NovelToon NovelToon
Cinta Dalam Pernikahan Rahasia

Cinta Dalam Pernikahan Rahasia

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: PutrieRose

Demi kehidupan keluarganya yang layak, Vania menerima permintaan sang Ayah untuk bersedia menikah dengan putra dari bosnya.

David, pria matang berusia 32 tahun terpaksa menyetujui permintaan sang Ibunda untuk menikah kedua kalinya dengan wanita pilihan Ibunda-Larissa.

Tak ada sedikit cinta dari David untuk Vania. Hingga suatu saat Vania mengetahui fakta mengejutkan dan mengancam rumah tangga mereka berdua. Dan disaat bersamaan, David juga mengetahui kebenaran yang membuatnya sakit hati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PutrieRose, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 2 FAKTA TERTUNDA

   Karyawan wanita itu berpikiran kalau pertanyaan Vania seperti menggertaknya.

    "Tidak, maksud ku kamu disini sebagai apa? Dan namamu siapa," tanyanya lebih jelas dan wanita itu mulai tersenyum.

    "Hm, nama saya Mawar. Saya sekretaris tuan David, Nyonya. Saya tadi dapat pesan untuk menjaga Anda. Makanya saya tidak ikut meeting kali ini," jelasnya panjang lebar.

     Terdengar ada suara langkah kaki mendekat. Vania segera berbalik badan.

    "Ayah ......" Matanya berbinar-binar saat melihat ayahnya datang. Ia berhambur memeluk ayahnya dengan erat.

    "Loh, kok David hari ini ke kantor. Dasar itu anak! Bukannya cuti saja malah nekat berangkat!" Marshel yang merupakan Papa David hanya bisa menggerutu kesal dengan putranya. "Dimana dia sekarang?" tanya Marshel dengan kesal.

    "Sudah tidak apa-apa, Bos. Mungkin ada pekerjaan penting yang gak bisa ditinggalkan." Temmy yang merupakan asistennya sekaligus besannya hanya bisa menenangkan bosnya itu.

    "Tuan David sedang ada meeting, Tuan Marshel," jawab Mawar.

    Marshel mendengus kasar dan berjalan memasuki ruangan kerja putranya.

    "Vania, istirahat saja di kamar," suruh Marshel pada menantunya dan Vania akhirnya masuk lagi ke dalam kamar rahasia itu. Di dalam sana karna bosen, ia membuka lemari untuk mengetahui isi di dalamnya.

   Dahinya mengernyit saat melihat beberapa benda yang menurutnya aneh. Anehnya karna suaminya itu seorang laki-laki, tapi beberapa benda tersebut seperti milik perempuan. Padahal katanya itu adalah kamar rahasia. Yang tak mungkin ada orang lain yang berani memasuki ruangan itu. Kecuali Reno dan pelayan untuk sekedar membersihkan.

   "Punya siapa ini? Apa milik mantan pacarnya? Dasar laki-laki, ngapain pacaran dibawa ke kamar? Dasar br*ngs*k." Vania menggerutu kesal, ia tak habis pikir jika tuduhannya benar. Entah kenapa ia merasakan dadanya sesak dan berpikiran yang macam-macam.

    "Arrgghh. Punya siapa ini!" geramnya.

    "Nyonya, ada apa?" Tiba-tiba pintu kamarnya dibuka oleh Mawar. Sekretaris suaminya itu dengan lancang membuka pintu kamar yang katanya rahasia itu. Ia memandangi Mawar dari atas sampai bawah.

    "Jika dia dengan berani membuka pintu kamar tanpa mengetok pintu, itu artinya dia sudah sering membuka kamar ini tanpa ijin." Vania langsung membuang muka dan menggelengkan kepala.

   "Tadi saya dengar sepertinya Anda berteriak, Nyonya. Makanya saya langsung membuka pintu, takut Anda kenapa-kenapa."

    "Ah. Alasan! Tidak percaya aku!" Ia masih menggerutu dalam hati. Ia jadi over thinking sekali.

   "Ada apa?" David tiba-tiba muncul. Dia berdiri disebelah Mawar di pintu kamar. Sampai Vania melihat lengan tangan mereka sedikit bersentuhan.

   "Tidak ada apa-apa." Vania langsung menyerobot keluar kamar, menabrak ditengah-tengah mereka hingga keduanya terpaksa minggir.

   "Maaf, Tuan. Tadi saya seperti mendengar teriakkan di dalam kamar. Makanya saya buru-buru membuka pintu," jawabnya dengan jujur.

    Masih diselimuti kemarahan yang menggebu. Vania keluar dari kantor dan berjalan ditengah-tengah panasnya mentari. Reno lah yang bersedia mengejar Vania yang tiba-tiba pergi.

   "Nyo-nyonya, Anda mau kemana?" tanyanya dengan nafasnya yang memburu. Ia memegangi dadanya yang hampir kehilangan nafas.

   "Ayah saya kemana?" Kedua matanya mengitari parkiran dan tak menemukan siapa pun.

   "Sudah pulang barusan, Nyonya," jawab Reno setelah berhasil mengatur nafasnya yang tadi tersengal-sengal.

   Tiba-tiba Vania berjongkok dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Dan seketika tangisnya pecah.

   "Nyonya. Nyonya. Jangan menangis di sini." Reno langsung membawa Vania untuk masuk ke dalam mobil. Ia takut ada karyawan yang melihat Vania menangis di halaman parkir dan akan membuat gosip yang aneh-aneh nantinya.

   Tangis Vania pecah dan menangis tersedu-sedu. Belum berani Reno menanyakan penyebab tangisnya. Ia hanya bisa diam, menunggu tangis Vania reda.

   "Menangis lah sepuasnya, Nyonya. Saya akan diam sampai Anda mau bercerita," ucap Reno.

   "Apa kau tahu? Aku memutuskan untuk bersedia menikah dengannya karna permintaan ayah? Aku menerimanya karna aku yakin pilihan ayah yang terbaik. Aku tak pernah menerima cinta dari pria mana pun karna ayah sangat menjagaku. Dan baru sehari aku resmi menjadi istrinya, aku menemukan hal-hal yang membuatku sakit," ujarnya sembari tersedu-sedu.

   "Hal-hal apa yang Anda temukan, Nyonya?"

   "Apa dia memang yang terbaik untukku? Apa wanita seperti aku memang pantas mendapatkan pria sepertinya? Apa sebaliknya?"

    "Aku tidak memiliki masa lalu soal percintaan sedikit pun. Apa dia memiliki masa lalu yang banyak? Apa aku perlu tahu? Apa aku tidak perlu tahu?"

   "Aku pertama kali dekat dengan pria dan langsung menikah. Aku tidak melewati perkenalan, tidak melewati pendekatan."

   Reno hanya menyimak sampai Vania selesai mengungkapkan semua isi hatinya. Dia terdiam beberapa saat dan mulai mencerna semua ucapan dari Vania.

    "Apa hari ini Anda menemukan sesuatu, Nyonya?"

    "Ya. Kau bilang itu kamar rahasia. Kamar pribadi yang berada di dalam ruangan. Seharusnya tidak ada siapa pun yang berani atau lancang masuk ke dalam kamar. Lalu kenapa aku melihat ada jam tangan wanita, syal berwarna-warni, accecories wanita di dalam lemari?"

    Seketika Reno menelan ludah. "Maafkan aku, Tuan. Aku lupa akan hal itu." Ia merutuki kebodohannya sendiri.

     "Apa itu milik mantannya? Mantan kekasihnya? Atau wanita yang ada di dalam kantor? Apa pria yang tampan dan kaya memang bisa bertindak seenaknya dengan perempuan? Apa dia memiliki masa lalu yang kelam?"

   "Aku telah menjaga kehormatan aku selama ini hanya untuk suamiku. Tapi kenapa pria tidak seperti itu? Kenapa—"

   "Nyonya, Anda salah. Tuan David pria yang baik. Segala tuduhan Anda salah. Dan soal benda-benda milik perempuan yang Anda temukan itu adalah milik nyonya besar Larissa. Bukan milik perempuan lain atau pun mantan pacarnya," jelasnya.

    Perkataan sekaligus jawaban dari Reno membuatnya terdiam. Ia menelan ludahnya sendiri dan segera menghapus sisa-sisa air matanya.

   "Tuan ...."

   David tiba-tiba datang membuka pintu mobil dan mendapati keduanya sedang duduk berdua. Pandangannya langsung tertuju pada Reno-asistennya.

    "Maaf, Tuan." Reno langsung keluar dari mobil dan pindah duduk di depan. Sedangkan David langsung duduk disebelah Vania, yang masih berusaha menghapus sisa-sisa air matanya.

    "Reno ....." panggilnya pada asistennya.

    "Nyonya Vania tadi mencari tuan Temmy. Ia mengatakan rindu pada ayahnya," jawabnya.

    "Ya sudah. Kita ke kantor papa."

    "Tidak .... Gak usah. Gak usah." Vania menolak, ia menggelengkan kepalanya kuat.

    "Kita kembali ke hotel," ucap David kemudian.

    "Bisakah kamu menyetir sendiri?" Vania tiba-tiba memegang tangan suaminya, dan mereka saling berpandangan. "Aku perlu mengobrol berdua dengan kamu."

    "Siapa kamu, mengatur-atur aku?" jawaban ketus David membuat Vania seketika membeku. Pandangannya mulai melemah dan langsung membuang pandangannya ke arah lain. Hatinya begitu sakit mendengar penolakan dari suaminya yang seperti tak menganggap dirinya sebagai seorang istri.

    Saat tiba di hotel pun, David berjalan mendahuluinya sampai Vania tertinggal jauh di belakang. Dan hanya Reno yang menemaninya.

    "Apa kamu tahu ponsel aku ada dimana?" Vania pun teringat akan ponselnya dan menanyakannya pada Reno.

    Dengan sigap, ia merogoh saku celananya dan memberikan sebuah ponsel.

    "Ini ponsel baru untuk Nyonya. Silahkan pakai," ujarnya dengan tersenyum.

    "Tapi—"

    "Tenang saja, Nyonya. Isinya masih sama dengan ponsel Anda sebelumnya. Saya sudah memindahkan semuanya. Ini atas permintaan dari tuan David. Karna ponsel yang Anda miliki, jujur saja sangat kuno dan—"

    "Kampungan?" Vania memelototinya dan langsung berlalu pergi dengan wajah jengkel.

1
Putri Chaniago
thor buat Vania menghilang dari kehidupan David utk sementara waktu ngapa sampai terbongkar kebohongan Karina d depan Larissa
Heri Wibowo
menutupi satu kebohongan dengan kebohongan yang lain
Heri Wibowo
gimana mau hamil disenggol saja tidak ya Vania dan untuk Karina kebohongan apalagi yang kau lakukan
Nar Sih
drama apalgi nih ,.,lanjut kakk👍
Siti Nadiyah
jgn cengeng ya Vania..kamu harus jadi wanita kuat,bagus gtu pertegas lagi hubunganmu
Siti Nadiyah
David keterlaluan....jangn jadiin Vania wanita lemah ya thor
Siti Nadiyah
sakit banget jadi Vania sumpah...gadis polos yg ga tau apa2 d jadikan tambal atas keegoisan ortu
Siti Nadiyah
klu dah kaya gini salah siapa coba..huuuuuh kasihan vania
Siti Nadiyah
aku mampir
Sumini Ningsih
kasihan sekali vania
Sumini Ningsih
kok karina udah tau
Sumini Ningsih
ini kayanya vania ga tau klo david dah punya istri
Heri Wibowo
tetap ditunggu ceritanya Kak Putri
we
Vania jgn terpesona duluan ya..
we
Aamiin Ya Rabbal'alamiin
Sumini Ningsih
mamoir thor
Putri Chaniago
mungkin bkn anaknya David
Irma Saodah
Luar biasa
Nar Sih
sepertinnya mslh baru akan segera hadir bnr kah karina hamil ..penasaran kak thorr ,dobel up dong🙏
Heri Wibowo
sepertinya David berusaha membuat nama Vania jelek di depan mamanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!