Terjerat Duda Keren

Di kantor bu Ranti terus mondar mandir karena belum melihat Anggar.

"kemana pak Anggar ini, ko ngga ada masuk" gumam Ranti sambil terus menatap ke arah pintu ruangan Anggar.

Dina yang kebetulan lewat ruangan Anggar pun melihat ke arah Ranti.

"Siang bu? Ko wajah nya kayak yang gelisah gitu sih bu? Tanya Dina.

"Saya lagi heran kenapa pak Anggar hari ini ngga masuk kantor dan saya ngga mendapat kabar nya" kata Ranti.

"Jadi pak Anggar juga ngga masuk kantor ya bu? Ko bisa samaan ya? Kata Dina yang membuat Ranti penasaran.

"Samaan sama siapa? Memang nya ada yang ngga masuk kantor juga hari ini? Tanya Ranti pada Dina.

"Iya bu, Ara yang saya ceritakan kemarin hari ini juga dia ngga masuk kerja, apa jangan-jangan mereka itu benar ada affair ya bu? Tanya Dina mulai menghasut Ranti.

"Jangan asal ngomong kamu" kata Ranti sambil menatap Dina.

"Bukan saya asal ngomong, tapi mereka kemarin kan bisik-bisik berdua, lalu sekarang malah ngga masuk barengan, kan bikin curiga bu" kata Dina yang terus membuat Ranti kepanasan.

"Ya sudah kamu lanjut kerja lagi, biar aku yang cari tahu sendiri" kata Ranti.

"Kepanasan ya bu? Langsung pecat aja lah bu tuh c Ara" gumam bathin Dina sambil berjalan dan melanjut kan lagi pekerjaan nya.

"Awas kamu ya Ara, jika benar semua yang di omong kan Dina, aku ngga akan membiarkan kamu merebut pak Anggar dariku" gumam Ranti lalu melanjutkan lagi pekerjaaan nya.

*

*

Karena hari pun sudah semakin sore dan menjelang malam, keluarga pak Baskoro pun mohon pamit.

"Kami mohon pamit pulang Jeng" kata bu Aisyah.

"Lo, kirain mau nginap? Tanya bu Carlota.

"Besok pagi kan harus ke toko pagi-pagi, karena mau datang barang" jawab pak Baskoro.

"Zila jangan buat repot papah sama mamah ya? Dan nanti Zila main ke rumah nenek sama mamah ya? Kata bu Aisyah sambil mengelus lembut kepala Zila.

"Iya nenek? Nanti Zila main ke rumah nenek sama mamah dan papah" jawab Zila.

"Kamu jadi kepala keluarga yang bisa membimbing istri dan anak mu ya nak? sayangi istrimu dengan tulus, seperti dia juga yang tulus mencintai kalian terutama Zila" kata bu Aisyah kepada Anggar.

"Dan buat kamu, jadilah istri yang baik dan menyayangi suami dan anak mu terutama Zila, tolong sayangi Zila dengan setulus hati, ibu titip Zila ya nak" kata Bu Aisyah kepada Ara.

"Insya Allah saya akan selalu menyayangi Zila dengan setulus hati saya" jawab Ara lalu mencium telapak tangan bu Aisyah.

Mereka pun akhir nya pulang meninggalkan kediaman pak Hardian.

"Ya sudah kalian istirahat saja sana" kata pak Hardian.

"Zila tidur nya sama uti ya sayang, uti ngga ada teman tidur" ajak bu Malika.

"Terus mamah tidur dimana uti? Zila kan juga ingin sama mamah" kata Zila.

"Sayang dengerin omah, mulai sekarang mamah tidur di kamar papah, Zila kan sudah besar jadi Zila harus tidur sendiri, kan kalau Zila tidur sendiri nanti Zila bakalan punya adik" kata bu Carlota membuat Anggar menatap ke arah ibu nya, bu Carlota pun mengabaikan tatapan anak nya.

"Beneran ya mah, pah nanti Zila akan punya adik? Tanya Zila dengan raut bahagia nya.

Anggar dan Ara pun hanya terdiam ngga tahu harus menjawab apa.

"Papah,,,,, Zila nanya lo? Teriak Zila sambil menatap ke arah Anggar.

"Iyah" jawab Anggar singkat.

"Ya sudah mamah sama papah istirahat aja, Zila mau ke kamar sama uti, yuk uti kita ke kamar, uti dongeng ya? Kata Zila sambil menarik tangan bu Malika.

Anggar pun pergi ke kamar nya di ikuti oleh Ara dari belakang, karena bu Carlota terus memaksa mereka berdua masuk kamar.

"Mah jangan terlalu memaksa Anggar" kata pak Hardian sambil menatap punggung Anggar dan Ara.

"Kalau ngga di paksa anak itu ngga bakalan bisa menerima Ara pah, lihat saja nanti lama-lama Anggar juga bakalan menerima Ara dengan tulus" jawab bu Carlota.

"Ya sudah ayo kita juga masuk kamar dan istirahat" ajak pak Hardian.

*

*

Ara dan Anggar pun sudah berada di dalam kamar Angga, Ara bingung harus ngapain.

"Kenapa kamu berdiri saja, baju ganti kamu sudah ada di lemari tadi mamah yang masukan semua baju kamu di sana" kata Anggar.

Ara pun langsung menuju lemari dan mencari baju tidur nya.

"Baju siapa ini? aku ngga punya baju seperti ini" gumam Ara sambil terus mencari-cari baju tidur nya.

"Kenapa lama sekali? saya juga mau ngambil baju, buruan kenapa? Tanya Anggar dingin.

"Ini semua bukan baju-baju saya pak" kata Ara sambil menunduk.

Anggar pun melihat ke dalam lemari dan nampak lah di sana hanya baju tidur yang kurang bahan.

"Ini semua pasti kelakuan mamah, aargghhh" gumam bathin Anggar.

"Ya sudah kamu pakai kaos saya saja" kata Anggar sambil memberikan kaos yang sedikit besar.

Ara pun menerima nya lalu pergi ke kamar mandi dan memakai kaos nya.

"Ya ampun kalau begini aku malu untuk keluar nya" gumam Ara sambil menatap penampilan nya sendiri.

Dia hanya memakai kaos yang sedikit besar dan panjang nya hanya menutupi bagian terpenting Ara saja.

"Kamu ngapain sih di dalam, buruan badan saya sudah ngga enak ingin mandi" teriak Anggar sambil mengetuk pintu kamar mandi.

Ara pun keluar dengan memakai handuk yang dia ikat kan di pinggang nya hanya untuk menutupi bagian bawah nya saja.

Anggar pun langsung masuk ke kamar mandi tanpa melihat ke arah Ara.

Ara pun bingung harus tidur dimana, Ara hanya duduk di sofa dan masih memakai handuk.

Tidak berselang lama Anggar pun keluar dengan rambut sedikit basah, Ara pun terpana dengan ketampanan Anggar dengan tetesan air dari rambut nya.

"Ya ampun suami ku ganteng banget" gumam bathin Ara sambil menatap kagum sama Anggar.

Anggar pun lalu mengganti baju nya dengan piyama lalu merebahkan tubuh nya di atas kasur.

Anggar baru menyadari kalau Ara masih duduk di sofa.

"Kenapa kamu masih duduk di situ? Ngga mau tidur" kata Anggar.

"Saya bingung harus tidur dimana? Tanya Ara.

Anggar bukan orang kejam dan ngga punya perasaan, tapi Anggar hanya belum bisa membuka hati nya saja.

"Kamu tidur saja di sini, tapi jangan dekat-dekat saya ya? Kata Anggar.

"Kenapa kamu masih pakai handuk? Tanya Anggar yang melihat Ara masih memakai handuk di bagian bawah nya.

Ara pun hanya diam saja lalu merebah kan tubuh nya di samping Anggar dengan guling sebagai pembatas nya.