Li Shen, murid berusia 17 tahun dari Sekte Naga Langit, hidup dengan dantian yang rusak, membuatnya kesulitan berkultivasi. Meski memiliki tekad yang besar, dia terus menjadi sasaran bully di sekte karena kelemahannya. Suatu hari, , Li Shen malah diusir karena dianggap tidak berguna. Terbuang dan sendirian, dia harus bertahan hidup di dunia yang keras, mencari cara untuk menyembuhkan dantian-nya dan membuktikan bahwa ia lebih dari sekadar seorang yang terbuang. Bisakah Li Shen bangkit dari keterpurukan dan menemukan jalan menuju kekuatan yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chp 2
Seminggu setelah kejadian di aula utama, suasana di Sekte Naga Langit menjadi lebih sibuk dari biasanya. Para murid tampak berlatih dengan penuh semangat di berbagai sudut halaman, masing-masing mempersiapkan diri untuk ujian kenaikan tingkatan yang akan diadakan hari itu.
Bagi seorang kultivator, tingkatan kekuatan menjadi cerminan bakat, kerja keras, dan status mereka. Sekte Naga Langit menggunakan sistem tujuh tingkatan untuk mengukur kemampuan para murid:
Ranah Dasar (Foundation Realm) – Fondasi awal, tempat para kultivator mulai merasakan energi spiritual.
Ranah Pengumpulan Energi (Energy Gathering Realm) – Mengumpulkan dan mengolah energi ke dalam dantian.
Ranah Kondensasi Inti (Core Condensation Realm) – Membentuk inti energi sebagai pusat kekuatan.
Ranah Jiwa Emas (Golden Soul Realm) – Kekuatan jiwa terbangun, membuat kultivator lebih unggul dalam serangan maupun pertahanan.
Ranah Transformasi Langit (Heavenly Transformation Realm) – Menguasai kekuatan yang melampaui batas manusia.
Ranah Penguasa (Sovereign Realm) – Tingkat tertinggi sebelum pencerahan absolut, memiliki kekuatan yang mampu mengubah wilayah luas.
Ranah Keilahian Tertinggi (Supreme Divinity Realm) – Puncak tertinggi, jarang ada yang mencapainya.
Masing-masing ranah terbagi lagi ke dalam tiga tahapan, yaitu: awal, menengah dan puncak
Bagi murid-murid Sekte Naga Langit, mencapai Ranah Pengumpulan Energi di usia muda sudah dianggap sebagai tanda kecemerlangan. Namun, di sudut halaman, Li Shen berdiri sendirian. Ia masih berada di Ranah Dasar, tingkat pertama yang menjadi dasar bagi para kultivator.
Para murid lain yang lewat memandang Li Shen dengan tatapan mengejek. Beberapa bahkan berbisik keras, memastikan suaranya terdengar.
"Untuk apa dia ikut ujian? Bahkan di Ranah Dasar pun dia tidak berkembang. Sampah tetaplah sampah."
"Kau benar. Kehadirannya hanya membuang waktu Tetua."
Li Shen mengepalkan tangannya, tetapi tetap berusaha mengabaikan mereka. Ia tahu, hari ini tidak akan mudah.
Aula Ujian
Aula utama Sekte Naga Langit telah diubah menjadi tempat ujian. Para tetua duduk di atas panggung tinggi, memandang para murid yang berbaris rapi di tengah aula. Di atas panggung, duduk pula Patriark Sekte, Zhao Tianhong, seorang pria paruh baya dengan rambut hitam panjang dan aura yang memancarkan kekuatan besar.
Zhao Tianhong berada di Ranah Transformasi Langit, tingkat kelima. Kehadirannya membuat aula terasa lebih menekan, bahkan bagi para murid berbakat.
"Selamat datang di ujian kenaikan tingkatan," suara Zhao Tianhong menggema di aula. Meski nadanya tenang, setiap kata membawa bobot yang tidak bisa diabaikan. "Ujian ini adalah kesempatan untuk menunjukkan kemampuan kalian. Jangan kecewakan diriku, maupun Sekte Naga Langit."
Tetua Bai, yang bertugas memimpin ujian, berdiri dan memberikan penjelasan. "Murid akan diuji dalam tiga tahap: kemampuan dasar, kendali energi, dan teknik bertarung. Setiap tahap akan menentukan apakah kalian layak naik ke tingkat berikutnya."
Murid-murid mulai dipanggil satu per satu. Beberapa menunjukkan bakat luar biasa, terutama mereka yang telah mencapai Ranah Pengumpulan Energi. Sorak sorai dari penonton menggema saat murid-murid itu memperlihatkan kehebatan mereka.
Ketika giliran Li Shen tiba, aula menjadi hening. Tatapan para tetua, murid-murid, bahkan patriark, tertuju padanya. Beberapa murid yang duduk di belakang mulai berbisik.
"Kenapa dia ikut ujian? Apa dia tidak malu?"
"Dia hanya akan mempermalukan dirinya sendiri!"
Li Shen melangkah ke tengah aula. Tangannya gemetar sedikit, tetapi ia mencoba menenangkan diri. Tetua Bai memandangnya dengan tatapan dingin.
“Li Shen, kau masih di Ranah Dasar, benar?” tanya Tetua Bai, meski jawabannya sudah jelas.
“Benar, Tetua,” jawab Li Shen, suaranya sedikit bergetar.
“Hmph, sangat jarang seorang murid seusiamu masih di Ranah Dasar. Baiklah, tunjukkan apa yang bisa kau lakukan.”
Tahap pertama dimulai: kemampuan dasar. Li Shen diminta mengendalikan energi spiritual sederhana untuk membentuk bola energi kecil. Para murid lain menyelesaikannya dengan mudah, tetapi bagi Li Shen, itu adalah tugas berat.
Li Shen mencoba mengumpulkan energi, tetapi dantian rusaknya membuat proses itu terasa seperti mencoba menyalakan api di tengah badai. Bola energi kecil akhirnya terbentuk, tetapi terlihat goyah dan tidak stabil.
“Hahaha! Itu bahkan lebih kecil dari api lilin!” salah satu murid mengejek, membuat aula dipenuhi tawa.
Tetua Bai menggelengkan kepala, sementara Zhao Tianhong hanya diam, memperhatikan tanpa ekspresi.
Tahap kedua: kendali energi. Li Shen diminta memindahkan bola energi ke target tertentu. Ia mencoba dengan sekuat tenaga, tetapi bola energi itu menghilang di tengah jalan, menyebabkan ejekan lebih keras dari murid-murid lain.
Tahap ketiga: teknik bertarung. Lawan yang diberikan untuk Li Shen adalah seorang murid di Ranah Pengumpulan Energi awal. Pertarungan itu berlangsung singkat—Li Shen bahkan tidak sempat menyerang sebelum ia dipukul mundur dengan satu serangan telak.
Li Shen terduduk di lantai, tubuhnya gemetar. Ia menggenggam kalung di lehernya, mencoba menahan air mata.
Tetua Bai berdiri, suaranya dingin. "Li Shen, dengan hasil seperti ini, kau jelas tidak layak untuk kenaikan tingkatan. Bahkan, keberadaanmu di sini hanya memalukan nama Sekte Naga Langit."
Aula menjadi sunyi. Patriark Zhao Tianhong akhirnya berbicara, suaranya tenang tetapi penuh tekanan.
“Li Shen, aku ingin tahu. Apa alasanmu tetap bertahan di sini?”
Li Shen mengangkat wajahnya, menatap patriark itu dengan mata yang memerah. Meski tubuhnya lemah dan penuh luka, ada tekad yang membara di matanya.
“Saya… saya ingin membuktikan bahwa saya bisa lebih dari ini. Saya tahu saya lemah, tetapi saya tidak akan menyerah.”
Kata-katanya membuat aula menjadi hening lagi. Beberapa tetua tampak terkejut, sementara sebagian besar murid mencibir. Zhao Tianhong menatapnya dalam diam sebelum akhirnya berkata, “Kita lihat saja, Li Shen. Tetapi ketahuilah, dunia ini tidak memberi belas kasihan kepada mereka yang lemah.”
Li Shen berdiri perlahan, membungkuk hormat sebelum meninggalkan aula. Meskipun hatinya terasa berat, ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ini bukanlah akhir. Suatu hari, ia akan membuktikan bahwa dirinya layak berada di Sekte Naga Langit.
Satu minggu kemudian...
Hari itu, aula pertemuan di Sekte Naga Langit dipenuhi para tetua. Patriark Zhao Tianhong duduk di kursi utama, matanya tajam menatap semua yang hadir. Diskusi mereka mengarah pada satu hal: keputusan tentang keberadaan Li Shen di sekte.
“Patriark, saya pikir ini sudah cukup,” suara Tetua Bai memecah keheningan. “Hasil ujian kemarin membuktikan bahwa Li Shen bukan hanya lemah, tetapi juga tidak memiliki potensi. Membiarkan dia tetap berada di sini hanya akan mencoreng nama baik Sekte Naga Langit.”
Beberapa tetua mengangguk setuju, sementara yang lain tampak ragu.
“Tetua Bai benar,” tambah Tetua Lan. “Sekte Naga Langit adalah sekte yang besar dan dihormati. Jika murid-murid dari sekte lain mengetahui bahwa kami membiarkan seseorang seperti Li Shen tetap berada di sini, itu akan menjadi bahan ejekan.”
Namun, Tetua Han, yang dikenal lebih berperasaan, menyuarakan pendapat berbeda.
“Patriark, meskipun Li Shen memang lemah, kita tidak boleh melupakan alasan dia ada di sini. Tetua Yuan yang kini sudah tiada membawanya ke sekte ini bukan tanpa alasan. Ia percaya bahwa anak itu memiliki sesuatu yang istimewa.”
Zhao Tianhong mendengarkan dengan tenang, tetapi raut wajahnya tidak menunjukkan emosi. Setelah beberapa saat, ia mengangkat tangan, membuat semua suara di ruangan terhenti.
“Keputusan ini tidak mudah,” katanya dengan suara berat. “Tetapi Sekte Naga Langit bukan tempat bagi mereka yang lemah. Kita adalah salah satu sekte terkuat di wilayah ini, dan menjaga reputasi kita lebih penting daripada rasa kasihan terhadap seorang anak yang tidak memiliki potensi.”
Semua tetua menundukkan kepala, menerima keputusan patriark. Zhao Tianhong menambahkan, “Besok pagi, Li Shen akan diusir dari Sekte Naga Langit. Kita akan memberinya sedikit perbekalan agar dia bisa bertahan di luar. Itu adalah hal terakhir yang bisa kita lakukan sebagai penghormatan kepada mendiang Tetua Yuan.”
Keesokan harinya, kabar tentang pengusiran Li Shen tersebar ke seluruh sekte. Para murid langsung menjadikannya bahan gosip. Beberapa dari mereka bahkan tidak bisa menahan kegembiraan.
“Akhirnya! Aku sudah bosan melihat wajahnya di sini,” kata seorang murid dengan tawa sinis.
“Dia pantas mendapatkan ini. Sekte Naga Langit bukan tempat untuk sampah seperti dia,” sahut yang lain.
Sementara itu, Li Shen baru mendengar kabar tersebut ketika seorang pelayan sekte mengetuk pintu kamarnya. Dengan wajah murung, pelayan itu menyampaikan pesan.
“Li Shen, Patriark telah memutuskan… bahwa kau akan diusir dari sekte ini. Kau diberi waktu hingga matahari terbenam untuk pergi.”
Li Shen terpaku di tempatnya, matanya melebar. “Apa?” suaranya bergetar. “Kenapa… kenapa mereka mengusirku?”
Pelayan itu tidak berani menatapnya. “Aku hanya menyampaikan perintah. Maafkan aku.”
Setelah pelayan itu pergi, Li Shen duduk di lantai kamarnya. Pikirannya kacau, dadanya terasa sesak. Selama empat tahun ia tinggal di sekte ini, meskipun dihina dan dicemooh, ia tetap mencoba bertahan. Sekarang, semuanya hancur begitu saja.
Li Shen memandang kalung yang menggantung di lehernya, satu-satunya peninggalan ayahnya. Dengan tangan gemetar, ia menggenggam kalung itu erat.
“Apakah… aku benar-benar tidak berguna?” bisiknya pada dirinya sendiri, air mata mengalir di pipinya.
Matahari hampir tenggelam ketika Li Shen berdiri di gerbang utama Sekte Naga Langit. Di hadapannya berdiri beberapa tetua, termasuk Tetua Bai, yang memegang perbekalan kecil untuknya.
“Ini untukmu,” kata Tetua Bai, menyerahkan tas yang berisi makanan dan sedikit uang. Namun, nada suaranya dingin, tanpa sedikit pun rasa simpati. “Gunakan ini dengan bijak. Dan ingat, mulai sekarang kau bukan bagian dari Sekte Naga Langit. Jangan pernah kembali.”
Di belakang mereka, puluhan murid berkumpul, menyaksikan pengusiran Li Shen. Beberapa bahkan sengaja mengejek dengan suara keras.
“Semoga sukses di luar sana, sampah!”
“Hati-hati jangan sampai mati kelaparan, hahahaha!”
Li Shen menahan semuanya. Ia tidak ingin memberi mereka kepuasan melihatnya menangis. Dengan tangan yang gemetar, ia menerima tas itu dan membungkuk hormat kepada para tetua.
“Terima kasih atas segalanya,” katanya dengan suara serak, sebelum berbalik dan melangkah pergi.
Namun, sebelum ia benar-benar meninggalkan gerbang, suara Tetua Han memanggilnya.
“Li Shen!”
Ia berbalik, dan melihat Tetua Han mendekatinya.
“Ingat kata-kataku ini,” kata Tetua Han, suaranya pelan tetapi tegas. “Kelemahanmu hari ini bukanlah takdirmu. Dunia ini luas, dan jalan seorang kultivator penuh dengan keajaiban yang tidak terduga. Jangan menyerah. Temukan potensimu, apa pun yang terjadi.”
Li Shen terdiam, sebelum akhirnya mengangguk perlahan. Kata-kata Tetua Han menjadi satu-satunya harapan kecil di tengah kegelapan yang menyelimuti hatinya.
Saat langkahnya membawa dirinya menjauh dari Sekte Naga Langit, air mata yang selama ini ia tahan akhirnya mengalir bebas.
“Suatu hari… aku akan kembali,” gumamnya dengan suara penuh tekad. “Dan aku akan membuat kalian menyesali keputusan ini.”
Langit malam menjadi saksi kepergiannya, seorang pemuda yang terluka tetapi tidak hancur, membawa luka batin yang akan menjadi bahan bakar untuk tekadnya di masa depan.
gq nyqmbung bahasa bart nya..
pantas ga ada yg baca