"Ceraikan suamimu dan menikahlah denganku."
Sandiwara cinta di depan layar yang Naya Andriana lakukan bersama suaminya Rayyan seorang aktor, membuat orang-orang berpikir jika rumah tangga keduanya penuh bahagia. Tanpa mereka tahu, jika rumah tangga Naya tidaklah sebahagia itu. Sering kali Rayyan berbuat kasar padanya, tanpa peduli jika dirinya sedang hamil. Kehidupan rumah tangga indah di bayangan semua orang adalah kesengsaraan baginya.
Hingga, Rayyan di penjara atas penipuan investasi yang ia lakukan. Bertepatan dengan itu, Naya terpaksa harus melahirkan sebelum waktunya. Membuat bayinya harus di rawat Di NICU. Harta di sita, dan tak ada biaya sepeserpun, Naya hampir menyerah. Sampai, pria bernama Zion Axelo datang padanya dan menawarkan sebuah bantuan.
"Karena Rayyan sangat mencintaimu, Aku ingin membalas dendamku padanya, dengan merebut cintanya." ~Zion
"Anda salah Tuan, apa yang di lihat belum tentu yang sebenarnya terjadi. Kisah cinta kami, hanya lah sandiwara." ~Naya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Baby blues?
Malam hari, Naya terus menangis dengan pikiran yang kosong. Mentalnya lelah, hatinya sakit, ia merasa dunia memojokkannya dan berharap dirinya segera menyerah. Masa kecilnya sudah tidak sebahagia orang lain, saat ini ujian hidupnya tambah sulit. Seolah, dia tak dapat merasakan bahagia dalam hidupnya.
Rayyan dan dirinya adalah teman sekolah, keduanya akhirnya terlibat asmara dan berakhir menikah setelah Rayyan lulus kuliah. Keduanya saling mencintai, hingga Rayyan menjadi aktor yang di kenali banyak orang. Awal, dimana sikap Rayyan berubah padanya.
Semua yang di tampilkan di media hanya demi popularitas pria itu. Padahal sebenarnya, rumah tangga mereka seperti sebuah kaca yang pecah. Hanya cinta Naya yang masih bertahan, berharap suatu saat nanti Rayyan kembali mencintainya.
Tapi saat ini, dia harus menghadapi kehidupan yang semakin sulit. bercerai nya dia dengan Rayyan, menikah dengan Zion dan di jadikan pion pria itu untuk membalas Rayyan. Dia yang tidak tahu apapun, harus ikut masuk ke dalam masalah yang terjadi.
Seperti malam-malam biasa, Zevan menangis meminta untuk di tenangkan. Naya sudah mencoba menyuusuinya, tapi bayi itu tetap menangis kencang. Rasanya, kepala Naya mau pecah. Dia setres menghadapi harinya yang semakin tidak karuan.
"Diamlah Zevan, kamu mau apa?" Naya memilih berdiri dan mengayunkan Zevan. Berharap, putranya itu tenang dan kembali tertidur. Hanya saja, Zevan tak mau berhenti menangis. Bahkan, wajahnya sampai merah dan suara nya pun serak.
"Zevan, Mama bilang diam! Diaaaam!" Naya berteriak kencang membentak Zevan yang belum mengerti apapun akan masalahnya. Bukannya diam, tangisan Zevan semakin bertambah keras.
Merasa lelah, Naya meletakkan Zevan begitu saja di atas ranjang dengan sedikit kasar. "BISA DIAM GAK! MAMA PUSING, DIAM SEBENTAR DULU GAK BISA HAH?!"
Sedangkan di kamar, Zion yang mendengar suara teriakan Naya langsung berlari keluar. Ia juga berpapasan dengan Raisa yang sepertinya juga mendengar teriakan Naya. Di tambah, Zira juga ternyata belum tertidur.
"Onty Nay malah-malah?" Tanya anak itu dengan tatapan polos.
Zion tak memjawab, dia memilih masuk ke kamar Naya yang untungnya pintu itu tidak terkunci. Saat melihat Naya, Zion dan Raisa begitu syok melihat keadaan Naya yang sudah tidak karuan. Bagaimana tidak kaget? Zion melihat Naya duduk di bawah ranjang sembari memegangi kepalanya dengan rambut yang berantakan. Sementara di ranjang, terlihat Zevan menangis sembari terbatuk sakit.
"Naya ...." Zion mencoba melangkah mendekati Naya, karena posisi wanita itu sedang tertunduk.
"Nay ...." Naya baru mengangkat wajahnya, dia menatap Zion dengan tatapan penuh kebencian.
"KAMU BAHKAN LEBIH JAHAT! KAMU LEBIH JAHAT! M4TIKAN AKU JIKA KAMU MAU MEMBALASKAN DENDAMMU PADA RAYYAN! M4TIKAN SAJA AKU SEKARAAAAANG!"
Zion tercengang melihat keadaan Naya saat ini, hatinya mencelos mendengar teriakan wanita itu yang memintanya untuk menghabisi nyawanya. Rasa bersalah muncul di hatinya, membuat Zion akhirnya berlutut dan berusaha menenangkan wanita itu dengan cara memeluknya.
Sementara Raisa, ia langsung mengambil Zevan dan mengajak putrinya pergi. Membiarkan Zion menenangkan Naya yang sedang ada di fase terberat dalam hidupnya.
"Tenang Naya, tenanglah." Zion berusaha membisikan sesuatu pada telinga Naya, berharap wanita itu tenang dan tak lagi berontak.
Tangisan Naya sungguh membuat hatinya tercekik sakit. Zion jadi teringat saat dirinya menangis berteriak berharap tangisannya dapat meredakan sakit di hatinya.
Selang beberapa saat, tangisan Naya mereda. Mungkin wanita itu lelah terus-terusan menangis sejak tadi. Di tambah, pelukan Zion membuatnya tenang. Naya terdiam sebentar, detik-detik terakhir sebelum dirinya terlelap tidur.
Merasa kepala Naya yang sudah lunglai, Zion langsung menahannya. Ia melihat wanita cantik dengan wajah pucat itu sudah tidur lelap. Dengan lembut, Zion menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Naya dan menghapus air mata yang membekas di wajahnya.
Tanpa mengatakan apapun, Zion meraih tubuh Naya dalam gendongannya. Kemudian meletakkan perlahan tubuh wanita itu di ranjang. Tak sampai sana, Zion juga ikut tidur di sebelah Naya dan memeluknya. Matanya, menatap lekat pada wajah cantik wanita yang saat ini berstatus sebagai istrinya kini.
"Kehidupanmu seberat apa Nay? Aku tak bermaksud membuatmu seperti ini, aku tidak tahu jika bebanmu seberat ini. Aku tidak tahu ...," Lirih Zion dengan perasaan bersalah.
.
.
.
Pagi hari Zion terbangun, dirinya melihat Naya yang memeluknya erat. Istrinya itu terlihat nyaman sekali tidur sembari memeluknya, bahkan tidurnya sangat pulas. Melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul delapan pagi, membuat Zion tak bisa terus berdiam diri. Akhirnya, dia memutuskan untuk menarik diri dari pelukan Naya.
"Sudah bangun?" Raisa masuk ke dalam kamar Naya dan menyapa Zion yang sedang duduk di tepi ranjang.
Zion tak memjawab, melainkan dia menatap Zevan yang saat ini ada di gendongan Raisa. Nayi itu tampak anteng menghisap pacifiernya, tak seperti semalam yang menangis sulit di tenangkan. Untungnya, masih ada stock asi yang Naya simpan untuk Zevan.
"Aku sudah memanggil dokter untuk Naya, siang ini mungkin dia akan datang." Ucap Raisa.
"Dokter?" Kening Zion mengerut dalam mendengar perkataan kakaknya itu.
"Ya, kamu gak sadar apa yang terjadi dengan Naya? Saat ini kondisinya sedang tidak baik-baik saja, Zion. Istrimu itu baby blues!"
Zion merasa asing dengan kata baby blues itu, karena sebelumnya ia tak pernah mendengarnya. "Baby blues?"
"Ya, aku sudah membicarakan kondisi Naya pada temanku yang seorang psikiater. Naya di duga mengalami baby blues. Jika tidak di tangani dengan cepat, dia pasti akan menyakiti dirinya sendiri atau bahkan orang di sekelilingnya."
Mendengar penjelasan kakaknya, Zion tanpak kaget. Zion jadi ingat, kerap kali Naya seolah takut akan pergerakannya di dekat wanita itu. Seolah-olah, ia akan memvkulnya.
"Apa bisa separah itu?"
"Ya, dan ini semua karenamu! Orang yang tidak bersalah harus menjadi korban keegoisanmu, Zion!"
atau jgn² mama bayi kira si raisa bini orang kali ya 🤦♀️🤣