Jangan Cintai Aku, Tuan Casanova

Tapi satu hal yang tidak disadari Pelangi. Pergi ke kota justru akan lebih mendekatkannya dengan keluarga Jaxton.

"Kau sudah menemukannya? Uhuk uhuk..." tanya Alexander pada Risman asisten pribadinya, seraya terbatuk batuk.

"Sudah pak, sekarang dia bekerja disebuah restoran Jepang sebagai salah satu pelayan" Jawab Risman seraya menyodorkan benda pipih yang memperlihatkan kegiatan Pelangi dengan balutan pakaian pelayan.

Gadis itu tersenyum bahagia disetiap gambar yang diambil orang suruhan Risman.

"Anak ini, dia lebih memilih jadi pelayan dari pada menantuku, inilah yang membuat aku ingin ia selalu berada di samping Daffin, meski bukan anak kandung Isy, tapi sifat mereka berdua terlihat sama persis" Alex menatap fofo Pelangi dengan berbinar, ia seakan menemukan sosok menantu idaman pada diri Pelangi, tidak seperti dengan Cleo, pacar Daffin yang dijodohkan oleh Paula.

Lagi pula selama ini Daffin tidak begitu tertarik dengan Cleo, gadis 25 tahun yang berfrofesi sebagai Model itu hanya dijadikan pajangan saja oleh Daffin ketika ia harus menghadiri acara yang membutuhkan pasangan.

"Tapi Tuan, apa ini tidak terlalu berlebihan?"ucap Risman khawatir, saking inginnya Daffin menikahi Pelangi Alexander sampai menyerahkan 20 persen saham Jaxton grup atas nama Pelangi tanpa sepengetahuan gadis itu.

Ia akan menggunakan saham itu sebagai ancaman agar Daffin menikahi Pelangi, Alexander sadar anaknya akan menolak makanya ia menggunakan saham untuk mengancamnya.

.

.

.

Disebuah Club malam....

Daffin sedang meneguk vodkanya perlahan, semenjak kejadian 4 tahun yang lalu itu Daffin sudah tak pernah mabuk mabukan lagi, ia hanya minum alkohol dikala butuh saja dan masih dalam kadar normal.

Melvin yang juga duduk disamping Daffin didepan meja bar hanya meminum jus jeruk, ia memang tak pernah mau menyentuh alkohol jika tengah menjalankan tugas seperti hari ini. Ia tak bisa mengemudi dan mengantar Daffin pulang meski dengan sedikit kadar alkohol didalam darahnya.

Tak lama kemudian seorang wanita yang berpakaian hampir telanjang menghampiri Daffin, wanita itu duduk di atas pangkuan pria yang menjabat wakil CEOJaxton Group sekaligus General Manager disalah satu unit Hotelnya di pusat kota Jakarta.

"Menyingkir!" ucap Daffin datar, namun wanita itu malah bergeming ia terus saja mengusap dengan lembut dada Daffin yang kancing kemejanya sudah terbuka sedikit dibagian atas.

"Aku tahu kau Daffin Jaxton sang casanova, aku banyak mendengar tentangmu Baby" ujar wanita itu penuh godaan, "Mau menghabiskan malam denganku? Kau tidak perlu bayar" Rayunya lagi.

"Tidak perlu bayar heh" Daffin tertawa mencemooh, "Apa kau ingin main dengan 5 pria sekaligus? Aku sedang menyukai permainan seperti itu sekarang, jika mau aku akan menghubungi teman teman ku sekarang" ucap Daffin dengan seringai liciknya.

Seketika bulu kuduk wanita itu meremang, ia segera berdiri dari pangkuan Daffin dan mundur beberapa langkah, "Maaf aku tidak bisa melakukannya" ujarnya terbata lalu berlalu dan kembali ke lantai dansa guna mencari mangsa baru.

"Dasar Jalan*" umpat Daffin, ia sebenarnya pria normal, bahkan jiwa casanovanya masih begitu kental ia rasakan, namun kini ia seperti menjalani sebuah hukuman, semenjak kejadian di Villa 4 tahun yang lalu Daffin kehilangan minat bercintanya, bukan karena perkakasnya tidak bisa berdiri, hanya saja Jerit tangisan wanita yang ia renggut kesuciannya itu selalu muncul tatkala ia ingin menuntaskan hasratnya dengan wanita lain.

Hal itu benar benar menyiksa Daffin selama 4 tahun, ia frustasi bahkan sampai harus konsultasi dengan psikiater karena hal itu namun Daffin benar benar tak bisa menemukan jalan keluar dari kondisinya yang tidak biasa itu. Dua tahun ia Dan Melvin berusaha mencari keberadaan gadis itu namun tak pernah membuahkan hasil, ia bahkan mencari di setiap kantor polisi, kantor kelurahan, rumah sakit, puskesmas mengenai kemungkinan seorang gadis yang menjadi korban perkosaan namun nihil. Kini Daffin benar benar hanya bisa pasrah dengan keadaannya, ia hanya bisa bersolo karir untuk menuntaskan hasratnya, tanpa bisa menyentuh wanita manapun, meski itu Cleo sekalipun.

"Haruskah kita mencarinya lagi?" Daffin mengangkat gelas vodkanya seraya menatap dalam cairam berwarna biru yang terus ia gerakkan itu.

"Terima hukumanmu!" Tukas Melvin, yang sudah tahu apa yang dimaksud Daffin. Ia memang selalu bersikap Seenaknya pada sepupu sekaligus atasannya itu.

"Heh...Hukuman? Argh....."Daffin mengerang frustasi. Ia tak bisa menyerah sekarang ia harus menemukan gadis itu dan bersimpuh memohon pengampunan, Daffin yakin gadis malang itu tengah mengutuk dirinya hingga harus menjalani penderitaaan sebagai seorang laki laki.