Novel ini diadaptasi dari 50% kisah nyata dan 50% fiksi.
Kaila merupakan istri dari Rangga. Dia dihianati oleh suaminya. Selingkuh di belakang Kaila dengan atasannya.
Kaila melihat dengan mata kepala sendiri ketika suaminya sedang bercumbu di dalam mobil dengan atasannya.
Bagaimana keputusan Kaila ketika mengetahui itu semua?
Ikuti kisahnya, hanya di noveltoon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kak Farida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Curhat
Ketika aku bimbang karena suamiku menolak akan anak ini, aku ingin sekali bercerita kepada seseorang. Bercerita kepada kedua orang tuaku, itu tak mungkin aku lakukan karena sama saja aku menanggung beban mereka. Sebisanya aku akan bertahan, bila aku sudah tak sanggup, maka aku akan pergi.
Satu-satunya seseorang yang tahu kondisiku adalah Bu Sinta. Bu Sinta bukan hanya teman kerja suamiku, dia juga merupakan tetanggaku. Walaupun rumah kami berjarak cukup jauh 10 rumah dari rumahku. Aku membuat kue agar aku punya alasan untuk bersilaturahmi ke rumah Bu Sinta.
Tok tok tok
Aku mengetuk pintu rumah Bu Sinta.
"Assalamu'alaikum," ucap salahku.
"Waalaikumsalam." Seorang anak membukakan pintu untukku, dia adalah Sisi anak satu-satunya Bu Sinta.
"Anak cantik, Ibumu ada?" tanyaku kepada Sisi.
"Oh Mama Cia, masuk Mama Cia. Aku panggil Ibu dulu yah," ucap Sisi.
Tidak lama Bu Sintapun keluar.
"Bu Kaila, mari silahkan duduk" sapa Bu Sinta.
"Bu, ini tadi saya baru membuat kue, iseng-iseng," ucapku, sambil memberikan bungkusan kue.
"Wah, Bu Kaila repot-repot banget," ucap Bu Sinta.
"Ini Bu Sinta, tujuan saya datang ke rumah Ibu. Saya mau curhat," ucapku.
"Iya Bu Kaila, kebetulan suami saya lagi keluar. Ceritalah Bu, semoga setelah Ibu Kaila cerita hati akan berkurang bebannya," ucap Bu Sinta.
"Hmm...saya hamil lagi Bu," ucapku.
"Alhamdulilah, rezeki Bu. Saya mau tambah belum Allah izinkan," ucap Bu Sinta, antusias.
"Permasalahannya suami saya tidak mau mengakui anak ini, tidak mau merawat anak ini Bu," ucapku, menceritakan kepada BU Sinta.
"Astagfirullah, Pak Rangga keterlaluan sekali Bu," ucap Bu Sinta geram kepada Rangga.
"Saya tidak habis pikir Bu, suami saya itu tidak mau merawat darah dagingnya," ucapku.
"Laki-laki gak punya perasaan, buatnya mau setelah jadi dicampakkan. Laki-laki macam apa Pak Rangga itu. Kenapa Bu Kaila tidak melaporkan saja perselingkuhan mereka?" Tanya Bu sinta.
"Saya takutnya jika saya laporkan, sangsi yang berat yaitu pemecatan. Jika suami saya gak bekerja, nanti yang biayai anak saya bagaimana?" tanyaku.
"Memangnya Pak Rangga akan membiayai anak-anaknya, yang masih dalam kandungan Ibu aja dia gak perduli. Saya perhatikan juga Pak Rangga gak memikirkan anak Bu," ucap Bu Sinta.
"Suami saya seperti kena pelet Bu, jadi apapun yang Bu Sukma ucapkan, dia nurut aja," ucapku.
"Banyak doa Bu, semoga Allah melindungi Ibu dan Anak-anak. Lebih baik Ibu pulang ke orang tua Ibu. Perut Ibu makin lama semakin membesar, kalau dengan orang tua 'kan jadi ada yang memperhatikan Ibu," saran Bu Sinta.
"Aku takut jadi beban Bu, Abah saya hanya pedagang Es Kemong. Ibu tahu sendiri 'kan anak saya 3," ucapku.
"Lebih baik Bu daripada Ibu tersiksa seperti itu. Ibu pendidikannya S1 'kan. Universitas negeri lagi, ibu bisa cari kerja. Ibu masih muda loh..." saran Bu Sinta.
"Yah paling saya ngajar jadi guru Bu, karena ijasah saya S.Pd," ucapku.
"Alhamdulilah Bu, Ibu bisa cari sekolah swasta yang gajinya lumayan. Lalu Ibu juga bisa jualan makanan di online misalkan untuk tambah-tambahan. Tinggalin aja Bu laki-laki gak bertanggung jawab. Ngapain pertahanin suami seperti itu. Makan hati terus Bu. Kita sebagai wanita harus kuat Bu," ucap Bu Sinta penuh semangat.
"Terima kasih Bu, rasanya perasaan saya lebih tenang sekarang. Kalau begitu saya pamit pulang dulu yah Bu," ucapku.
"Jangan sungkan-sungkan Bu Kaila, jika mau curhat sama saya. Pintu rumah saya selalu terbuka untuk Ibu. Kalau ada apa-apa hubungi saya yah Bu," ucap Bu Sinta.
Aku hanya menganggukan kepalaku.
"Assalamu'alaikum," ucap salamku.
"Wa'alaikumsalam."
💔💔💔
Setelah berbincang dengan Bu Sinta, perasaanku sedikit lebih ringan. Tapi bukan berarti apa yang ada di benakku berkurang. Tentu tidak. Aku bercerita dengan Bu Sinta untuk melepas kedongkolan hatiku saja.
Permasalahannya itu tidak semudah apa yang diucapkan karena aku yang merasakannya sendiri. Aku yang mengalaminya sendiri, bagiamana suamiku itu memperlakukan aku seperti orang lain. Suamiku sekarang bukanlah suamiku.
Ku usap perutku yang sudah tampak terlihat sedikit. Walaupun kandunganku sudah 4 bulan, perutku tampak tak terlihat sedang hamil.
"Nak, ayahmu tak menginginkanmu. Tapi sungguh Mamah sayang kamu, kita berjuang sama-sama yah. Bantu Mamah agar Mamah bisa hamil kamu dengan mudah. Karena di Bandung ini Mamah gak ada yang perduli. Ayahmu tak mengakui kamu, biarlah yah Nak, ada Mamah yang akan selalu menemanimu." Aku selalu berkomunikasi dengan bayi yang ada di dalam kandunganku. Agar ia bisa belajar sentuhanku.
Ku keluar rumah, hanya di teras. Bandung ini sebenarnya sangat sejuk, udaranya masih terasa fresh karena masih banyak pohon. Karena situasi rumah tanggaku yang panas menyebabkan aku tak merasakan sejuknya udara kota Bandung. Seperti saat ini aku yang sedang berdiri di teras dikejutkan dengan adegan tak senonoh dari rumah Bu Sukma.
Aku mendengar suara desahhan di dalam rumah Bu Sukma, ku coba mendekat. Terkejutnya aku karena mendengar suara suamiku, mereka sedang melakukan hubungan intim? berani sekali mereka di sore hari. Terdengar sangat menikmati sekali mereka berdua di dalam. Aku tak kuat untuk yang satu ini. Ku gedor-gedor pintu Bu Sukma, tapi mereka tak perduli.
"Bu Sukma, keluar kamu. Saya tahu suami saya ada di dalam, Bu Sukma," teriakku memanggil nama Bu Sukma.
Mereka tidak keluar juga, mereka tidak memperdulikan aku. Aku lihat sekeliling rumah, ah sepi sekali rumah dinas ini. Jika ramai para warga akan memergoki mereka biar mereka di arak.
Mereka jika hari libur hampir semua pergi untuk tamasya bersama keluarga mereka. Geram aku jadinya, ku coba ketuk kembali pintu rumah Bu Sukma.
"Bu Sukma keluar, saya tahu suami saya ada di dalam," teriakku.
Setelah 30 menit Bu Sukma membukakan pintunya.
"Apa-apaan sih kamu, gedor- gedor rumah orang. Perempuan hamil stress gak dipedulikan sama suaminya," ucap ketus Bu Sukma.
"Suami saya ada di dalam 'kan? kalian lagi berbuat kotor!" ucapku emosi.
"Apa-apa kamu? halu? suamimu ada di rumahku. Aku lagi tidur, kamu ganggu-ganggu. Sadar gak ganggu istirahat orang?" Bu Sukma berteriak kepadaku.
Aku langsung menerobos masuk kedalam rumah Bu Sukma. Aku cari setiap kamar, aku cari setiap sudut. Aku tidak menemukan suamiku di dalam rumah Bu Sukma.
"Tidak ada 'kan, puas kamu? nuduh-nuduh orang. Ganggu istirahat orang. Sana pulang jangan buat onar di rumah orang." Bu Sukma mendorong tubuh ku agar aku keluar dari rumahnya.
'Apakah pendengaran ku salah tadi? apakah aku halu?' batinku bertanya.
Bersambung
***
Hai teman-teman dukung novel ini dengan komen yang banyak, like, SUBSCRIBE dan follow.
Novel ini aku ikut sertakan lomba penghianatan. Jika menang uang nya akan aku sisihkan untuk anaknya Kaila.
Baca Novel ku yang lain
5 tahun menikah tanpa cinta
Salah lamar
Berteman di sosmed sama aku yuk
fb @Farida (R)
ig @kak_farida
semoga real Kayla semakin strong 💪💪💪💪