Alvaro dan Liona telah menikah selama 4 tahun,Alvaro mempunyai kekurangan yaitu mengalami sperma encer.Liona selalu mencoba bertahan hidup bersama Alvaro karena suaminya itu memperlakukannya bagaikan ratu,Liona juga mempunyai toko butik yang telah dia buka selama 2 tahun,dan Liona adalah seorang perancang busana,Liona juga mempunyai sahabat bernama Sara,dan Alvaro suami Liona mempunyai seorang adik perempuan yang sangat cantik namanya Elvira dan telah menikah dengan seorang pria bernama candra.hubungan Elvira dan Liona sangat baik,bagaikan saudara kandung. suatu ketika Liona bertemu dengan teman masa lalunya yang bernama Cakra,dan Cakra ini adalah teman dekat Liona semasa kuliah dulu yang menyukai Liona,namun Cakra tidak pernah mengungkapkan perasaannya kepada Liona sampai mereka lulus kuliah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ANGGUR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 Percakapan Liona Dan Cindy
Pagi itu setelah mandi dan membereskan pakaiannya, Liona bersiap untuk pulang ke rumahnya.
"Apakah kamu akan pulang?" tanya Cakra yang melihat Liona mengambil tasnya dan kunci mobilnya.
"Iya, aku akan mengganti pakaianku, lalu ke toko." jawab Liona.
"Liona, pikirkan permintaanku untuk menikah denganmu. Kita sama-sama saling membutuhkan." ucap Cakra sambil mencium bibir Liona. "Kita sama-sama merawat dan membesarkan anak kita." kata Cakra lagi sambil mengelus perut Liona.
"Aku harus bicara dulu pada Mamaku." sahut Liona.
"Aku akan tunggu jawabanmu, sayang. Aku yakin, Mamaku akan setuju." ucap Cakra dengan penuh keyakinan.
"Kenapa kamu begitu yakin?" tanya Liona sambil menatap Cakra.
"Karena kamu dan Alvaro sudah berpisah, Mamamu pasti setuju." jawab Cakra yang berusaha meyakinkan Liona.
"Aku akan mengabarimu nanti. Aku pulang dulu." sahut Liona sambil melangkah meninggalkan Cakra. Setelah Liona meninggalkan kamar hotel itu, Cakra memakai bajunya,lalu membereskan barang-barangnya dan meninggalkan kamar hotel itu juga. Sore itu Alvaro yang sedang berada di kantornya sedang bersiap untuk pulang ke rumahnya. Sebuah rumah yang cukup besar yang telah dibelinya. Untuknya dan Elvira beserta kedua keponakannya. Saat melangkah keluar dari ruangan kerjanya, di depan pintu masuk kantornya, Alvaro melihat Cindy sedang berdiri dan menunggu kendaraan ojek online.
"Kenapa kamu belum pulang, Cindy?" tanya Alvaro. "Apakah kamu menunggu seseorang?" tanya Alvaro lagi yang melihat Cindy sedang menatap ponselnya.
"Iya Pak. Saya sedang menunggu ojek online, tapi sepertinya pesanan saya dicancel." sahut Cindy dengan wajah yang lesu. Karena merasa kasihan, Alvaro menawari Cindy untuk mengantarnya pulang.
"Terima kasih, Pak. Tidak usah, nanti merepotkan." ucap Cindy yang menolak tawaran Alvaro.
"Tidak merepotkan, Cindy. Kebetulan saya juga hendak pulang." kata Alvaro.
"Tapi, saya harus ke toko butik dulu, Pak. Saya mau mengambil pesanan baju kantor." ucap Cindy.
"Tidak apa-apa. Saya akan mengantarmu ke sana." ucap Alvaro sambil tersenyum. Cindy merasa tidak enak menolak tawaran Alvaro. Akhirnya Cindy ikut masuk ke mobil Alvaro. Di dalam mobil, jantung Cindy berdetak dengan kencang. Cindy menatap Alvaro dari samping dan mengagumi ketampanan Alvaro.
"Apakah pak Alvaro belum menikah? Aku tidak melihat ada cincin di jarinya. Wanita yang memilikinya pasti sangat beruntung. Pak Alvaro begitu tampan dan tinggi." guman Cindy sambil terus menatap wajah Alvaro dari samping.
"Apa nama toko butik itu, Cindy? Tanya Alvaro yang menyadarkan lamunan Cindy tentang Alvaro.
"LIONA BUTIK, Pak." jawab Cindy dengan lancar. Alvaro kaget mendengar nama toko mantan istrinya. Alvaro menanyakan alamat toko sekali lagi, karena Alvaro berpikir mungkin papan nama toko Liona banyak kesamaan. Saat Cindy menyebutkan alamatnya, Alvaro kaget karena ternyata memang itu adalah alamat toko Liona,wanita yang pernah sangat dicintainya.
"Kenapa Pak? Apakah pak Alvaro kenal dengan pemilik tokonya?" tanya Cindy yang melihat ekspresi wajah Alvaro kaget.
"Aku mengantarmu sampai di toko itu saja, ya. Karena aku masih ada urusan." ucap Alvaro yang menghindari pertanyaan Cindy.
"Iya Pak." sahut Cindy dengan penuh keheranan. Mobil Alvaro berhenti di depan toko Liona, dari dalam toko Mira karyawan Liona melihat mobil Alvaro. Segera memberitahukannya kepada Liona yang kebetulan berada di sampingnya sedang membantu Mira mengatur baju-baju hasil rancangannya. Liona dan Mira melihat Cindy keluar dari mobil sambil tersenyum kepada Alvaro.
"Mbak... Itukan wanita yang memesan setelan kantor dua hari yang lalu." ucap Mira kepada Liona sambil menunjuk ke arah Cindy yang berjalan perlahan mendekati toko Liona.
"Kenapa mas Alvaro yang mengantar wanita itu?" tanya Mira sambil menoleh ke arah Liona.
"Aku juga tidak tahu, Mira. Lanjutkan saja pekerjaanmu." kata Liona dengan nada ketus.
"Iya Mbak." sahut Mira sambil menatap wajah Liona yang sedang kesal padanya. "Maaf Mbak. Kalau pertanyaanku lancang." ucap Mira lagi. Pintu toko Liona di buka oleh Cindy, dan langsung masuk ke dalam.
"Selamat sore, Mbak." sapa Cindy sambil menatap Liona yang tersenyum padanya.
"Iya, selama sore. Pesanan kamu sudah selesai." jawab Liona. "Mira, tolong ambilkan baju Mbak ini, ya." pinta Liona yang menyuruh karyawannya mengambil pesanan Cindy di dalam ruangan kerjanya.
"Baik Mbak." sahut Mira sambil berjalan masuk ke dalam ruangan kerja Liona.
"Maaf Mbak. Bolehkah saya bertanya?" tanya Liona dengan sopan.
"Iya Mbak. Boleh kok." sahut Cindy. "Mau tanya apa, Mbak?" tanya Cindy dengan rasa penasaran.
"Apakah yang mengantar Mbak tadi, pacar Mbak?" tanya Liona dengan rasa ingin tahu. "Maaf, kalau aku sedikit kepo." ucap Liona dengan malu-malu. Cindy pun menceritakan tentang namanya dan pekerjaannya. Cindy juga mengatakan bagaimana Alvaro mengantarnya. Entah mengapa saat mendengar identitas Cindy yang bekerja sebagai karyawannya Alvaro, hati Liona menjadi lega.
"Aku pikir pria itu pacar kamu." ucap Liona sambil tersenyum menatap wajah Cindy yang bulat.
"Wah! Aku pasti beruntung jika pak Alvaro mau denganku." sahut Cindy dengan mata yang berbinar. "Pak Alvaro itu sangat tampan dan tinggi." ucap Cindy dengan penuh kekaguman. Liona menghela nafas panjang, lalu menatap mata Cindy yang berbinar saat membahas tentang Alvaro. Dari cara Cindy memuji Alvaro, membuat Liona berpikir jika Cindy menyukai dan mengagumi Alvaro.
"Apakah kamu suka dengan atasanmu?" tanya Liona dengan rasa ingin tahu. Cindy terdiam dan hanya menatap Liona sambil tersenyum.
"Maaf, aku terlalu banyak bertanya." ucap Liona yang merasa tidak enak pada Cindy.
"Tidak apa-apa, Mbak. Aku pulang dulu, ya." sahut Cindy. Dengan membawa pesanan bajunya yang telah dibungkus dengan rapi, Cindy melangkah keluar dari toko. Liona menatap Cindy dari belakang,yang telah meninggalkan tokonya dengan perasaan campur aduk. Mira dan Tini memandangi atasannya dengan penuh tanda tanya dalam hati mereka. Kedua karyawan Liona itu tidak tahu jika Liona telah berpisah dengan suaminya. Liona melangkah masuk ke ruangan kerjanya, lalu mengambil kursi untuk duduk dengan tenang.
"Mengapa aku cemburu, ya? Tanya Liona pada dirinya sendiri. "Cindy menyukai Alvaro, aku bisa melihat dari matanya saat aku menyebut nama Alvaro. Tapi, Alvaro juga berhak bahagia dengan wanita pilihannya." guman Liona. Saat sedang memikirkan Alvaro, tante Wanda menelpon Liona dan mengabari Liona, bahwa tante Wanda telah berada di rumah Liona.
"Mama tunggu aku di rumah, ya. Aku akan segera pulang." pinta Liona.
"Iya Nak. Kamu hati-hati di jalan, ya." sahut tante Wanda lewat ponselnya. Liona berdiri dari duduknya, lalu mengambil tasnya yang berada di atas meja kerjanya. Liona melangkah keluar dari ruangannya dan menyuruh Mira dan Tini menutup tokonya, karena memang sudah sore.
***