NovelToon NovelToon
Part Of Heart

Part Of Heart

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta setelah menikah / Aliansi Pernikahan / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu / Pihak Ketiga
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Dwiey

"Bagaimana mungkin Yudha, kau memilih Tari daripada aku istri yang sudah bersamamu lebih dulu, kau bilang kau mencintaiku" Riana menatap Yudha dengan mata yang telah bergelinang air mata.

"Jangan membuatku tertawa Riana, Kalau aku bisa, aku ingin mencabut semua ingatan tentangmu di hidupku" Yudha berbalik dan meninggalkan Riana yang terdiam di tempatnya menatap punggung pria itu yang mulai menghilang dari pandangan nya.

Apa yang telah terjadi hingga cinta yang di miliki Yudha untuk Riana menguap tidak berbekas?
Dan, sebenarnya apa yang sudah di perbuat oleh Riana?
Dan apa yang membuat persahabatan Tari dan Riana hancur?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwiey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Our Limitations

Pintu lift terbuka. Yudha melangkah keluar dan berjalan menuju pintu apartemennya yang berada tepat di sebelah kanan apartemen Tari. Sudah seminggu berlalu tanpa satu pun percakapan atau pertemuan di antara ia dan Tari.

Selama seminggu itu, Yudha lebih banyak menghabiskan waktu bersama Riana. Dari situ, ia mengambil keputusan bahwa perasaannya terhadap Tari hanya sekadar terbawa suasana, sesuai dengan ucapan wanita itu. Buktinya, ia jarang memikirkan Tari selama waktu-waktu tersebut.

Yudha menekan kode apartemennya dan hendak masuk, namun langkahnya terhenti ketika pintu apartemen Tari tiba-tiba terbuka. Sekilas ia melirik, berniat mengabaikan, sebelum seorang pria yang dikenalnya bernama Ade keluar dari sana.

Matanya membelalak kaget, terkejut dengan apa yang ia lihat.

“Makasih ya, Tar. Kalau nggak ada kamu, mungkin aku udah kencing di celana,” Ade sambil tersenyum canggung, sambil mengelus tengkuknya.

“Jangan dibahas lagi. Pergilah sana, jauhkan wajahmu dari pandanganku,” Tari mendesis kesal menatap dengan tatapan tajam, lalu menutup pintu dengan cepat. Namun, tangan Ade buru-buru menahan pintu itu.

“Kamu udah maafin aku, kan?” tanya Ade sambil tersenyum lembut, matanya berbinar menunggu jawaban Tari.

“Heh, aku membantumu karena kasihan, bukan karena apa-apa. Soal memaafkanmu, jangan kepedean. Kamu itu nggak berarti apa-apa, bahkan cuma untuk sekadar singgah di pikiranku,” Tari menatap kesal pada pria di depannya ini. Beraninya menganggap kebaikan yang tidak sengaja ia lakukan ini, sebagai pintu maaf baginya.

Ia melirik ke samping karena merasa ada seseorang yang memperhatikan mereka. Matanya membelalak ketika melihat siapa yang berdiri di sana.

Di depan pintu yang telah terbuka, Yudha berdiri diam, menatapnya dengan ekspresi datar.

Ade, yang juga menyadari keberadaan Yudha, ikut melirik ke arahnya. “Eh, Yudha? Maaf banget, tadi saya kebelet banget. Toilet saya mendadak mampet dan belum diperbaiki, jadi saya numpang sebentar ke tempat Tari,” Ade menunjuk ke arah pintu, menjelaskan dengan senyum kecil di wajah nya.

Yudha tak memberi tanggapan, hanya melangkah masuk ke apartemennya dan menutup pintu tanpa memedulikan Tari yang terus menatapnya.

“Wouh, sombong amat suamimu Tar,” celetuk Ade sambil melirik pintu apartemen Yudha yang kini tertutup rapat.

Tari hanya menggigit bibir bawahnya, matanya tampak kosong. “Sudah, kan? Kalau begitu, aku mau masuk. Pergilah,” ucap Tari ketus, lalu menutup pintu apartemennya tanpa menunggu lama.

Ade memandangi pintu apartemen Tari yang kini juga telah tertutup. Ia menghela napas panjang, menggigit bibir bawahnya.

“Apa sebenarnya yang terjadi di antara mereka berdua?” gumamnya kesal. Ia tak suka interaksi dan suasana di antara Tari dan Yudha. Sepertinya ia harus mempercepat rencananya dalam mendekati Tari.

         ---------

Yudha memijat pelipisnya pelan, duduk di sofa berukuran sedang, menghadap ke jendela luar.

"Apa hubungan mereka" gumam nya kesal, ia menggigit bibir bawahnya menahan emosi.

Yudha tidak suka interaksi di antara mereka berdua, melihat nya tadi ia yakin Ade dan Tari bukan hanya sekedar teman sekolah belaka. Pasti hubungan mereka pernah lebih dari itu.

Yudha ingin bertanya saat ini juga, tapi mengingat situasi nya dengan Tari, ia harus membuang jauh-jauh pemikiran itu. Dan bukannya ia sendiri juga sudah memutuskan bahwa perasaan nya untuk tari hanya karena terbawa suasana saja.

Tapi.... melihat ekspresi tari yang terkejut melihatnya membuat nya merasa tidak nyaman, wajah itu menatap datar padanya, tidak ada sama sekali senyum ataupun perasaan apapun di wajah itu saat bertatapan dengannya.

Apa sedikit saja, Tari merindukan nya?

Apa wanita itu sama sekali tidak pernah memikirkan nya. Yudha menghela napas panjang.

Apa dia makan dengan baik selama ini?

Melihat tubuh Tari yang menurutnya semakin kurus, sangat membuatnya terganggu.

                        ---------

Di sisi lain Tari duduk di sofa ruang tamu nya, kepalanya menyandar ke belakang. Sudah seminggu ia tidak melihat Yudha, bahkan sama sekali tidak ada komunikasi apapun di antara mereka selama itu.

Melihat Yudha tadi, membuat hati kecilnya terusik. Apa melihat nya bersama Ade mengganggu pria itu.

Tari ingin bertanya tapi mengingat ia sendiri yang menjaga jarak dengan Yudha, ia harus membuang jauh-jauh pikiran itu.

Ngomong-ngomong memikirkan soal Ade, Tari pikir ia masih membenci pria itu, tapi semenjak ia yang terus-menerus berpapasan dan bertemu dengannya, ia bahkan tidak terlalu mempermasalahkan masalah di antara ia dan Ade lagi.

Apa mungkin karena aku selalu teringat dengan Yudha?

Lalu suara dering ponsel membuyarkan lamunannya, ia mengangkat panggilan itu setelah melihat siapa yang memanggil nya.

"Halo, ada apa ya pak?."

Sontak mata Tari membelalak setelah mendengar apa yang di bicarakan oleh pak Tio, security apartemen nya.

"Halo , mbak Tari?," Tanya Pak Tio karena tidak mendapat respon apapun darinya.

"Ah iya maaf Pak, paket nya tolong taruh saja di kotak paket yang biasa ya, nanti saya ambil Pak" Tari tersenyum canggung, keringat dingin mulai mengalir di pelipis nya.

Lalu setelah panggilan itu berakhir, tari sontak terdiam sepenuhnya, matanya terlihat shok. "Apa yang harus kulakukan, bukankah terlambat jika aku meminum nya sekarang" gumamnya lirih. Tari memegang perutnya yang rata, dibalik kaos oversize yang dikenakan nya.

Lalu tak ingin berlama-lama lagi, Tari bangun dan berjalan keluar apartemennya, ia ingin mengambil paket yang berisi pil KB darurat yang di beli nya sekitar seminggu lalu. Tari melupakannya karena terburu-buru akibat panik kedatangan sahabat nya, Riana.

         -----------

Di dapur Ade sedang memasak spaghetti. Sesekali ia bersenandung kecil, seulas senyuman terpatri di bibirnya. Sangat menikmati kegiatannya.

Ade senang karena sepertinya Tari mulai membuka diri untuk nya, Ade yang awalnya mengutuk pemilik apartemen ini karena toilet nya yang mampet, jadi ingin bersujud berterima kasih karenanya.

Apa aku sudah harus memikirkan tentang pernikahan dengan Tari, Pikirnya kepedean.

Ade tidak menyangka tari akan membiarkan nya untuk memakai toilet nya, dan melihat reaksi Tari, sepertinya wanita itu tidak terlalu membencinya sekarang.

Setelah spaghetti itu sudah jadi, ia menuangkannya ke dalam mangkuk yang sudah di siapkannya.

Lalu Ade berjalan menuju sofa, duduk menyaksikan acara tv komedi yang sedang berlangsung. Sesekali ia tertawa di tengah suapannya.

Lalu dering ponsel mengalihkan perhatian nya, Ade melirik ke atas meja di depannya, melihat nama yang tertulis di sana, "Riana".

Ade tersenyum kecil, lalu meletakkan piring di tangannya kemeja. "Halo, sayangku kau kangen padaku ya" ujar nya dengan mata yang menyipit.

"Tutup mulutmu, aku sudah mengatur waktu dengan Tari untuk makan malam di apartemen nya besok, jadi luangkan waktumu"

"Woah, serius Ri—oke aku pasti dateng ko" Mata Ade langsung berbinar kesenangan.

Riana tidak menjawab dan langsung memutuskan panggilan itu sepihak. Ia duduk di depan cermin kaca riasnya. Senyum kecil terlihat di wajahnya, ia melirik jam dinding dan waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam.

Riana hanya sendirian di rumahnya, karena Yudha sudah mulai tinggal di sebelah apartemen Tari mulai hari ini.

Walaupun ini adalah rencana yang ia inginkan sendiri, tapi firasat nya tidak enak, ia tidak suka melihat suaminya terus bersama dengan Tari.

Riana tidak ingin mereka berdua sering menghabiskan waktu bersama, karena itu ia akan membuat Ade dan Tari bisa bersama lagi, seperti hal nya dulu.

Maaf Tari, jujur saja aku memang menyayangimu... Tapi secara bersamaan aku tidak bisa menahan diri, aku tidak suka melihat mu terlalu bahagia.

1
Martin victoriano Nava villalba
Wah bahasanya keren banget, bikin suasana terasa hidup.
Cô bé mùa đông
Jujur, bikin terharu.
Jenni Alejandro
Makin nggak sabar buat nunggu kelanjutan ceritanya 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!