Revan Santiago adalah seorang pemuda biasa yang telah menjadi menantu mitralokal di keluarga Barnes. saat ini, dia sedang berjuang untuk mencari biaya untuk pengobatan ibunya dirumah sakit. ketika dia meminta bantuan kepada temannya, Revan bukan hanya tidak mendapatkan pinjaman namun, dia malah di pukuli hingga sekarat. dalam kondisi sekarat dia tiba-tiba mendapat warisan, "Selamat datang pewaris Dewa semesta!" tiba-tiba Revan mendengar suara seorang pria tua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rudoelf Nggeok, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Laura Di Lamar Pria Lain
Dian tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Jessie. Awalnya, dia takut jika kedua orang itu adalah miliarder tersembunyi.
"Benar-benar memalukan!" Dian berkata dengan sombong, "Kalian berdua ingin membeli Rolls-Royce dan Maybach? Dalam mimpi!"
Revan tidak memedulikan wanita itu dan berkata, "Masih terlalu dini bagimu untuk bahagia. Saya salah mengambil kartu!"
Setelah itu, Revan mengeluarkan kartu hitam VIP yang di berikan oleh Herry Samos dari sakunya dan berkata pada Jessie, "Maaf Nona Jessie, bayar dengan kartu ini!"
"Apakah ini kartu bank?" tatapan Dian tertuju pada kartu hitam ditangan Revan, lalu memperhatikan perbedaannya dari kartu biasa. Namun, dia tidak menyangka bahwa itu adalah kartu VIP keluarga Samos. Karena kartu seperti itu hanya ada tiga di kota Renville.
"Apa ini kartu keanggotaan dari sebuah toko? Apakah anda ingin membodohi kami?" bentak Dian.
Sesaat kemudian terdengar suara BIP pertanda pembayaran berhasil. Semua orang yang ada disana tercengang termasuk Jessie.
Setelah terkejut karena pembayaran berhasil, wanita itu sangat gembira. Tangannya gemetar saat mengembalikan kartu hitam itu kepada Revan. "Tuan, pembayaran sudah di lakukan. Total pembayaran kedua mobil itu sebanyak dua puluh juta Dollar. Kami akan segera memproses surat-surat yang di perlukan. Mohon tunggu sebentar."
Revan pun mengambil kembali kartu itu sambil tersenyum. Dia kemudian menoleh kearah Dian dengan ekspresi jail dan berkata, "Nona Dian, sudah saatnya memenuhi janji anda."
Dian gemetar dan ekspresinya berubah. Dia tidak menyangka bahwa kartu Hitam yang mirip seperti kartu keanggotaan sebuah toko, ternyata bisa bertransaksi puluhan juta Dollar.
Segera setelah itu, dia berkata dengan tidak percaya, "Pasti ada yang tidak beres dengan mesin itu. bagaimana bisa orang udik itu memiliki begitu banyak uang?"
"Kak Dian, mesin itu baik-baik saja." kata Jessie dengan nada datar.
Di sisi lain, wajah Tiago Finn menjadi masam.
Revan cukup murah hati untuk membeli Rolls-Royce dan Maybach keluaran terbaru. Dia mengejutkan semua petinggi showroom mobil itu. setelah mengetahui bahwa ada seorang pelanggan langsung membeli satu unit mobil sport Rolls-Royce dan satu unit mobil mewah Maybach, manager showroom itu segera datang dan berkata, "Tuan, silahkan menunggu di ruang VIP khusus yang telah kami sediakan untuk anda berdua. Kami akan segera memproses surat-surat dan lainnya untuk anda."
Sambil melambaikan tangannya, Revan berkata, "Seseorang telah berjanji, jika saya bisa membeli mobil itu, maka dia akan memakan tai di hadapan saya. Saya tidak mungkin melewatkan pertunjukan yang begitu bagus, kan?"
Manager tersebut langsung mengalihkan pandangannya kepada Dian, "Kamu mengatakan itu?"
Dian dalam masalah. Dia tidak pernah menyangka bahwa Revan memiliki uang sebanyak itu. Dia bahkan membeli dua unit mobil mewah sekaligus.
"Itu ... Aku hanya bercanda!" kata Dian sambil tersenyum canggung.
"Bercanda?" wajah manager itu berubah muram "Kamu menghina pelanggan kami, lalu kamu mengatakan itu hanya bercanda?"
Wanita itu berulangkali melambaikan tangannya dan berkata dengan wajah pucat, "tidak, tidak ... Bukan itu maksudku!"
Dia kemudian menatap Tiago Finn dan berkata, "Tuan Finn tolong bantu aku!"
Wajah Tiago Finn sudah berubah karena terkejut saat melihat Revan mengeluarkan kartu hitam VIP itu. Setelah bertahun-tahun mengalami kesulitan dan kerja keras di kota Renville, dia bisa langsung mengenali kartu VIP Hitam itu.
Itu milik keluarga Samos, sala satu keluarga terkemuka di kota Renville. Dikatakan bahwa, hanya tiga kartu seperti itu di seluruh kota Renville, dan itu hanya diberikan sebagai hadiah untuk orang-orang penting oleh kepala keluarga Samos. Bahkan adik laki-laki Harry Samos yaitu Lukas Samos tidak memilikinya.
Setelah memikirkan hal itu, Tiago Finn merinding. Keringat dingin membasahi punggungnya.
"Apa yang kamu bicarakan? kamu sudah dewasa. Kamu harus bertanggung jawab atas ucapanmu sendiri!" kata Tiago sambil menatap tajam kearah Dian.
"Tuan Finn, kamu ..." seru Dian dengan kesal.
"Saya tidak tahu anda adalah Tamu kehormatan Tuan Samos. Tolong jangan salah paham atas apa yang telah saya ucapkan sebelumnya. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya kerena telah menyinggung anda!" kata Tiago Finn sambil membungkuk di hadapan Revan.
"Anda memiliki penglihatan yang bagus!" Revan terkejut karena Tiago Finn bisa mengenali kartu VIP Hitam keluarga Samos.
Semua orang yang ada didalam showroom mobil itu tercengang melihat perubahan sikap Tiago Finn. Dia merupakan orang yang memiliki sedikit pengaruh di kota Renville. mengapa dia begitu menghormati seorang pemuda biasa.
Mereka pun tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya-tanya, siapa pemuda ini dan mengapa mereka belum pernah mendengar namanya?
"Tuan Finn, anda terlalu sopan. Saya senang bisa berkenalan dengan anda Disni." Revan mengangguk.
Mendapat respon positif dan mendapati bahwa Revan sama sekali tidak marah padanya, matanya berbinar, "Apakah saya bisa mengundang anda untuk makan malam bersama?" dalam hati dia bergumam, jika dia bisa berteman dengan revan, dia mungkin bisa memiliki masa depan yang cerah.
"Saya masih ada urusan yang harus di selesaikan. Nanti kita bisa bicarakan ini di lain waktu." kata Revan acuh tak acuh.
"Baiklah!" Tiago Finn terlihat sedikit kecewa.
"Dian, cepat penuhi janjimu. Jika tidak, pergi dari sini dan jangan pernah kembali lagi." Manager itu akhirnya tahu bahwa Revan adalah tamu kehormatan keluarga Samos, jadi dia segera meminta Dian untuk memenuhi janjinya.
"Lupakan saja!" Revan melambaikan tangannya dan berkata, "Saya hanya bercanda untuk memberi anda peringatan. Saya harap, anda bisa lebih bijak dan lebih menghargai orang lain dan tidak bersikap sombong lagi.
Dian langsung menghela nafas lega dan buru-buru melangkah maju, "Tuan, terimakasih atas kemurahan hati anda. Saya berjanji akan mengingat pesan anda."
Namun saat melihat Jessie yang sedang dalam suasana hati yang gembira, wajahnya penuh dengan kebencian. Dia menyalahkan Jessie karena telah mengambil pelanggannya. Jika tidak, komisi ratusan ribu Dollar akan menjadi miliknya.
Toko itu sangat efisien, semua prosedur dan surat-surat selesai sebelum makan siang.
Setelah menerima kunci dan surat-suratnya, Revan pun segera menaiki mobil Rolls-Royce itu dan berkata kepada Ronny, "Aku akan menjemput Laura di tempat kerjanya. Aku akan menghubungimu nanti!"
Ronny sangat terharu. Revan tidak hanya memberinya kartu bank senilai lima juta Dollar. Dia bahkan membayar mobil Maybach keluaran terbaru untuknya.
"Aku harus segera pergi. sampai jumpa!" kata Revan sambil melambaikan tangannya kepada Ronny.
Dia pun menyalahkan mobilnya dan pergi meninggalkan showroom tersebut. Ini adalah pengalaman pertamanya menyetir mobil milik sendiri. Dia sendiri merasa seperti sedang bermimpi. karena mobil yang dia beli bukan mobil biasa. Tapi Rolls-Royce phantom keluaran terbaru. Dia kembali teringat apa yang terjadi beberapa hari sebelumnya. Jangankan mobil uang tiga ratus ribu saja dia pergi ke sana kemari untuk meminjam, namun demikian dia bahkan tidak mendapatkan pinjaman. Yang ada malah di permalukan hingga di pukuli sampai sekarat.
Sambil menyetir dia mengelus liontin giok yang ada di lehernya dan bergumam, semua berawal dari Liontin ini.
"Jika Laura tahu, aku akan menghadirkan sebuah mobil Rolls-Royce phantom, Dua pasti sangat senang." Revan jadi bersemangat. Dia dan Laura telah berada pada masa-masa sulit akhir-akhir ini. Dia berharap, hari ini mereka bisa berdamai.
Ketika tiba di kantor Laura, Revan memarkirkan mobilnya lalu keluar dari mobil dan berjalan menuju gerbang. dia menemukan sekelompok orang dengan lantai di hiasi oleh banyak bunga berwarna-warni serta balon ada di setiap sudut. Seorang pria berjas putih sedang memegang seikat bunga dan menyatakan cintanya kepada seorang wanita cantik.
"Gadis ini sangat beruntung. lamarannya di persiapkan begitu matang, di dekorasi sedemikian indah. pria ini telah melakukan cukup banyak usaha." pikir Revan dalam hati. Dia berpikir akan melakukan hal yang sama untuk Laura suatu hari nanti.
Namun, ketika dia memfokuskan pandangannya ke tempat itu, dia nyaris mengumpat dengan keras. "Brengsek, dia sedang melamar istriku. pria ini punya nyali untuk menyatakan cintanya pada istriku!" keluh Revan dalam hati
...****************...