Sania Ayunda Wirawan dan Yuki Yuspika adalah sahabat sejak kecil. Bukan hanya mereka, akan tetapi orang tua mereka juga bersahabat dekat. Bahkan mereka juga sama-sama terlahir dari keluarga terhormat dan sangat terpengaruh di kota mereka.
Mereka gadis yang sangat berprestasi dan kuliah di Fakultas ternama. Begitu banyak pria mengantri untuk mendapatkan cinta mereka. Namun, siapa sangka mereka malah jatuh cinta dengan pria yang berumur lebih tua dari mereka.
Bahkan berbagai cara telah mereka lakukan untuk mendapatkan cinta dari pria yang berhasil merebut hati mereka sejak kecil. Walaupun selalu di acuhkan, akan tetapi tidak ada kata menyerah untuk mereka. Mereka akan terus berjuang sampai mereka mendapatkan pria yang mereka idam-idamkan sejak kecil.
Apakah kedua sahabat itu bisa mendapatkan hati pujaan hati mereka?
Yuk saksikan perjuangan cinta dan aksi kocak mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elprida Wati Tarigan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 10
Yuki dan Sania menghabiskan waktunya sepulang kampus di salon favorit mereka. Kedua sahabat itu memanjakan diri dengan memberikan perawatan kesuluruh tubuhnya. Tentu saja mereka tidak mau kelihatan buruk di acara pesta nanti. Apalagi Sania, dia harus terus tampil cantik untuk memikat hati Bisma. Sedangkan Yuki tentu saja berdandan cantik untuk Aldan. Dia ingin Aldan terpesona melihat kecantikannya di pesta nanti malam.
"Apa aku sudah cantik?" ucap Yuki memutar tubuhnya di depan Sania.
Dengan di baluti gaun berwarna merah selutut membuat kecantikan Yuki semakin terpancar. Gaun berwarna merah nampak sangat cocok dengan kulit putihnya. Di tambah lagi dengan make up tipis dan rambut ikalnya di biarkan terutai begitu saja. Rambut panjangnya di hiasi dengan jepit rambut yang di taburi berlian sehingga membuat wajahnya tampak lebih cerah mempesona.
"Kau sangat cantik. Aku yakin Kak Aldan akan terpesona dengan kecantikanmu," ucap Sania menatap kagum kecantikan Yuki.
Sedangkan Sania mengunakan gaun merah panjang tanpa legan yang memiliki belahan sampai ke atas sepertiga pahanya. Rambut panjangnya di ikat satu dan dia memakai kalung dan anting berlian, sehingga membuat penampilannya nampak begitu elegan. Wajahnya di rias dengan make up sedikit tebal dan senada dengan warna gaunnya.
"Kau bisa saja! kau juga terlihat sangat cantik. Bahkan kau sangat cocok berdampingan dengan Kak Bisma," ucap Yuki menatap penampilan Sania.
"Tentu saja! Aku adalah Sania Ayunda Wirawan. Jadi kecantikanku akan selalu terpancar di manapun dan kapanpun," ucap Sania dengan pedenya.
"Idihh! Lama-lama kau sama seperti Aulya," ucap Yuki mengingat tingkat kepedean Aulya yang sangat tinggi.
"Ha... ha... kau ini. Aku jadi merindukan sepupuku yang satu itu," ucap Sania mulai merindukan si centil Aulya.
"Ia! aku juga merindukannya. Kapannya kita bisa berkumpul seperti dulu lagi," ucap Yuki tersenyum kecil mengingat kenangan masa kecilnya.
"Sudahlah! ayo kita brangkat. Lihat sudah jam berapa ini. Nanti si centil itu terus bersin karena kita," ucap Sania merangkul tangan Yuki dan keluar dari salon itu secara bersama-sama.
Sania dan Yuki pergi ke lokasi pesta menggunakan mobil yang sama. Sebelum pergi mereka menghubungi orang tua mereka masing-masing agar tidak menunggu mereka. Mereka akan bertemu dengan orang tua mereka di lokasi pesta saja. Karena mengingat jam sudah menunjuk ke pukul setengah tujuh malam. Jika mereka harus kembali ke rumah terlebih dahulu sudah di pastikan mereka akan terlambat datang ke pesta.
Sesampainya di lokasi gedung pesta, Sania langsung menepikan mobilnya. Yuki yang duduk di sampingnya hanya menatap kemeriahan gedung itu sambil mengatur napasnya. Dia menarik napasnya pelan dan bersiap untuk bertemu dengan pujaan hatinya. Sedangkan Sania, langsung menatap satu persatu tamu yang datang memasuki gedung itu. Namun, dia belum melihat jejak Bisma di sana, sehingga dia langsung lemas seketika.
"Ayo kita turun! itu papa, nanti kita ketinggalan," ucap Yuki menunjuk ke arah Wildan dan Shinta yang baru turun dari mobil.
"Ok!" ucap Sania tersenyum lalu turun dari mobilnya.
Mereka berjalan menghampiri Wildan dan Shinta agar masuk ke gedung secara bersamaan. Melihat kedatangan kedua bidadari itu, Wildan langsung melayangkan senyumannya. Dia menatap kecantikan Yuki dan Sania dengan tatapan penuh kekaguman.
"Putri dan keponakanku sangat cantik ya. Andai saja aku lahir tidak kecepatan, pasti aku akan mempersunting salah satu dari kalian," ucap Wildan tersenyum mengoda Sania dan Yuki.
"Tapi sayangnya, hati kami sudah milik pangeran kami. Jadi walaupun papa terlahir kembali papa tidak akan punya kesempatan untuk mendapatkan kami," ucap Yuki ketus lalu melingkar tangannya di lengan Wildan.
"Ha.. ha... kau ini," ucap Wildan terkekeh kecil lalu mencubit kecil hidung mancung Yuki.
Tidak mau membuang-buang waktu, mereka berjalan secara beriringan memasuki gedung itu. Yuki dan Wildan berjalan di depan dengan tangan Yuki yang terus melingkar dengan mesra di lengan Wildan. Sedangkan Sania berjalan di belakang sambil melingkarkan tangannya di lengan Shinta.
"Tante, mama dan papa di mana ya?" tanya Sania mencari keberadaan kedua orang tuanya.
"Katanya tadi mereka berangkat terlebih dulu. Mungkin mereka sudah bergabung dengan tamu yang lainnya," ucap Shinta tersenyum.
Mendengar ucapan Shinta, Sania hanya tersenyum mengangguk. Sesampainya di aula pesta, Wildan langsung membawa mereka bergabung dengan rekan bisnisnya. Wildan dengan penuh kebanggaan memperkenalkan istri dan putrinya kepada rekan bisnisnya. Melihat kecantikan Yuki dan Aulya, para rekan bisnis Wildan langsung terpesona. Bahkan ada juga yang berniat menjodohkan putra mereka dengan mereka. Namun, Sania dan Yuki memilih untuk tidak menggubris ucapan mereka dengan alasan masih fokus dengan kuliah mereka.
Yuki yang merasa bosan dengan percakapan orang tua itu mulai merasakan kerongkongannya yang kering. Dia melihat minuman dan juga hidangan yang tersusun rapi di tengah-tengah acar pesta itu. Karena merasa bosan, Sania memilih untuk keluar dari percakapan yang membosankan itu. Dia berjalan menghampiri tempat minuman dan mengambil satu gelas jus, dan menatap kemeriahan pesta itu.
Karena fokus menatap tamu yang ada di pesta itu, Sania sampai tidak sadar jika ada sepasang mata yang memperhatikannya dari kejauhan. Seorang pria menatap penampilan Sania yang begitu seksi dengan tatapan penuh kekesalan. Dia meletakan minuman yang ada di tangannya lalu berjalan menghampiri Sania. Dia mencoba membukan jasnya dan langsung memakaikannya kepada Sania.
"Apakah kau ingin pamer keindahan tubuhmu di sini?" tanya Bisma kesal sambil menatap penampilan Sania.
Mendengar ucapan Bisma, Sania langsung tersenyum bahagia. Dia menatap Bisma dengan tatapan penuh kekaguman. Walaupun terlihat dingin dan selalu cuek kepadanya, akan tetapi ternyata Bisma selalu memperhatikannya.
"Ternyata kakak peduli juga kepadaku. Bahkan kakak tidak terima orang lain melihat tubuhku," ucap Sania menatap Bisma sambil tersenyum manja.
"Kau tidak perlu geer seperti itu. Aku hanya tidak ingin Kinan pusing karenamu," ucap Bisma ketus.
Mendengar ucapan Bisma, Sania langsung memanyunkan bibirnya kesal. Dia langsung melingkarkan tangannya di lengan Bisma lalu menyandarkan kepalanya di bahu Bisma dengan manja.
"Kakak tidak perlu berbohong. Aku tau kakak cemburu jika ada pria lain yang menatapku," ucap Sania menatap lekat Bisma.
"Otakmu ini perlu di bersihkan memang," ucap Bisma ketus sambil menjitak kecil kening Sania.
"Ingat! aku ini sahabat papamu. Jadi kau tidak perlu berharap yang lain dariku," ucap Bisma kembali sambil menyingkirkan tangan Sania dari lengannya.
"Memangnya kenapa jika kakak itu adalah sahabat papa. Bahkan jika kakak adalah adik papa, aku juga tidak perduli. Karena yang aku tau kakak adalah cinta sejatiku," ucap Sania dengan tegas.
"Baiklah! terserahmu saja," ucap Bisma ketus lalu melangkahkan kakinya meninggalkan Sania.
"Tunggu! aku akan ikut kemanapun kakak pergi," ucap Sania kembali melingkarkan tangannya di lengan Bisma.
"Aku mau bergabung dengan tamu yang lainnya," ucap Bisma membuang napasnya kasar melihat tingkah Sania.
"Tidak apa-apa. Aku akan ikut kemanapun kakak pergi. Jika tidak," ucap Sania membuka jas Bisma yang menutupi kulit mulusnya.
"Baiklah! tapi kau harus diam dan bicara seperlunya saja," ucap Bisma akhirnya mengalah.
"Gitu dong!" ucap Sania tersenyum manja dan kembali melingkarkan tangannya dengan mesra di lengan Bisma.
Sania terus menempel bagaikan perangko dengan Bisma di acara pesta itu. Bahkan melihat kemesraan mereka, banyak yang mengira jika mereka adalah pasangan kekasih. Melihat tatapan para tamu yang lainnya, tentu saja Bisma tidak merasa nyaman. Apalagi di sana ada Kinan dan juga yang lainnya, sehingga membuat Bisma menjadi besar kepala. Namun, dia juga tidak ikhlas jika Sania memamerkan tubuh mulusnya di acara pesta itu. Sehingga Bisma memilih diam dan membiarkan Sania terus menempel kepadanya.
Bersambung......