Budak Ranjang Dosen

“Bukankah tujuan kita sudah dekat, jadi bukan kah kita perlu berekting seperti tadi saat bapak menarik tubuhku.” Ucap Mikayla dengan nada kesal karena rasanya sangat muak berdekatan dengan Dosen gila ini.

“Cukup! Hanya aku yang boleh berbicara! Kamu hanya perlu menuruti semua ucapan ku!” Pekik Theo lagi tidak mau kalah dan tidak mau di gurui.

Mikayla bahkan heran kenapa teman-temannya sangat mengidolakan dosen arogan ini, sikap aslinya berbanding terbalik dengan sikapnya saat di kampus.

Semua orang menyebut Theo adalah Ice cool cool atau mungkin Es kulkul yang itu , yah semacam es buah-buahan dingin yang di balut coklat. Ibaratnya pria dingin dengan pesona manis dan asem bercampur hingga membuat para mahasiswi nya nano-nano hingga membuat mereka kelepek-kelepek seperti ikan kehausan.

Tapi sayang nya tidak seperti itu. Sipat asli Theo ternyata sangat cerewet dengan mulut pedas, lebih tepatnya mirip sambalado.

Keduanya pun terdiam sampai akhirnya mereka sampai di kediaman Kakeknya, Albert Estevan dan Meria estevan kedua orang tua Maminya yang selalu memaksanya untuk segera menikah dan mengenalkan kekasih.

Tentu saja hal itu membuat Theo kewalahan, bukan berarti dirinya tidak dapat menemukan wanita yang di cintainya. Hanya saja wanitanya masih berkelana dengan beberapa pria di luar sana, demi kariernya.

Karena itulah Theo menyuruh Mikayla menjadi pacar kontraknya selama satu tahun agar kedudukan sebagai seorang kekasih Theo tidak di tempati oleh sembarang orang yang di pilihkan oleh keluarganya, dan tiba saatnya kontrak itu selesai Chelsea akan kembali menduduki gelar sebagai kekasihnya.

Mereka berjalan kedalam rumah mewah dengan bangunan luas, interior rumah itu juga seperti istana sampai membuat Mikayla segan untuk melangkah masuk.

“Jangan berhenti, angkat dagumu dan berjalan dengan percaya diri karena di sini kamu adalah kekasihku.” Ucap Theo dengan perlahan menautkan jemarinya dengan jemari Mikayla dan berjalan masuk saling berpegangan tangan.

“Dimana kakek?” Tanya Theo saat beberapa pelayan menyambut kedatangannya.

“Tuan Albert ada di teras belakang.” Ucap Kepala pelayan itu dan mengantar Theo dan Mikayla ke teras belakang.

Jantung Mikayla berdegup kencang, walau ini hanya hubungan kontrak tetap saja ia takut menemui keluarga dari Dosen nya itu.

“Tuan, Cucu anda Tuan Theo sudah datang bersama kekasihnya.” Ucap pelayan itu menunduk lalu pergi perlahan.

Theo dan Mikayla menatap punggung pria paruh baya, yang sedang bermain catur sendirian.

Pria paruh baya itu melirik kebelakang tanpa ekpresi, dia mengamati penampilan Mikayla dari ujung kaki hingga ujung kepala. Hal itu mampu membuat Mikayla tertekan dan merasa risih, karena tatapan tajam yang terpancar terlihat begitu menyeramkan di mata gadis polos seperti Mikayla.

“Kakek jangan seperti itu, ini Mikayla dia kekasihku.” Ucap Theo, pria itu tau betul jika saat ini Mikayla terlihat sangat tegang.

“Duduklah.” Pinta sang kakek dan kembali memainkan caturnya, dia bermain sendiri walau tidak ada lawan mainya. Hal itu sudah menjadi kebiasaanya sehari-hari.

“Gadis dari keluarga mana yang kau bawa?” Tanya Kakek Albert tanpa menatap lawan bicaranya karena tengah asyik bermain catur.

“Kakek jangan seperti itu, dari keluarga manapun dia. Mikayla tetaplah kekasihku.” Ucap Theo dengan sangat tegas.

Mikayla perlahan menatap Dosennya itu, iya mendengus dalam hatinya. Sebal karena Theo benar-benar pria yang bermuka dua, sangat berbeda dengan sipat aslinya.

“Kau juga dulu seperti itu saat membawa wanita itu ke sini, dan apa yang terjadi? Dia hanya memanfaatkan mu sebagai mesin uangnya.” Ucap Kakek Albert langsung pada intinya.

“Jangan memacari gadis miskin, putuskan saja dia. Kamu harus bertemu dengan wanita yang sudah aku siapkan untukmu.” Ucap Kakek Albert dengan sangat serius, kali ini ia menatap Theo dengan serius.

Mikayla meremat gaun yang di pakainya, kata-kata itu sangat melukai hatinya. Ya walaupun ini hanya kontrak, tapi Mikayla merasakan sedih seolah dirinya benar-benar sedang di tolak oleh keluarga Dosennya.

Theo mengeratkan lenganya yang masih bertautan dengan Mikayla.

“Terserah kakek, setuju atau tidak aku tetap tidak mau berpisah dengannya. Dan satu lagi, jagan usik hubungan kami. Aku tidak akan mau menerima wanita itu, karena aku mencintai kekasihku.” Ucap Theo akhirnya tidak mau kalah.

Theo membawa Mikayla pergi dari tempat itu.

“Dia pasti hanya menginginkan uangmu Theo, tidak ada wanita miskin yang benar-benar mencintaimu.” Ucap Kakek Albert yang masih santai memainkan caturnya walau suaranya terdengar sangat sinis dan menusuk.

Ucapan itu tentu saja terdengar oleh Mikayla dan Theo yang masih berjalan meninggalkan tempat itu.

Mikayla menatap lenganya yang di gandeng Theo, dia lalu menatap punggung lebar pria itu dengan tatapan sendu.

Mikayla terus berpikir jika suatu saat nanti, apakah saat dirinya bertemu orang yang di cintainya akan terjadi hal yang sama?. Penolakan seperti ini sangat menyakitkan, dia tidak akan sanggup menahan tangis jika itu terjadi pada kisah cintanya.

Theo membukakan pintu mobil untuk Mikayla, lalu ia sendiri ikut masuk ke dalamnya.

Di perjalanan tidak ada yang berbicara satu orangpun sampai membuat Ronal penasaran apa yang sudah terjadi tadi di kediaman Tuan Albert, sampai membuat kedua orang yang sebelumnya sangat berisik kini berubah 180 derajat tanpa suara.

“Jangan mendengarkan ucapan kakek ku, kata-kata itu bukan untuk mu kau mengerti!” Ucap Theo dengan nada yang sedikit keras.

“Iya pak.” Jawab Mikayla singkat.

Namun hal itu malah membuat Theo kesal dia sampai menghadap ke samping untuk menatap Mikayla.

“Ada apa pak?” Tanya Mikayla bingung.

“Kenapa tanggapanmu cuma itu?” Tanya Theo tidak terima, setidaknya Mikayla harus berbicara paling tidak satu paragraf.

“Lalu saya harus jawab apa pak?” Tanya Mikayla makin bingung.

“Sudahlah kau memang menyebalkan!” Pekik Theo, sebenarnya dia sendiri bingung kenapa sampai sekesal itu pada Mikayla.

Theo juga sadar betul atas perubahannya, apapun yang di katakan dan di lakukan wanita itu sangat membuat Theo kesal, dan Theo juga merasa dia terus-terusan kesal setiap kali melihat Mikayla. Padahal dia tidak pernah semarah itu pada orang lain sebelumnya.

Theo pikir ini karena dirinya sedang kesal pada Chelsea yang sedang berpacaran dengan seorang aktris, dan kesal pada Mikayla karena tidak menyangka wanita sepintar dia di kampusnya ternyata bekerja sebagai wanita malam.

“Wanita memang sangat merepotkan.” Pikirnya dalam hati. Namun seketika dia kembali berpikir, kenapa dia sampai mencium wanita ini saat tadi bertemu denganya.

Theo pun melirik ke arah Mikayla yang kini menatap langit lewat jendela mobil mewah itu.

Theo mengamati tubuh Mikayla dari belakang karena wanita itu memunggungi Theo, “sudah sangat jelas tubuh Chelsea jauh lebih indah dari pada tubuh Mikayla.” Gumamnya dalam hati.

.

To be continued…