Zira terjebak dalam tawaran Duda saat dimalam pertama bekerja sebagai suster. Yang mana Duda itu menawarkan untuk menjadi sugar baby dan sekaligus menjaga putrinya.
Zira yang memang sangat membutuhkan uang untuk biaya kuliah dan juga biaya pengobatan bibinya terpaksa menerima tawaran gila itu.
"Menjadi suster anakku maka konsekuensinya juga mengurus aku!" Ucap Aldan dengan penuh ketegasan.
Bagaimana cara Zira bertahan disela ancaman dan kewajiban untuk mendapatkan uang itu?
follow ig:authorhaasaanaa
ada visual disana.. ini Season Dua dari Pernikahan Dadakan Anak SMA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
00035
Sebagai seseorang yang lama mengenal Rey tentu saja membuat Zira yakin bahwa sangat sulit mempercayakan Rey apa yang ia katakan. Pria itu tetap bersikukuh jika sebenarnya Zira menyukainya, hanya saja dalam pengaruh kekuasaan dari Aldan.
“Aku bisa menghidupimu dan juga Bibi Ranum, kau tidak perlu melakukan hal-hal yang tidak kau suka. Setidaknya bersamaku kau akan aman,” Rey terus merayu dengan sangat penuh keyakinan.
“Hidupmu akan bebas dan bahagia, Ra. Kau mau menjalani hidup seperti apa saja.. Aku akan mendukung selalu,” ucap Rey lagi.
Zira tersenyum tipis mendengar apa yang Rey katakan, terdengar dari nada bicara ataupun ekspresi wajah Rey memang terlihat tulus. Hanya saja tidak semudah itu bagi Zira untuk menerima kehidupan baru lalu malah meninggalkan Aldan yang memiliki kekuasaan sangat besar.
“Kau tahu, Rey. Sebenarnya aku juga tidak mau hidup seperti ini.. Kalau perlu aku keluar dari kekangan seperti ini, tahu?!” Zirah mengeluarkan semua unek-uneknya.
Rey menatap serius Zira yang berhasil melepaskan genggaman tangannya. “Tidak seharusnya kau ikut campur atas setiap keputusan yang aku ambil, Rey. Berhenti.. Berhenti untuk mengajakku hidup bersamamu,” Kata Zira dengan tanpa menatap Rey sama sekali.
Seakan bagaikan belati tajam yang menyucuk hati itulah yang Rey rasakan atas perkataan Zira. Tapi, Rey tidak dapat merespon apapun kecuali membiarkan Zira pergi begitu saja. Kepergian Zira terus Rey tatap, hanya sebentar pria itu murung.
Karna ekspresi wajah Rey langsung berubah menjadi sangat sinis, ia menertawakan diri sendiri yang ternyata tidak pernah dianggap nyata sama sekali oleh Zira.
“Kalau kau tidak mau pergi dari duda itu.. Maka aku yang akan membuat duda itu pergi darimu, Zira!” ucap Rey didalam hati disertai wajah bengisnya.
~
Zira sebal melihat Rey bertindak seperti itu, sebenarnya Rey sangat berbeda dengan Rey yang Zira kenal dulu. Pria itu yang sekarang lebih terlihat seakan obsesi, tatapan mata yang sangat membuat Zira tidak nyaman.
Disaat Zira melewati pohon besar tiba-tiba saja tangannya ditarik seseorang. Karna terkejut Zira spontan menjerit, ia menghela napas lega karna ternyata orang itu Aldan. Ntah apa yang dilakukan pria itu bersembunyi dibalik pohon mangga seperti ini.
“Kau mengejutkan aku, Tuan!” Zira mengelus dadanya yang berdebar.
Sementara Aldan menatap tajam Zira, ia melihat keadaan Zira dari atas sampai bawah. “Katanya kau menunggu di mobil, ini mobilmu?” Tanya Zira sambil menunjukkan kearah pohon.
Sebenarnya Zira ingin bercanda untuk mencairkan suasana, tapi ekspresi Aldan sangat tidak terlihat ingin tertawa. Jadinya Zira tertawa sendiri, hanya sebentar karna ia menjadi tidak nyaman sendiri.
“Mukanya kaku banget.. Mati deh aku!” Gumam Zira didalam hati sambil cengengesan dihadapan Aldan yang terus menatapnya.
“Kau ingin meninggalkan aku lalu hidup bersama dengan pria sialan itu?” tanya Aldan dengan sangat serius, tatapan matanya sangat mematikan.
“Tidak, tidak mungkin aku akan meninggalkanmu, Tuan. Aku tidak berani melakukan itu,” Jawab Zira jujur apa adanya.
“Begitu.. Jadi kau malah berencana untuk mengkhianati pernikahan kita saja begitu?” Tanya Aldan lagi, tentu saja pertanyaan itu membuat bola mata Zira seakan mau keluar.
“Aku tidak ada berkata seperti itu, Tuan. Berhenti berkata hal-hal buruk yang kau pikirkan itu,” Zira kesal, ia menatap tidak suka Aldan yang masih saja terus menatapnya.
“Kau tahu.. Aku kesulitan menyakinkan Rey bahwa aku tetap tidak mau bersamanya, itu berarti.. Jika aku mempertahankan hal gila yang kita lakukan ini!” Jelas Zira yang mana membuat hati Aldan seakan lega.
Tapi ekspresi wajahnya masih sangat tajam dan tidak ramah sama sekali. “Itu berarti secara tidak langsung kau mengakui aku dihadapan Rey?”
“Iya!” Jawab Zira cepat, ia menatap tidak suka Aldan yang tersenyum tipis seperti itu.
Tangan Aldan bersedekap didada, menatap Zira yang menatapnya aneh. “Apaan si?” Zira tidak suka ditatap seperti itu oleh Aldan.
“Kenapa hanya dengan Rey? Kenapa tidak semua orang di Kampus ini tahu.. Kalau aku ini suamimu,” Tanya Aldan.
“Tidak penting banget si, Tuan. Rey aku beri tahu untuk menyadarkan dia saja, bisa dikatakan kalau aku terpaksa mengakui dirimu sebagai suamiku.” Jelas Zira tanpa beban sedikitpun.
Senyuman tipis yang bersemayam diwajah Aldan tadi langsung memudar, tergantikan dengan tatapan tajam lagi. “Kau terpaksa?”
Zira mengangguk mantap, dan Aldan langsung berdecak sebal. “Kau menyebalkan, Zira! "Sebaiknya tidak usah perlihatkan dirimu untuk beberapa waktu kepadaku!”
“Lah..”
“Kau wanita paling menyebalkan yang paling pernah aku kenal!” Ucap Aldan dengan emosi yang tertahan, lalu pergi begitu saja meninggalkan Zira yang ternganga.
“Hih.. Itu duda kenapa? Nanti senyum sendiri tau-tau berubah galak begitu, sarap!” Zira tiada henti mengumpat Aldan yang perlahan menjauh darinya.
Menurut Zira, ia sudah melakukan hal terbaik untuk semua ini. Setidaknya Aldan akan aman tidak menjadi bahan gosip berpacaran dengan anak kuliah, begitu pula Zira sendiri.
“Apa salahku?” Zira jadi bertanya sendiri apa yang sebenarnya kesalahan yang telah ia lakukan hingga Aldan sangat marah seperti itu.
Disisi lain Zira berpikir, jika Aldan lah yang mudah marah. “Lagian dia sendiri yang mengatakan untuk menyembunyikan semua ini.. Tau ah tu duda kek anak ABG!” Zira kesal kepada Aldan yang banyak mau.
Langkah kaki Zira menuju parkiran, ia melihat mobil Aldan yang sudah melaju cepat tidak menunggu dirinya. Zira menghela napas berat saja, ia tidak pernah bertemu dengan pria menyebalkan seperti Aldan sebelumnya.
“Sebaiknya aku ke Kos Rania saja, dari pada pulang ke Mansion.. Hanya untuk mendengar kemarahan dari Aldan,” gumam Zira didalam hati.
Sambil menunggu bus, Zira menghubungi temannya itu. Untungnya Rania sangat menanti kedatangannya, setidaknya Zira bisa mendapatkan tempat ternyaman sebelum menghadapi Aldan lagi.
Tapi, sangat aneh bagi Zira. Biasanya ia seakan tidak perduli mau Aldan marah atau tidak, tapi kali ini kemarahan Aldan membuat Zira menjadi tidak nyaman. Ia memikirkan pria itu, Zira merasa bersalah.
“Aduh.. Nggak nggak Zira, nggak! Biarkan saja tu duda marah atau tantrum, malah kamu bisa pergi dari dia!” Zira berulang kali mewaraskan pikirannya agar tidak memikirkan hal macam-macam.
Dalam perjalanan bisa tapi disaat sudah sampai di Kos Rania, wanita itu malah semakin memikirkan Aldan.
“Lo itu kenapa si, Ra? Dari mulai datang sampai saat ini.. Ngelamun aja,” Tentu saja Rania berkomentar karena memang sedari tadi Zira melamun.
Zira tersadar, ia menggelengkan kepala saja sebagai jawaban. Tangan Zira mengambil snack yang sengaja Rania siapkan untuknya, ia memperhatikan Rania yang sudah sangat cantik di sore hari seperti ini.
“Lo mau kemana?” tanya Zira, ia menatap heran temannya yang sedang menggunakan lipstik.
“Gue mau ke Klub, mau senang-senang. Menjernihkan pikiran Gue yang udah mau pecah karna skripsi, Ra..” Jawaban Rania membuat Zira menggelengkan kepala saja.
“Lo mau ikut?”
dah sakit aja baru
tp kenapa yaaaa...si aila bisa seegois ituu 😞🙈pdhl dh liat tuhh papa nya nangis bombay di tgl ultahnya aila