'Gagak pembawa bencana' itulah julukan pemimpin klan mafia Killer Crow, Galileo Fernandez, yang terkenal kejam dan tidak pandang bulu dalam membunuh.
Hidupnya dari saat dia kecil dilatih menjadi pembunuh berdarah dingin oleh ayahnya, sehingga menciptakan seorang Leo yang tidak berperasaan.
Suatu hari dia di jebak oleh musuh bebuyutan dari klan mafianya dan tewas tertembak dikepalanya. Tetapi bukannya pergi ke alam baka, dia justru terbangun kembali di tubuh seorang anak laki-laki berusia 5 tahun.
Siapakah anak laki-laki itu?, Apakah Leo mampu menjalani hidupnya dan kembali menjadi mafia kejam dan membalaskan dendamnya?
Inilah Kisah tentang Galileo seorang mafia kejam yang bereinkarnasi ke tubuh seorang bocah yang ternyata menyimpan banyak misteri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ADhistY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
"Hahh... Bagaimana kalian bisa tau alamat rumahku?," tanya Max heran pada mereka, seingatnya dia tidak pernah memberitahu kepada siapapun dimana alamatnya.
"Kalo kita sih ngikutin si Gio," ujar Galen yang diangguki oleh Samuel, Sean, dan Nathan.
"Lo gak perlu tau kawan, yang pasti Gio temanmu ini akan selalu tau apapun di dunia ini hahaha," ujar Gio pada Max.
"Gue tebak, pasti kau tanya sama guru kan?," tebak Samuel yang tepat sasaran.
Tawa Gio terhenti, menatap malas Samuel dan digantikan gelak tawa dari Samuel dan Sean.
Max menatap datar dan menghela nafasnya melihat Betapa berisik nya mereka.
"Woahh ada game juga dirumah Lo Max?, gue kira lo gak minat sama yang beginian, dan ini juga keluaran terbaru bro, keren..." ujar Gio ketika melihat alat game keluaran terbaru di ruang keluarga. Tentu saja itu di belikan oleh Zivanna, Max tidak pernah memainkan nya karena memang tidak berminat dengan hal kekanakan itu.
"Gue mau main ya," ucap Gio menatap harap pada Max dengan tangannya sudah menggenggam alat game itu.
"Gue juga," ikut Samuel dan Sean
Max menatap malas mereka.
"Terserah." Ujar Max singkat.
Galen dan Nathan hanya menggelengkan kepalanya melihat sifat kekanak-kanakan mereka teman temannya melihat mainan yang mereka sukai.
"Silahkan di minum para tuan muda," ujar bi Sarah menaruh minuman di meja. wanita paruh baya yang sudah lama bekerja disini.
"Terimakasih bi," ujar Galen dan Nathan.
Sedangkan Max tidak menghiraukannya dan hanya menatap ponselnya. Dia mengerutkan keningnya ketika melihat pesan Gavin yang hendak kemari.
Max membalas nya dengan cepat
>Jangan sekarang
Tapi tidak ada balasan dari Gavin. Bisa gawat jika Gavin datang kemari ketika para pengganggu ini ada di sini. Dia memang mengizinkan Gavin untuk datang ke rumahnya tiga hari kedepan ketika Zivanna tidak ada di rumah. Tujuan Gavin tentu saja meminta persetujuan proyek besar dan menyerahkan beberapa berkas penting pada Max yang memerlukan tanda tangannya. Gavin memang sudah mulai menyerah kan pekerjaan penting pada Max, agar temannya itu tidak terlalu santai, dan juga tentu saja agar meringankan pekerjaan nya, dalam beberapa tahun ini Gavin sangat stress dengan pekerjaan yang harus dia lakukan sendiri, tentu saja dengan Kembali nya Leo membuat dia bahagia karena pekerjaan nya berkurang.
Saat semua orang tengah fokus dengan kegiatan nya masing masing, Gio, Galen dan kawan kawannya sedang asyik bermain game dan Max sedang melihat ponselnya menelusuri beberapa berita penting dalam negeri hari ini.
Gavin masuk dengan santai yang membuat semua orang mengalihkan matanya dari kegiatannya.
"Hei Leo...ehh kenapa disini sangat ramai..." Ujar Gavin menatap semua orang yang melihat terkejut.
Siapa di negara ini yang tidak mengenal Gavin Clair yang terkenal, Orang yang dikenal sebagai Presdir Fernandez group perusahaan no.1 di negara ini.
Gavin melihat Max yang menatap nya tajam. Dia meneguk ludahnya kelu. Saat ini Gavin merasa tengah melakukan kesalahan.
"Tu-tuan Clair?, aku tidak salah lihat kan?," ujar Samuel mengucek matanya sendiri.
APA YANG DILAKUKAN ORANG BESAR INI DI RUMAH MAX??
Pikir mereka semua lalu menatap Max meminta penjelasan.
Max menghela nafasnya kasar, dan memijat keningnya, benar benar masalah baru... kenapa banyak orang yang membuat nya kesal hari ini pikir Max.
Max menatap Gavin untuk menjelaskan semuanya pada orang orang ini, tetapi Gavin justru memalingkan wajahnya pura pura tidak tau.
"Eh curut, Siapa dia?," tanya Gio berbisik pada Sean, menatap penasaran pada Gavin.
Sean menepuk bahu Gio.
"Kau ini kudet apa gimana, pria disana itu adalah orang paling berpengaruh di negara ini, Gavin Clair, pemimpin perusahaan no.1 Fernandez group," bisik Sean pada Gio.
Gio balik memukul bahu Sean.
"Lo ini lupa apa gimana, gue pindahan dari London, mana tau soal negara ini," bisik Gio mendelik melihat Sean, sedangkan Sean hanya cengengesan baru ingat Gio adalah murid pindahan dari luar negeri.
"S-silahkan duduk pak Gavin," ujar Samuel pada Gavin dengan sopan.
Gavin hanya menahan tawa melihat itu, dan menatap Max dengan tatapan penuh arti, ternyata bos nya yang cuek ini memiliki para bocah ini sebagai temannya.
"Kenapa pak Gavin datang kemari Max?," bisik Galen pada Max.
"Dia pamanku," ujar Max singkat yang di tatap tidak terima oleh Gavin.
Dia tidak se tua itu untuk jadi paman sahabat nya oke! Batin Gavin tidak terima. Tetapi jika dipikir pikir dia memang cocok dari segi usia untuk jadi paman dari raga yang di tempati Leo saat ini.
Max menatap Gavin seolah mengatakan
'siapa suruh kau menghindar, paman tua'
Sudut mulut Gavin berkedut dan memaksakan senyumnya.
"Ya Max adalah sepupu saya, pasti kalian adalah teman teman dari Max ya?," ujar Gavin pada mereka.
Mereka semua mengangguk.
"Iya, pak Gavin, perkenalkan saya Gio, teman terbaik Max," ujar Gio pada Gavin dengan bangga.
"Saya Galen, dan ini Samuel, Sean dan Nathan, kami teman baru Max," sahur Galen juga.
Max menatap datar mereka, sejak kapan mereka menjadi temannya.
Gavin yang melihat wajah tidak senang sahabatnya itu menahan tawanya, kapan lagi pikirnya dia bisa membuat seorang Leo kesal dan menggodanya tanpa bisa Leo membalas.
.
.
.
.
.
.
.
.