Menginjak usia 32 tahun, Zayyan Alexander belum juga memiliki keinginan untuk menikah. Berbagai cara sudah dilakukan kedua orang tuanya, namun hasilnya tetap saja nihil. Tanpa mereka ketahui jika pria itu justru mencintai adiknya sendiri, Azoya Roseva. Sejak Azoya masuk ke dalam keluarga besar Alexander, Zayyan adalah kakak paling peduli meski caranya menunjukkan kasih sayang sedikit berbeda.
Hingga ketika menjelang dewasa, Azoya menyadari jika ada yang berbeda dari cara Zayyan memperlakukannya. Over posesif bahkan melebihi sang papa, usianya sudah genap 21 tahun tapi masih terkekang kekuasaan Zayyan dengan alasan kasih sayang sebagai kakak. Dia menuntut kebebasan dan menginginkan hidup sebagaimana manusia normal lainnya, sayangnya yang Azoya dapat justru sebaliknya.
“Kebebasan apa yang ingin kamu rasakan? Lakukan bersamaku karena kamu hanya milikku, Azoya.” – Zayyan Alexander
“Kita saudara, Kakak jangan lupakan itu … atau Kakak mau orangtua kita murka?” - Azoya Roseva.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10 - Tanggung Jawabku
Seharian Zayyan sama sekali tidak tenang, pikirannya kembali terbayang akan kata-kata Zico ketika di rumah. Herannya lagi, semua laki-laki yang dekat dengan Zoya adalah seseorang yang bertentangan dengannya.
Khawatir Mahendra masih terus berada di dekat adiknya, Zayyan sudah menunggu di depan kampus satu jam sebelum jam pulang Zoya. Mungkin jika Alexander mengetahui kelakuan putranya seperti ini, pria itu tidak akan segan-segan membuat posisinya tergantikan oleh Zico dalam waktu singkat.
Kehadiran Zayyan jelas saja menjadi pusat perhatian, meski bukan pertama kali tetap saja pria itu berhasil menyihir pada wanita yang kini beranjak dewsa. Ketampanan pria itu memang benar-benar tidak perlu diragukan, keluarga mereka memang dikenal sebagai jajaran pangeran tampan yang hidup dengan tentram di bumi manusia.
Dari kejauhan Agatha sudah menangkap kehadiran sang kakak. Akan tetapi, sama sekali dia tidak bahagia lantaran yakin seratus persen tujuan Zayyan ke kampus bukan untuk dirinya, melainkan Azoya. "Agatha, kak Zayyan semakin gagah ... masih sendiri kan dia?" tanya seorang wanita cantik dengan gaun hijau muda yang kini membalut tubuh indahnya.
"Entahlah, aku tidak terlalu peduli tentang dia," jawab Agatha malas dan itu terdengar jelas oleh Azoya, wanita itu bahkan menunduk lantaran merasa kekecewaan Agatha adalah karena dirinya yang menjadi pusat perhatian sang kakak.
"Kenapa? Bukankah dia kakak kandungmu?"
"Hubungan darah nyatanya kalah kalau sudah berhadapan dengan penjilat ... tapi maklumi saja, mungkin kurang kasih sayang jadi aku relakan saja."
Agatha sadar betul Zoya ada di dekatnya. Oleh karena itu dia sengaja mengungkit kalimat-kalimat itu dan berusaha membuat hati Zoya terluka. "Ups, benar juga ... tapi mungkin saja penjilat yang kamu maksud justru mencintai kakakmu, hati-hati saja ya."
Semakin tidak sehat, pembicaraan mereka benar-benar di luar nalar dan membuat Azoya memilih berlalu tanpa peduli dengan sindiran Agatha yang begitu jelas tertuju padanya. Bukan kali pertama dan sudah jadi hal biasa dituduh sebagai penjilat dan merebut kasih sayang Zayyan bagi Azoya, sama sekali dia tidak merasa bersalah karena pada faktanya dia tidak begitu.
"Selalu saja membuatku terlihat buruk, apasih maunya," gumam Azoya sembari berjalan ke depan dan tidak berniat sama sekali menyapa sang kakak.
Zayyan yang salah menduga kini memberikan senyum terbaiknya kala Azoya kian dekat. Nyatanya, wanita itu melewatinya tanpa sedikitpun keinginan untuk menatap Zayyan. "Zoya!!"
Bahkan di tempat seramai ini Zayyan tidak sama sekali malu untuk berteriak memanggilnya, sontak Azoya menoleh dan mengepalkan tangan seraya melayangkan tatapan luar biasa tajam pada pria itu.
"Tunggu, Kakak datang menjemputmu pulang ... kenapa marah?" tanya Zayyan sembari berusaha untuk melangkah ke arah Azoya meski dengan langkah pincang, wanita itu terlalu lembut hingga dia tidak tega melihat Zayyan yang terlihat kesulitan berjalan.
"Aku bisa pulang sendiri, lagipula Kakak sudah memberiku uang yang cukup seharusnya tidak perlu."
"Kenapa denganmu? Ada masalah apa? Ujiannya bagaimana?"
"Seharusnya Kakak bersikap adil, kalau menjemputku jemput Agatha juga. Dia adik kandung Kakak dan tidak seharusnya pilih kasih," ungkap Azoya terasa amat sulit mengutarakannya, akan tetapi ucapan Azoya hanya membuat Zayyan tersenyum tipis.
"Agatha bisa pulang sendiri, Kakak tidak pilih kasih ... apapun yang Agatha minta Kakak berikan. Meski semuanya memang masih milik Papa, tapi yang berhak mengatur hidup kalian berdua tetap aku, Azoya." Zayyan berkata apa adanya dan memang benar bahwa Alexander meminta Zayyan mengatur hidup adik-adiknya.
"Tapi dengan Kakak begini dia cemburu, padahal aku sama sekali tidak meminta diperhatikan lebih begini."
"Jangan terlalu dipikirkan, dia berbeda. Agatha bisa kemana-kemana sendiri, sementara kamu tidak bisa ... selamanya kamu akan menjadi tanggung jawabku dan itu tidak masalah, Zoya." Kalimat Zayyan sudah mengandung makna tersirat akan tetapi otak Zoya tidak pernah sampai untuk memahami perkataan sang kakak.
"Bagi Kakak tidak masalah, tapi bagiku ya masalah," ujar Zoya melemah namun dia tidak bisa menolak kala Zayyan memintanya untuk masuk segera.
"Masuklah, kakiku sedang sakit dan tidak punya cita-cita untuk mengejarmu siang ini ... hargai sedikit ya." Jika sudah bicara dengan nada yang begini, Azoya benar-benar tidak bisa berbuat banyak kecuali menurut.
- To Be Continue -
Edisi up kepepet, dilunasin segera maafin yaa❣️
perjuangkan kebahagiaan memang perlu jika Zoya janda ,tapi ini masih istri orang
begoni.....ok lah gas ken