarnya menghilang.

Ketika Veltika menyelesaikan lagunya dan menoleh, memberi senyum kecil kepada Denis, bocah kecil itu merasakan jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya. Senyuman itu tertanam dalam ingatannya, menjadi momen yang ia simpan jauh di dalam hati kecilnya.

Sejak hari itu, Denis kecil tahu bahwa Veltika adalah cinta pertamanya, cinta yang tak pernah ia ungkapkan, cinta yang ia bawa tumbuh seiring berjalannya waktu. Dia jatuh cinta pada gadis yang lebih tua darinya, gadis yang tak pernah tahu bahwa ada seorang bocah kecil yang diam-diam menyimpan rasa. Rasa yang akan tumbuh semakin dalam, seiring langkah-langkah waktu yang mempertemukan mereka kembali sebagai dua orang dewasa.

"Hi, adik kecil, nama kamu siapa?" tanya Veltika dengan senyum manisnya, kedua matanya berbinar penuh rasa ingin tahu.

Denis kecil hanya terdiam. Bibirnya yang mungil seolah membeku, sementara matanya tak lepas menatap Veltika. Ada sesuatu yang berbeda dari gadis ini—wajahnya begitu cantik, dengan rambut hitam tergerai rapi, dan suara lembutnya seperti alunan musik yang baru saja ia mainkan.

Veltika mengerutkan kening, merasa aneh karena bocah itu tak menjawab. "Kamu kenapa diam? Tidak mau berteman denganku?" godanya sambil sedikit membungkuk agar bisa menatap mata Denis.

Denis kecil menelan ludah. Jantungnya berdegup kencang, seolah ribuan kupu-kupu beterbangan di dalam perutnya. Tapi kata-kata seakan tertahan di tenggorokannya. Ia hanya bisa menggeleng pelan, tanpa sepatah kata pun keluar.

Veltika tersenyum lagi, lalu menepuk pelan kepala Denis. "Baiklah, kalau kamu malu, aku panggil kamu... ‘Adik Kecil’ saja, ya. Sampai kamu mau kasih tahu namamu."

Denis kecil masih diam, tapi dalam hati ia berkata, "Namaku Denis... dan aku ingin selalu bertemu kamu lagi."

Saat Veltika kecil tersenyum pada Denis, tiba-tiba suara benda jatuh mengagetkan semua orang di restoran. Veltika menoleh ke belakang, matanya membelalak. Ibu kandungnya terjatuh, terkulai lemas di lantai dengan wajah pucat.

"Ibu!" teriak Veltika histeris. Air matanya langsung mengalir saat ia berlari mendekati sang ibu yang tak sadarkan diri. Orang-orang di sekitar mereka mulai berkerumun, memberikan ruang, sementara seorang pelayan bergegas memanggil ambulans.

Denis kecil yang masih berdiri di tempatnya hanya bisa memandang. Ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi, tetapi hatinya ikut bergetar melihat Veltika menangis tersedu-sedu sambil menggenggam tangan ibunya. Matanya yang tadi berbinar kini penuh kesedihan.

Perlahan, Denis mendekat, meski ia ragu apa yang bisa dilakukannya. Dengan tangan kecilnya, ia mencoba meraih tangan Veltika yang gemetar.

"Kakak… jangan nangis," ucapnya pelan dengan suara serak, nyaris berbisik. Namun, Veltika terlalu larut dalam tangisannya, tak mendengar suara Denis yang lemah.

Di tengah kekacauan itu, satu hal terpatri di hati Denis kecil, ia ingin melindungi Veltika. Ia ingin membuat gadis itu tersenyum lagi, seperti senyuman indah yang pertama kali ia lihat.

Denis kecil menoleh ke belakang, matanya masih tertuju pada Veltika yang menangis di samping ibunya. Namun, tangan ayahnya menggenggam erat, menariknya keluar dari restoran dengan langkah tergesa.

"Ayo, Denis. Kita harus pulang," suara ayahnya terdengar tegas, nyaris seperti perintah.

Di luar restoran, malam terasa dingin. Denis menggigit bibirnya, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Sebelumnya, ia sempat melihat ayahnya berbicara dengan seorang wanita—ibu Veltika—di sudut ruangan. Percakapan mereka tidak berjalan baik. Suara mereka perlahan meninggi, meski Denis kecil tidak sepenuhnya mengerti apa yang mereka perdebatkan.

"Kamu tidak akan pernah bisa menghalangi!" suara terakhir dari wanita itu terngiang di telinga Denis sebelum mereka berdua meninggalkan tempat itu. Ayahnya tampak marah, wajahnya menegang dengan rahang mengatup erat.

"Ayah, siapa wanita itu?" Denis bertanya pelan, penuh rasa ingin tahu.

"Bukan urusanmu, Denis," jawab ayahnya singkat, tanpa menoleh. "Lupakan saja."

Tapi Denis kecil tidak bisa melupakan. Pertengkaran itu, air mata Veltika, dan rasa sedih yang menyelimuti malam itu terpatri kuat di benaknya. Sejak malam itu, ia menyimpan satu kenangan pahit, sebuah teka-teki yang baru ia sadari nanti, memiliki hubungan erat dengan keluarganya sendiri.

Pertemanan antara ibu Veltika dan ibu Denis dulunya begitu erat, seperti saudara yang tidak terpisahkan. Keduanya tumbuh bersama, berbagi mimpi dan rahasia, hingga akhirnya mereka menikah dan membangun keluarga masing-masing. Namun, sebuah tragedi mengubah segalanya.

Kecelakaan maut itu terjadi lima tahun lalu, ketika ibu Denis dan ibu Veltika sedang dalam perjalanan menuju sebuah acara amal. Mobil mereka tergelincir di tikungan tajam, menghantam pohon besar di tepi jalan. Ibu Denis meninggal di tempat, sementara ibu Veltika selamat meski mengalami luka berat yang membuatnya harus dirawat berbulan-bulan di rumah sakit.

Sejak saat itu, ayah Denis selalu menyalahkan ibu Veltika. Baginya, ibu Veltika adalah penyebab kematian istrinya. Ia percaya bahwa andai saja ibu Veltika tidak memaksa istrinya ikut dalam perjalanan itu, kecelakaan tersebut tidak akan pernah terjadi.

Namun, ada satu hal yang tidak pernah diketahui siapa pun kecuali ayah Veltika, kecelakaan itu bukan sepenuhnya kecelakaan. Di balik semua tragedi tersebut, ada rahasia gelap yang disembunyikan.

Ayah Veltika tahu bahwa rem mobil yang dikendarai ibu mereka rusak, bukan karena kecelakaan biasa, melainkan sabotase. Tapi hingga kini, ia memilih diam, tidak ingin memperburuk hubungan antara kedua keluarga yang sudah retak.

Kini, Veltika dan Denis tidak pernah tahu bahwa masa lalu orang tua mereka saling terhubung dengan cara yang rumit. Mereka hanya mewarisi rasa benci, dendam, dan kesedihan yang ditinggalkan oleh generasi sebelumnya, tanpa menyadari bahwa mereka mungkin menjadi kunci untuk menyatukan atau menghancurkan segalanya.

1
Widyasari Purtri
q mampir kak.setangkai mawar untukmu
NinLugas: terimakasih
total 1 replies
Nikodemus Yudho Sulistyo
Menarik. pasti lebih banyak intrik nantinya. lanjut...🙏🏻🙏🏻
NinLugas: iya ni mau lanjut nulis lg, semngt juga kamu ka
Nikodemus Yudho Sulistyo: tapi menarik kok. semangatt...
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!