"Kau adalah milikku, Kau ada di setiap hembusan nafasku. Ku bunuh siapapun yang berani menyentuhmu. Aku mencintaimu Anya" - Damian Andante Salvatore
"Yang kau sebut cinta itu adalah Penjara bagiku Dante. Bila bersamamu rasanya sesak bagiku. Aku membencimu Dante" - Azzevanya Laluna Hazal
Hallo guys, ini adalah novel pertama ku... maaf kalau banyak typo atau ceritanya kurang menarik ya... Terima kasih banyak😍😍😍😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sequoia_caca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diculik
Azze melihat ke sekeliling ruang tamu rumah besar itu. Dia takjub dengan bangunannya, dia belum pernah melihat rumah semegah ini selama di Indonesia.
"Alexandro, aku rasa ini terlalu berlebihan.. "
Azze merasa fasilitas yang di berikan pihak hotel terlalu berlebihan baginya, seingatnya Johan bilang dia akan tinggal di sebuah apartemen dekat hotel pusat. Bukan sebuah Mansion seperti tempat dimana dia berdiri sekarang ini.
"Ntahlah nona, tapi memang semua orang yang berasal dari luar dan bekerja di hotel tinggal disini. Dan saya juga mendapat perintah langsung dari tuan Johan. Jika nona tidak percaya, hubungi saja tuan Johan. "
Itulah beberapa kalimat yang bisa Alexandro katakan, dia juga bingung harus menjawab apa. Karena dia hanya melaksanakan perintah.
"Ide bagus, aku akan menghubungi Pak Johan. Semoga aku tidak mengganggu nya"
Setelah mendapatkan ide untuk menghubungi Johan dari Alexandro, Azze angsung saja menelpon Johan saat itu juga.
*tuttttt... tutttt
"Hallo, dengan Johan disini. Ada yang bisa saya bantu? "
Azze bersyukur dalam hati saat Johan mengangkat telpon dari dirinya.
"Hallo, selamat siang Pak. Maaf mengganggu waktunya. Ini saya Azzevanya pak.. "
Johan yang sedang membuka lembaran dokumen di tangannya langsung menghentikan aktivitasnya saat mendengar telpon itu dari Azze.
"Azzevanya, bagaimana penerbangan mu? Kau sampai dengan selamat kan. "
"Penerbangan saya aman, dan saya baik-baik saja. Buktinya saya bisa menelpon bapak sekarang. "
Johan menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil tersipu malu.
"Syukur lah kalau begitu, Sekarang katakan apa ada hal yang ingin kamu tanyakan pada saya? "
"Iya Pak, ini mengenai Fasilitas tempat tinggal yang bapak bicarakan pada saya waktu itu. Bapak bilang saya akan tinggal di sebuah unit Apartemen dekat kawasan hotel, lalu di berkas mutasi juga tertulis seperti itu bahwa saya akan tinggal di Stella Marino. Tapi ini sepertinya bukan Apartemen, ini sebuah mansion dan menurut saya ini terlalu berlebihan Pak"
*Degg
"Mansion?. jangan..jangan.."
Johan berkata di dalam hatinya.
"Hallo Pak Johan? "
"Ahhh iya Azze, ada sedikit update dari perusahaan Sebenarnya fasilitas apartemen itu kebijakan lama. Maaf, mungkin saat itu saya juga sedang tidak fokus. Harusnya saya mengatakan bahwa kamu akan tinggal di Mansion bukan apartemen, Maafkan saya ya.. "
"Ohhh baiklah kalau begitu pak, Terima kasih atas waktunya. Maaf jika saya menganggu"
"Ti.. tidak apa-apa Azzevanya. Hati-hati ya selama disana"
"hmmmm? apa pak? "
"Maksudku, Jaga diri ya. "
"Baik, pak terimakasih. Jika bapak berkenan, saya akan menutup telpon ini. Terimakasih banyak pak"
"Iya, Sama-sama. Silahkan "
Setelah Azze mendapatkan penjelasan singkat dari Johan lewat telepon tadi, dia sedikit merasa lega. Berarti memang itu adalah tempat dimana dia akan tinggal.
"Baiklah nona, kalau begitu saya pamit. Jika nona, butuh sesuatu hubungi saya saja ya. Ahh dan ini kuci kamar anda. Kamar anda berada di lorong paling ujung di lantai dua. "
Alexandro memberikan kunci kamar yang akan ditinggali Azze. Azze menerima kunci itu dari tangan Alexandro. Lalu mengabtar pria itu sampai ambang pintu.
"Terimakasih Alexandro.. Hati-hati"
"Sama-sama nona"
Alexandro melangkah meninggalkan tempat itu menuju mobilnya, sedangkan Azze membawa koper dan ranselnya untk naik ke lantai Atas.
Johan yang berada di Indonesia, berjalan kesana kemari di ruang kerjanya. Dia tampak gelisah saat mendengar Azze bahwa dia diantarkan ke sebuah mansion. Sebenarnya dia tau, siapa yang melakukan hal itu Dia adalah Damian. Johan berusaha merelakan Azze untuk Damian, tapi bukan dengan cara menculiknya seperti ini. Dia kira Damian tidak akan bertindak secepat dan segila ini.
"Ya... aku harus menghubungi pria gila psikopat itu. "
*Tuttttttt... tutttt
"hmmm ada apa? "
Suara Damian terdengar pera dan dingin.
"APA KAU SINTING?! BIARKANLAH DIA BEKERJA, KASIHAN DIA. INI ADALAH MIMPINYA!! KATANYA KAU MENCINTAI NYA TAPI KAU MALAH MENCULIKNYA!!!! AKU SUDAH BILANG AKU TIDAK INGIN TERLIBAT. KALUA BEGINI DIA JUGA AKAN MEMBENCIKU, DIA AKAN MENGIRA BAHWA AKU YANG MENGIRIMNYA PADAMU.!! "
Tanpa basa-basi lagi, Johan langung mengatakan hal yang mengganggu pikirannya terhadap Damian dengan emosi.
"Jadi kau khawatir dia tidak bisa bekerja, atau khawatir dia akan membenci mu? "
Serangan kata-kata Damian lagi-lagi membuat Johan tertegun.
"Jangan ikut campur masalah ini. Ini antara aku dan Kekasihku. Kau fokuslah bekerja. "
"Tapi Ian, sebentar lagi dia pasti akan curiga. Dan bagaimana nanti reaksi nya saat dia tahu bahwa dia diculik. Dan dia akan mengira semua yang aku katakan tentang perusahaan yang mengapresiasi kinerjanya adalah kebohongan. Jangan merusak mimpinya Ian, jika ingin mendekati nya, Dekatilah dengan cara yang normal"
Johan berusaha menjelaskan kepada Damian, dia berusaha menyadarkan Damian bahwa yang ia lakukan salah. Tapi Damian tidak Terima dan langsung menutup panggilan itu.
"DIAAAMMMM!!!! Terserah padaku.!! Jangan ikut campur!! "
"Tapiiii Ian.. dengar.. "
*Tutttt tutttt...
"AKHHHHHH SIALANNN!!!! "
Johan yang kesal, membanting ponselnya. Dia kesal karena tanggapan Damian yang tidak Terima di nasehati olehnya.
"Tidakkk, aku harus kembali ke Italia. "
Johan bicara pada dirinya sendiri. Dia sudah yakin, bahwa dirinya harus kembali ke Italia. Rasa tidak rela, dan takut hal buruk terjadi pada gadis baik seperti Azze membangkitkan keberanian nya untuk melawan Damian. Jika wanita itu adalah seorang jalang atau wanita lain. Dia mungkin tidak akan ikut campur dengan apa yang dilakukan Damian. Tapi ini berbeda, Jangan sampai Damian merusak masa depan Azze. Dia adalah wanita yang baik dan pantas bahagia.
Di kediaman Damian, Hans disuruh ibunya membawakan makanan untuk Damian ke kamarnya. Lalu Hans tidak sengaja mendengar percakapan Damian dengan Johan. Dia sedikit terkejut saat mendengar Damian menculik Azze.
*Tokkk tok
"Tuan, ini makanan anda. Pasti anda tidak mau turun ke bawah, jadi ibu menyuruh saya mengantarkan nya pada anda. "
"Baiklah, Terima kasih Hans. "
Hans menarug makanan Damian diatas meja, lalu saat Hans akan keluar dari kamar Damian. Damian menghentikan langkahnya.
"Hans ada yang ingin aku bicarakan denganmu. "
"Ada apa tuan? "
"Kau tau mansion ibuku yang menyatu dengan base camp kita? "
" saya tau tuan, bukan kah tempat yang berada dibelakang base camp itu sudah lama tidak ada yang mengunjungi? "
"Hmmm. aku mau sekarang atau mungkin selamanya. Tidak ada yang masuk atau mengunjungi mansion itu selain aku. "
"Baik tuan.. "
"Termasuk Johan! "
Hans yang mendengar hal itu sedikit mengerti dengan maksud Damian. Tapi dia memilih untuk tidak bicara atau ikut campur.
"Baiklah, pergilah Hans"
Hans mengangguk lalu meninggalkan Damian. Damian menutup pintu kamarnya lalu menghempaskan tubuh kekarnya ke atas ranjang. Dia tersenyum menakutkan karena malam ini dia memutuskan akan bertemu dengan Azze di Mansion peninggalan ibunya.