Mutia Muthii seorang ibu rumah tangga yang sudah menikah dengan seorang pria bernama Zulfikar Nizar selama 12 tahun dan mereka sudah dikaruniai 2 orang anak yang cantik. Zulfikar adalah doa Mutia untuk kelak menjadi pasangan hidupnya namun badai menerpa rumah tangga mereka di mana Zulfikar ketahuan selingkuh dengan seorang janda bernama Lestari Myra. Mutia menggugat cerai Zulfikar dan ia menyesal karena sudah menyebut nama Zulfikar dalam doanya. Saat itulah ia bertemu dengan seorang pemuda berusia 26 tahun bernama Dito Mahesa Suradji yang mengatakan ingin melamarnya. Bagaimanakah akhir kisah Mutia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dihadang Dan Diserang
Lestari terus mengejar Sephia dan Sania, amarahnya memuncak karena kedua anak itu berani melawannya. Ia tidak akan membiarkan mereka lolos, ia ingin membuat Mutia menderita dengan cara merebut anak-anaknya.
"Kalian tidak akan bisa lari dariku!" teriak Lestari, suaranya mengancam. "Kalian akan menjadi milikku!"
Sephia dan Sania berlari sekuat tenaga, tetapi Lestari terlalu cepat. Ia berhasil menangkap Sania, mencengkeram lengannya dengan erat. Sania berteriak ketakutan, air matanya mengalir deras.
"Kakak, tolong aku!" isak Sania, suaranya bergetar.
Sephia tidak tinggal diam, ia berusaha membebaskan adiknya dari cengkeraman Lestari. Ia menendang dan mencakar Lestari, mencoba mengalihkan perhatian wanita itu.
"Lepaskan adikku!" teriak Sephia, matanya berkilat marah. "Jangan sakiti dia!"
Sania, yang melihat kakaknya berjuang melindunginya, mendapatkan keberanian. Ia mendorong Lestari dengan sekuat tenaga, membuat wanita itu terhuyung ke belakang dan jatuh tersungkur ke tanah.
"Ayo, Kak!" seru Sania, menarik tangan Sephia. "Kita harus lari!"
Mereka berdua berlari secepat mungkin, menjauh dari Lestari yang tergeletak di tanah. Lestari menggeram marah, ia tidak menyangka kedua anak itu akan berani melawannya. Ia bangkit berdiri, matanya berkilat penuh dendam.
"Kalian akan menyesal!" teriak Lestari, suaranya menggelegar. "Aku akan menangkap kalian, dan kalian akan membayar mahal atas ini!"
Lestari berlari mengejar Sephia dan Sania, tetapi kedua anak itu sudah menghilang di keramaian jalan. Ia mengutuk kesal, merasa bahwa rencananya gagal.
"Sial!" geram Lestari, ia menendang tong sampah di dekatnya. "Aku tidak akan menyerah. Aku akan mendapatkan mereka."
Lestari bertekad untuk menangkap Sephia dan Sania, ia akan melakukan apa pun untuk membalas dendam pada Mutia. Ia merasa bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan kembali kebahagiaannya.
****
Leha menyambut kedua cucunya dengan senyum hangat, tetapi senyumnya segera lenyap saat melihat wajah ketakutan Sephia dan Sania. Ia berlutut, menatap kedua cucunya dengan tatapan khawatir.
"Kalian kenapa, Sayang?" tanya Leha, suaranya lembut. "Ada yang terjadi?"
Sephia dan Sania saling berpandangan, lalu menatap nenek mereka dengan mata berkaca-kaca. Mereka menceritakan kejadian yang baru saja mereka alami, tentang Lestari yang mencoba menculik mereka.
Leha terkejut mendengar cerita mereka, amarahnya memuncak. Ia tidak menyangka Lestari akan berani menyakiti cucu-cucunya. Ia berjanji pada dirinya sendiri, ia tidak akan membiarkan Lestari menang.
"Nenek tidak akan membiarkan wanita itu menyakiti kalian," ucap Leha, suaranya tegas. "Nenek akan melindungi kalian, apa pun yang terjadi."
"Tapi, Nek, kami takut," isak Sania, memeluk neneknya erat. "Kami takut dia akan kembali."
"Jangan takut, Sayang," ucap Leha, memeluk kedua cucunya erat. "Nenek akan selalu ada di sini untuk kalian. Nenek tidak akan membiarkan siapa pun menyakiti kalian."
Leha berjanji akan melaporkan kejadian ini kepada polisi, ia akan memastikan bahwa Lestari ditangkap dan dihukum atas perbuatannya. Ia tidak akan membiarkan Lestari lolos begitu saja.
Sementara itu, di tempat persembunyiannya, Lestari tertawa sinis. Ia tidak peduli dengan kegagalan rencananya, ia akan terus berusaha untuk membalas dendam pada Mutia. Ia merasa bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan kembali kebahagiaannya.
"Kalian tidak akan bisa lari dariku," gumam Lestari, matanya berkilat liar. "Aku akan mendapatkan kalian, dan kalian akan membayar mahal atas ini."
Lestari merencanakan kejahatan yang lebih besar, kali ini ia ingin menghancurkan hidup Mutia sepenuhnya. Ia akan menggunakan orang lain untuk melaksanakan rencananya, sehingga ia tidak akan terlibat secara langsung.
"Aku akan membuat hidupmu seperti neraka, Mutia," ucap Lestari, senyum licik menghiasi wajahnya. "Kamu akan kehilangan segalanya, dan kamu akan sendirian."
Lestari merasa bersemangat dengan rencananya, ia tidak sabar untuk melihat Mutia menderita dan hancur. Ia merasa bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk membalas dendamnya.
****
Luluk menatap Dito dengan tatapan penuh kekhawatiran, mencoba membujuk putranya untuk meninggalkan Mutia. Ia merasa bahwa Mutia hanya akan membawa masalah dalam hidup Dito, dan ia tidak ingin putranya terluka lagi.
"Dito, Mama mohon, tinggalkan wanita itu," ucap Luluk, suaranya bergetar. "Dia hanya akan membuatmu menderita."
"Tidak, Ma," jawab Dito, suaranya tegas. "Aku mencintai Mutia, dan aku akan menikahinya."
"Tapi dia hampir membunuhmu, Dito!" bentak Luluk, air matanya tumpah. "Apakah kamu tidak melihat betapa berbahayanya dia?"
"Lestari yang menyerangku, Ma," ucap Dito,
Suaranya lembut namun tegas. "Mutia tidak bersalah."
"Tapi jika kamu tidak mencintai Mutia, semua ini tidak akan terjadi!" teriak Luluk, matanya berkilat penuh kebencian. "Dia hanya membawa masalah dalam hidupmu!"
Dito menggelengkan kepalanya, merasa kecewa dengan sikap ibunya. Ia tidak menyangka Luluk akan begitu membenci Mutia.
"Mama salah," ucap Dito, suaranya tegas. "Mutia adalah wanita yang baik. Dia tidak pantas mendapatkan kebencian Ibu."
"Dia hanya berpura-pura baik, Dito!" teriak Luluk, air matanya mengalir deras. "Dia hanya ingin memanfaatkanmu!"
"Mama salah," ulang Dito, suaranya lembut namun tegas. "Mutia mencintaiku, sama seperti aku mencintainya."
Luluk terdiam, ia merasa bingung dan marah. Ia tidak tahu harus berkata apa lagi. Ia merasa bahwa ia telah kehilangan kendali atas putranya.
"Aku hanya ingin melindungimu, Dito," ucap Luluk, suaranya bergetar. "Aku tidak mau kamu terluka lagi."
"Aku tahu, Ma," ucap Dito, suaranya lembut. "Tapi aku tidak bisa hidup tanpa Mutia. Dia adalah bagian dari hidupku."
Luluk menghela napas panjang, ia merasa putus asa. Ia tahu bahwa ia tidak bisa mengubah perasaan Dito. Ia hanya bisa berdoa, semoga Dito akan bahagia dengan pilihannya.
"Baiklah, Dito," ucap Luluk, suaranya lemah. "Jika itu yang kamu inginkan, Mama tidak akan menghalangimu. Tapi ingat, Mama akan selalu ada di sini untukmu."
Dito tersenyum lega, ia merasa bersyukur atas pengertian ibunya. Ia tahu bahwa Luluk hanya ingin yang terbaik untuknya, dan ia berharap ibunya akan menerima Mutia suatu hari nanti.
Namun, di dalam hatinya, Luluk masih menyimpan dendam pada Mutia. Ia tidak akan membiarkan Mutia bahagia dengan Dito. Ia akan mencari cara untuk menghancurkan hubungan mereka, dan membuat Mutia menderita.
****
Lestari, dengan mata berkilat penuh dendam, menghadang Leha dan kedua cucunya saat mereka berjalan menuju pasar. Tanpa peringatan, ia menyerang mereka dengan brutal, membuat Sephia dan Sania menjerit ketakutan.
"Kalian akan membayar mahal atas apa yang kalian lakukan!" teriak Lestari, suaranya menggelegar.
Leha, dengan sigap, berusaha melindungi kedua cucunya dari serangan Lestari. Ia mendorong Sephia dan Sania ke belakangnya, mencoba menahan serangan Lestari. Namun, Lestari terlalu kuat. Ia berhasil melukai Leha, membuat wanita itu jatuh tak berdaya.
"Nenek!" teriak Sephia dan Sania bersamaan, air mata mereka mengalir deras.
Dalam kepanikan, mereka berdua berlari mencari bantuan, meninggalkan nenek mereka yang tergeletak di tanah. Lestari tertawa puas, merasa bahwa rencananya berjalan lancar.
"Sekarang giliran kalian," gumam Lestari, matanya berkilat liar. "Aku akan merebut segalanya darimu."