Kasih, perempuan muda berusia dua puluh tahun terpaksa menggantikan Mia anak sang kepala desa lebih tepatnya tetangga Kasih sendiri untuk menikah dengan Rangga. Karena pada saat hari H, Mia kabur untuk menghindari pernikahannya.
Mia menolak menikah dengan Rangga meskipun Rangga kaya raya bahkan satu-satunya pewaris dari semua kekayaan keluarganya. Penolakan Mia di karenakan ia tidak suka melihat penampilan Rangga yang cupu dan terlihat seperti orang dungu.
Kasih yang di ancam oleh kepala desanya mau tak mau harus menggantikan Mia. Semua Kasih lakukan demi ketentraman hidup ia dan ibunya yang sudah sepuluh tahun menjanda. Lalu, apakah Kasih dan Rangga akan jatuh cinta? Apakah pernikahan Kasih dan Rangga akan bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 02
"Ya ampun, geli banget aku lihat suami ku ini makan." Batin Kasih, sejak tadi ia memperhatikan cara makan Rangga yang berantakan.
"Kenapa melihat ku seperti itu?" Tanya Rangga cuek.
"Makanlah dengan rapi, itu terlalu berantakan!" Kasih berkata jujur.
"Kenapa? Apa kau mau muntah melihatnya?" Tanya Rangga.
"Tidak. Bukan begitu maksud ku. Kau sudah dewasa, melihat cara makan mu itu seperti balita saja!"
"Wah, terus terang sekali ucapan mu itu...!"
"Dari pada aku memuji mu tapi berbalik dari kenyataan!"
Kasih beranjak dari duduknya, ia mengambil tisu lalu membersihkan makanan yang berserakan di atas meha makan.
"Cuci tangan mu!" Titah Kasih.
"Aku belum kenyang. Kenapa kau menyuruh ku mencuci tangan?" Protes Rangga dengan wajah kesal.
"Aku akan menyuapi mu!" Jawab Kasih.
"Aku bukan anak kecil yang tidak bisa makan sendiri....!"
"Diam dan menurutlah!" Titah Kasih dengan nada tinggi.
"Siapa kau yang berani memberi ke perintah hah?" Sentak Rangga tak kalah meninggikan suaranya.
"Aku istri mu!" Jawab Kasih tegas.
Mendengar jawaban Kasih, Rangga mendadak diam.
"Kau terlahir dari keluarga kaya, sudah pasti relasi keluarga ku sangat banyak. Tidak mungkin kau makan seperti ini depan banyak orang. Jika di rumah mu sendiri, terserah kau mau makan jungkir balik atau salto sekalian!"
"Kau mengomeli ku kah?" Tanya Rangga pelan.
"Aku tidak mengomeli mu. Aku hanya memberitahu mu. Jika bukan karema ancaman pak Rahman, sudah pasti aku akan sama seperti Mia. Melarikan diri....!"
Rangga mengerutkan keningnya, ia tidak tahu jika Kasih di paksa menikah dengannya.
"Silahkan kalau mau pergi," ujar Rangga acuh. "Kau minta cerai kah?" Tanyanya.
"Tidak. Bukan itu maksud ku. Biar bagaimana pun cita-cita ku hanya ingin menikah sekali seumur hidup."
"Kau menerima ku apa adanya atau karena uang ku?" Tanya Rangga dengan wajah polosnya.
Kasih memejamkan mata sejenak lalu menarik nafas panjang.
"Sabar kasih," ucap Kasih pelan lalu tersenyum. "Bukankah tadi ku bilang aku terpaksa karena di ancam?"
"Oh, begitu ya. Ya sudah. Aku mengantuk, aku mau tidur!"
Dengan lenggang santai tanpa dosa Rangga meninggalkan meja makan dan menuju kamarnya.
"Oh Tuhan, benarkah jodoh ku seperti ini?" Tanya Kasih sambil menengadahkan wajahnya.
Kasih meletakan piring ke atas meja lalau pergi menyusul Rangga. Di saat ruang makan sepi, bi Warti keluar.
"Hallo bu,.......!!"
Bi Warti sebagai asisten rumah tangga juga merangkap sebagai mata-mata di rumah ini. Ia melaporkan apa yang ia lihat barusan pada sang majikan.
Kembali ke Kasih, saat ia masuk ke dalam kamar, ekspresi wajah Kasih mendadak berubah.
"Apa-apaan ini?, kenapa ada lagu nina bobo?"
"Aku tidak bisa tidur jika tidak mendengar lagu nina bobo," jawab Rangga sungguh membuat Kasih tercengang.
"T-tapi mas Rangga sudah dewasa," ujar Kasih.
"Tapi ini semua sudah kebiasaan ku!" Sahut Rangga.
Kasih menggaruk kepalanya tak gatal, baru satu hari ia tinggal di rumah ini sudah membuat otaknya kebingungan.
"Terserahlah. Aku mau tidur!" Ujar Kasih yang berjalan ke arah sofa.
"Kenapa kau duduk di sana?" Tanya Rangga.
"Aku akan tidur di sini," jawab Kasih dengan polosnya.
"Bukankah kita sudah menikah?, seharusnya kita tidur bersama malam ini. Apa lagi ini malam pertama kita!''
Kasih menepuk jidatnya, tidak mungkin ia akan tidur dengan laki-laki yang baru ia kenal meski itu pria tersebut suaminya.
"Harus ya seperti itu?" Tanya Kasih dengan polosnya.
"Kenapa?" Tanya Rangga dengan suara dingin, "apa karena fisik ku seperti ini sehingga kau tidak mau tidur bersama ku?"
Kasih hanya diam, ia teringat akan ucapan sang ibu yang mengatakan jika ia harus menurut dengan suaminya meskipun mereka tak saling kenal dan cinta.
"Iya, maafkan aku. Aku akan tidur bersama mu. Tapi, tolong jangan mengatakan apa pun tentang fisik."
Kasih menuju ranjang milik suaminya, mau tidak mau ia tidur di sana. Bukan perkara tidur, hanya saja Kasih takut jika Rangga melepas keperawanannya.
Ternyata Rangga tidur dengan membelakangi Kasih.
"Kau tenang saja. Aku tidak akan menyentuh mu," ucap Rangga sungguh membuat Kasih merasa lega.
"Maafkan aku!"
"Tidak perlu minta maaf. Aku mengerti....!"
Keduanya memejamkan mata, di malam pertama tanpa cinta dan ranjang berirama.
Malam telah berganti pagi, Saat Rangga bangun ia sudah tak mendapati Kasih di sampingnya.
"Ke mana si miskin itu?" Rangga bertanya-tanya.
Rangga keluar dari kamar, pria ini mencari Kasih yang ternyata ada di dapur.
"Hei,...sedang apa kau di dapur ku?" Tanya Rangga mengejutkan Kasih.
"Sedang melukis!" Jawab Kasih bercanda, "ya sedang masak lah!"
"Bi, awasi dia. Jangan-jangan dia nanti meracuni ku akibat di paksa menikah dengan ku!"
"Eeeh,....iya mas!"
"Wah, tidak boleh berpikir buruk pada ku. Meskipun aku di paksa menikah dengan mu tapi aku sama sekali tidak memiliki pemikiran sampai ke situ." Ujar Kasih membela diri.
"Oh begitu ya. Buatkan aku susu!" Titah Rangga. Pria ini kemudian berlalu begitu saja.
"Ini susu yang biasa di minum mas Rangga," ujar bi Warti memberitahu.
Kasih tertawa saat melihat kotak susu tersebut yang ternyata susu untuk anak-anak usia lima tahun.
"Lama-lama aku gila," ucap Kasih.
Bi Warti hanya diam saja, ia sibuk mengambil alih masakan Kasih. Tak berapa lama Kasih keluar dengan membawa segelas besar susu untuk suaminya.
"Ini susu mu mas!" Ujar Kasih.
"Hiiiih,.....!" Rangga langsung menyilangkan kedua tanganya di dada.
"Eh, kenapa?" Tanya Kasih heran.
"Itu susu sapi atau susu mu yang kau peras sendiri?" Tanya Rangga tidak masuk di akal.
Kasih tercengang saat mendengar ucapan Rangga.
"Ibu,....Kasih mau pulang bu!" Teriak Kasih stres.
"Kasih masih anak mami....!" Seru Rangga.
"Terserah apa kata mu wahai suami ku. Sekarang minum susu mu setelah itu mandi.Aku akan menyiapkan pakaian mu!"
"Jangan.....!!" Seru Rangga.
"Apanya yang jangan?" Tanya Kasih heran.
"Jangan menyiapkan pakaian apa pun untuk ku. Aku bisa sendiri," jawab Rangga kemudian meminum susunya sampai habis lalu pergi ke kamar.
"Aneh.....!!"
Kasih menggaruk kepalanya tak gatal, ia semakin merasa aneh saat melihat-lihat isi rumah mewah ini yang tak ada satu pun foto Rangga apalagi foto keluarga mereka.
"Orang kaya tapi kok gini ya....?" Kasih semakin bingung.
Kasih tak mau berpikir aneh-aneh, ia kembali ke dapur untuk membantu bi Warti menyiapkan sarapan pagi.
"Mbak Kasih gak usah melakukan pekerjaan apa pun di rumah ini," ujar bi Warti membuat Kasih heran.
"Memangnya kenapa bi?" Tanya Kasih.
"Nanti kalau ketahuan sama bu Hesti, bibi yang di marahin. Secara mbak Kasih adalah menantu di rumah ini."
"Gak usah di dengerin bi. Aku sudah biasa membantu pekerjaan rumah."
"Tapi tetap saja mbak Kasih menantu di rumah ini. Bibi merasa gak enak!"
"Udah, santai aja bi....!!